Sama-Sama Diakui UNESCO, Ini Perbedaan Pencak Silat Indonesia dan Malaysia

Pencak silat adalah tradisi yang berkembang secara turun-temurun dari generasi ke generasi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Des 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 14 Des 2019, 07:30 WIB
Ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO pada 12 Desember 2019
Pencak Silat (Sumber: Twitter/@UNESCO)

Liputan6.com, Jakarta - Tradisi pencak silat Indonesia diakui UNESCO sebagai warisan Tak Benda Dunia. Begitu pun dengan silat Malaysia, di saat yang sama juga diakui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), pada Kamis, 12 Desember 2019. 

Sekilas hal ini menyebabkan bias antara keduanya. Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menanggapi bahwa pencak silat Indonesia dan silat Malaysia adalah dua hal yang berbeda.

Dia menjelaskan bahwa pencak silat yang diusulkan Indonesia lebih kepada nilai-nilai kebudayaan yang luas seperti seni, filosofi hidup, nilai spiritual dan juga pendidikan karakter.

Sedang silat Malaysia lebih kepada silat sebagai tujuan olahraga bela diri. Bela diri juga menjadi salah satu komponen dalam tradisi pencak silat Indonesia.

Dia pun menanggapi bahwa pengakuan pencak silat oleh UNESCO bukan untuk tujuan komersial.

"Pengakuan ini adalah atas usulan yang disampaikan masyarakat kita. Jadi bukan bentuk pengakuan hak cipta atas pencak silat. Karena pencak silat nggak ada hak ciptanya," ujar Hilmar saat konferensi pers di gedung A lantai 3 Kemendikbud, Jakarta, Jumat (13/12/2019).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tradisi yang Berkembang Turun-temurun

Silat : Hendy dan Yolla Primadona
Pesilat Indonesia Hendy dan Yolla Primadona, saat beraksi pada pencak silat nomor artistik ganda putra Asian Games di TMII, Jakarta, Senin (27/8/2018). Hendy dan Yolla mendapat mendali emas dengan nilai 580. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Hilmar, hal ini karena pencak silat adalah tradisi yang berkembang secara turun-temurun dari generasi ke generasi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia.

"Dia adalah sebuah tradisi yang berkembang selama berabad-abad dan kita sudah tidak bisa lagi mengembalikan itu siapa pencipta awalnya. Jadi nggak ada urusan nanti komersialisasi," ujar Hilmar.

"Soal nanti dunia ini, misalkan ada festival katakan ada kejuaraan pencak silat ternyata lebih laku di luar negeri daripada di Indonesia, ya salah kita. Bukan salah orang lain untuk itu. Karena tidak ada urusannya dengan hak," tambahnya.

Walaupun Pencak Silat dan Silat asal Malaysia juga diakui UNESCO, Hilmar berharap masyarakat menghilangkan fanatisme. Bagi Hilmar, Indonesia dan Malaysia masih dalam satu rumpun yang sama.

"Jadi jangan seolah-olah kayak ada perseteruan dengan Malaysia," tandas Hilmar.

 

(Winda Nelfira)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya