Liputan6.com, Jakarta - Kabar kemunculan ular kobra dan anakannya membuat masyarakat bergidik ngeri. Masalahnya, mereka menampakkan diri di tengah pemukiman warga. Tak hanya sekali atau dua kali.
Ada yang ditemukan di tumpukan barang, di saluran pembuangan air pendingin ruangan, ataupun plafon.
Kamis, 11 Desember 2019 sore, seorang pedagang sayuran dipatuk anak ular kobra saat berdagang di Pasar Kemirimuka, Beji Kota Depok.
Advertisement
Petugas Keamanan dan Ketertiban Pasar Kemirimuka, Agus mengatakan, Wagiman sedang duduk menanti pembeli. Seekor anak kobra hitam tiba-tiba mematuk kaki kanan korban. Ular kobra itu lalu langsung menghilang.
"Kejadiannya sekitar pukul 15.00 WIB. Cuacanya baru saja turun hujan," ucap Agus saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (14/12/2019).
Agus menuturkan, Wagiman biasanya berdagang di Pasar Kemiri Barat yang Lokasinya dekat rel kereta Api. Agus menduga ular kobra itu muncul dari bebatuan di dekat rel kereta.
"Kami perkirakan ada sarang ular di sana. Padahal sama PT KAI sudah dikasih batas tembok. Tapi kenapa masih saja bisa masuk ya," heran Agus.
Akibat kejadian ini, korban terkena patukan di jari kaki kanan. Korban pun langsung dibawa ke RSUD Kota Depok.
"Kondisinya masih perawatan masih di RSUD Depok," ucap dia.
Sabtu (14/12/2019) pagi, warga Kampung Kayumanis, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor menemukan ular kobra.
Warga dikejutkan dengan penemuan seekor anak kobra meliuk-liuk hendak masuk dalam rumah saat warga melakukan kerja bakti di lahan kosong.
"Baru satu ekor yang ditangkap," kata warga setempat Haris Basuki.
Setelah disisir, warga menemukan 10 butir telor ular di dalam lubang yang diyakini menjadi sarang ular kobra tersebut. Sisa telor dan anak ular kobra itu oleh warga dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral secara terpisah.
"Kami juga menemukan bekas kulit ular di bawah pohon pisang, berarti ada kemungkinan induk ular juga," ucap Utay warga setempat.
Beberapa waktu sebelumnya, anak-anak di kampung itu pernah melihat penampakan anak ular di sekitar kebun tersebut.
Komandan Regu Rescue 1 Pemadam Kebakaran Bogor, Arman Riyanto mencatat, ada tiga perumahan di Citayam yang menjadi tempat penemuan sekumpulan ular kobra. Salah satunya di Perumahan Citayam Village.
Menurut kesaksian warga, kemunculan ular kobra di perumahan tersebut sudah terjadi sejak akhir November 2019. Sudah ada 16 anakan ular kobra Jawa telah berhasil ditangkap.
"Warga sudah melihat ular kobra sejak tanggal 23 November," kata Arman saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (14/12/2019).
Dia menjelaskan, ular kobra ditemukan di beberapa tempat. Ada yang di saluran air, ada yang sudah memasuk ke rumah, ada pula yang ditemukan saat berantem dengan anjing peliharan.
"Terpencar, jaraknya enggak tentu. Kemarin tim menemukan dua ekor anak kobra Jawa. Titik pertama di got, titik kedua di pos keamanan sekira 500 meteran lah," ucap dia.
Arman mengatakan, timnya hanya menemukan anak ular kobra. Sedangkan induk kobra diindikasinya ada di perkebunan atau kali.
“Di belakang perumahan itu ada perkebunan antara kemungkin berkembang biaknya di perkebunan ketika menetas masuk pemukiman warga,” ucap Arman.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Teror Kobra atau Ular Terteror?
Tapi, benarkah ular tengah meneror manusia?
"Ular itu bukan teroris. Jadi dia tidak meneror. Tidak sengaja, tidak berniat. Memang awalnya mereka yang tinggal di situ," ujar Peneliti Herpetologi dari LIPI, Amir Hamidy, ketika berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat 13 Desember 2019.
Menurut dia, musim hujan memang saatnya telur-telur ular, termasuk kobra menetas. Seekor ular dapat bertelur 10-20 butir sekali waktu.
"Musim kawin ular itu pada musim kemarau. Jika ada anak ular, itu hasil netasan 3-4 bulan lalu. Musim hujan memang waktunya mereka menetas," tutur Amir.
Anakan ular itu kemudian mencari tempat untuk berlindung dan berburu makanan.
Namun, bukan di hutan yang mereka temukan. Habitat asli mereka sudah berubah menjadi pemukiman.
Alhasil, ular-ular tersebut masuk ke rumah dan membuat warga ketakutan.
Oleh karena itu, sudah sebaiknya masyarakat bisa hidup berdampingan dengan ular-ular ini. Salah satunya, dengan mengusahakan tidak membunuhnya dan merelokasi ular ketika memang sudah menimbulkan konflik dengan masyarakat.
Alasan lain banyak ular ditemukan belakangan ini adalah punahnya predator alami ular. Contohnya, elang.
Saat ini, ular ada di posisi tertinggi di rantai makanannya. Sementara itu, makanan ular betebaran.
"Tikus itu makanan ular kan? Dan tikus itu cari makannya di sampah-sampah. Jadi kalau habis masak, sampah langsung dibuang saja hari itu juga. Jangan dibesokin," kata Amir.
Advertisement
Tips
Selain rajin membuang sampah, Amir membagikan sejumlah tips agar ular ogah masuk ke rumah. Salah satunya dengan memanfaatkan kesensitifan ular dengan bebauan.
Ular, lanjut dia, memiliki sensor Jacobson dan lidah yang dapat mendeteksi partikel-partikel di lingkungan sekitar, termasuk bebauan.
Amir mengungkapkan, ada sebuah Kelompok Ilmiah Remaja yang membuat penelitian tentang hal ini. Para pelajar itu, mendekatkan bebauan ke ular yang dalam keadaan tenang.
Ada pengharum baju, kapur barus, dan sebuah tumbuhan yang berbau menyengat.
"Reaksi ular paling tinggi itu dengan kapur barus," ujar Amir saat berkunjung ke Liputan6.com.
Namun dari penelitian selama ini, lanjut dia, ular sangat tidak suka dengan minyak tanah, bensin dan pembersih lantai yang tidak alami.
"Oleh karena itu, ketika rajin mengepel pakai pembersih lantai yang menyengat, ular tidak suka ke rumah kita," kata Amir.
Lalu, apa yang harus dilakukan ketika bertemu atau berhadapan dengan ular?
Hal yang pertama kali harus Anda lakukan ketika melihat ular adalah tenang.
Jika tidak, ular yang ada di hadapan juga akan panik. Semakin panik, ular tersebut bakal semakin agresif.
"Kita harus tenang, kalem. Tidak melakukan tindakan tiba-tiba," ujar Amir.
Kedua adalah sadar diri. Jika tahu caranya menangani atau menangkap ular, Anda bisa lakukan sendiri. Jika tidak, lebih baik panggil komunitas atau petugas Pemadam Kebakaran untuk membantu.
"Kalau tidak tahu menangani ular, jangan handling ular," wanti Amir.
Amir mengatakan, langkah ketiga adalah mencari tongkat panjang. Apalagi ketika yang dihadapi adalah kobra. Carilah tongkat sepanjang mungkin, tapi masih bisa untuk mem-block langkah ular.
Lalu, sediakan kain yang bisa digunakan untuk membungkus. Dekatkan kain ke ular tersebut.
"Ketiga, tidak handling ular dengan tangan langsung. Gunakan stik. Lalu, ular kalem kalau pakai kain. Dia bakal masuk sendiri ke kain tersebut. Jadi gunakan kain dan tongkat. Kalau ular sudah tenang sudah tenang, bisa pegang kepalanya," tutur Amir.