Pengungkapan Kasus Novel Baswedan Disebut Janggal, Ada Aktor Intelektual?

Polri akhirnya mengungkap sosok diduga penyerang penyidik KPK Novel Baswedan dengan air keras pada dua setengah tahun lalu.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 30 Des 2019, 00:02 WIB
Diterbitkan 30 Des 2019, 00:02 WIB
Wajah Tersangka Penyerangan Novel Baswedan
Polisi mengawal tersangka kasus penyiramanan air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (28/12/2019). Tersangka berinisial RM dan RB dipindahkan dari Polda Metro Jaya ke Bareskrim Mabes Polri untuk penyidikan lebih lanjut. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Polri akhirnya mengungkap sosok diduga penyerang penyidik KPK Novel Baswedan dengan air keras pada dua setengah tahun lalu. RM dan RB, dua polisi aktif berpangkat brigadir dari Korps Satuan Brimob dinyatakan sebagai tersangka dalang perkara ini.

Namun, terdapat hal yang mengganjal dan belum menjawab semua tanda tanya yang menyebabkan mata kiri Novel Baswedan rusak karena siraman air keras.

Berikut rangkuman kejanggalan yang dihimpun Tim Liputan6.com:

1. Ditangkap atau menyerahkan diri?

Munculnya dua sosok diduga pelaku, RM dan RB dirasakan begitu tiba-tiba. Bahkan informasi didapat dari pihak Polri, RM dan RB tidak ditegaskan apakah keduanya ditangkap atau menyerahkan diri.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat atau Karo Penmas Divis Humuas Mabes Polri Brigjen Argo Yuwono hanya menyatakan, bahwa keduanya berhasil diamankan. Tanpa membeberkan kronologis seperti apa yang umumnya dilakukan kepolisian. Argo hanya menyebut lokasi dan waktu saat keduanya berhasil diamankan pada Kamis 26 Desember 2019.

"Diamankan, tahu diamankan enggak? ya sudah, di rumah di Cimanggis," kata Brigjen Argo saat jumpa pers di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta, Sabtu 28 Desember 2019.

Namun pernyataan Argo ini sebelumnya dikatakan Wakaberskrim Irjen Antam Novambar yang menyebut RM da RB menyerahkan diri.

"(Dua pelaku) menyerahkan diri," ujar Antam Novambar dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat 27 Desember 2019.

Namun pernyataan diamankan kembali dilontarkan oleh Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo saat ditemui di Mapolda Metro Jaya pada hari yang sama Jumat 27 Desember 2019.

"Tadi malam kami tim teknis bekerja sama dengan Kakor Brimob telah mengamankan pelaku yang diduga menyerang saudara NB (Novel Baswedan)," ujar Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo di Mapolda Metro Jaya, Jumat (27/12/2019).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2. Sketsa Diklaim Tidak Mirip

Peringatan 500 Hari Penyerangan Novel Baswedan Digelar di KPK
Wadah Pegawai (WP) KPK saat memperingati 500 hari penyerangan terhadap Novel Baswedan di depan Gedung KPK, Jakarta, Kamis (1/11). WP KPK mendesak Presiden Joko Widodo menyelesaikan kasus-kasus penyerangan terhadap aktivis. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Polri pada 24 November 2017 telah merilis dua sketsa wajah yang digadang mirip rupa pelaku penyerang air keras Noel Baswedan. Mereka dicap sebagai Mr X dengan ciri dan rupanya masing-masing

Mr X Pertama disebut memiliki kulit sawo matang, wajah berbentuk oval, dagu lancip, badan atletis, tinggi 173 cm dan usia ditaksir 35 tahun.

Mr X Kedua, disebut berwarna kulit lebih gelap, wajah berbentuk bulat, hidung bulat besar, badan kekar, usia 40 tahun dan tinggi 170 cm.

Setelah dua terduga pelaku berinisial RM dan RB ditampilkan ke publik pada Sabtu 28 Desember 2019, ciri sketsa tersebut diakui tak bisa dibilang mirip 100 persen.

Namun menurut Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Pol Argo Yuwono, hal itu disebabkan keterangan saksi yang mengaku melihat keduanya di lokasi kejadian.Karenanya, bukan salah polisi bila tidak mirip 100 persen.

"Sketsa itu dari mana sih, Mas? Dari saksi. Kalau saksi satu orang itu melihat sekali saja, ya seperti itu gambarannya," kata Argo di Mabes Polri, Jakarta.

3. Enggan Ungkap Motif Penyerangan

RB, salah satu penyerang penyidik KPK Novel Baswedan. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)
RB, salah satu penyerang penyidik KPK Novel Baswedan. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) belum ingin membuka soal motif atau alasan mengapa dua diduga pelaku menyerang Novel Baswedan dengan air keras. Menurut keterangan Karo Penmas Polri Brigjen Pol Argo Yuwono, mengatakan hal itu sudah ditanyakan dan akan diungkap di pengadilan sebagai pembuktian Polri.

"Tentunya ya semuanya motif ditanyakan, baik itu mengenai masalah, motif pun ditanyakan, kronologinya, ditanyakan semuanya ya. Tapi ini polisi itu bukannya untuk menghakimi, bukan, tapi membuktikan. Makanya hasil dari pada pembuktian ini akan digunakan di sidang pengadilan," kata Argo di Mabes Polri, Sabtu 28 Desember 2019.

Ada pun perkataan terlontar dari mulut RB, salah seorang dari terduga pelaku saat digelandang ke Markas Bareskrim Polri, tindakannya menyerang Novel Baswedan disebabkan oleh ketidaksukaan dirinya teradap Novel. Bahkan dia berteriak di hadapan awak media dan menyebut Novel adalah pengkhianat.

"Tolong dicatat! Saya nggak suka sama Novel karena dia penghianat," ujar RB lantang.

Kendati, tidak dia tidak menjawab lebih lanjut apa tindak pengkhianatan yang telah dilakukan Novel. Karenanya Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Wana Alamsyah yang juga turut aktif dalam mengawal kasus Novel ini memandang bahwa pernyataan tersebut memiliki intrik yang perlu diwaspadai.

Pertama apakah ketidaksukaan RB adalah sebuah dendam pribadi antara personal atau membawa institusi Polri.

"Ketika argumen pengkhianat disampaikan secara umum publik melihat ini hanya ada persoalan personal antara pelaku dan Novel. Apakah Novel memiliki relasi dengan pelaku? Ketika tidak pengkhianatnya dari mana? Itu kan yang harusnya didalami," ujar Wana di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta, Minggu 29 Desember 2019.

Wana menambahkan penyidikan atas kasus ini jangan sampai berhenti di RM dan RB karena bisa saja kedua orang tersebut ada dalang yang mengendalikan, alias aktor intelektual yang digadang berpangkat jenderal.

"Kalau kita lihat atau mendengarkan beberapa kali argumentasi yang disampaikan oleh Mas Novel bahwa diduga ada jenderal terlibat. Dan seharusnya kepolisian mencoba untuk menggali informasi itu. Sehingga aktor intelektualnya itu kemungkinan ada yang lain," jelas Wana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya