Longsor Sukajaya Bogor, Mulai dari Penyebab hingga Korban Akan Dipindah ke Desa Baru

Data sementara yang dihimpun pihak Kepolisian Sektor Cigudeg, banjir bandang dan longsor di Kecamatan Sukajaya itu mengakibatkan 766 unit rumah rusak.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 10 Jan 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2020, 14:30 WIB
Holding Industri Pertambangan Tangani Dampak Bencana di Nanggung dan Sukajaya 
Longsor di Kecamatan Nanggung.

Liputan6.com, Bogor - Banjir bandang dan longsor terjadi di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Rabu 1 Januari 2020. Tak pelak, bencana ini pun meluluh lantakkan daerah yang berada di kawasan perbukitan itu.

Data sementara yang dihimpun pihak Kepolisian Sektor Cigudeg, banjir bandang dan longsor di Kecamatan Sukajaya itu mengakibatkan 766 unit rumah rusak.

Pemerintah pun tak tinggal diam. Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengirimkan bantuan berupa 6.000 paket sembilan bahan pokok (sembako) kepada korban banjir bandang dan longsor.

Selain itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono juga sempat meninjau lokasi longsor didampingi Bupati Bogor Ade Yasin.

Basuki mengungkapkan beberapa penyebab terjadinya longsor. Menurutnya, penyebab pertama adalah hujan yang terjadi dalam kurun waktu cukup lama, setelah sebelumnya daerah tersebut sempat mengalami kemarau panjang sehingga terjadi rekahan tanah. Air yang masuk ke dalam rekahan tanah itu mengakibatkan terjadinya longsor.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi pun akan merelokasi warga korban banjir dan longsor di Kecamatan Sukajaya tersebut.

Berikut hal-hal tentang banjir bandang dan longsor yang terjadi di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rusak Ratusan Rumah dan Ribuan Warga Mengungsi

Longsor di Kecamatan Sukajaya, Bogor
Relawan mendistribusikan logistik dengan akses terbatas untuk korban longsor di Kecamatan Sukajaya, Bogor. (Achmad Sudarno/Liputan6.com)

Banjir bandang dan longsor melanda Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Rabu, 1 Januari 2020 lalu. Bencana alam ini telah meluluh lantakkan daerah yang berada di kawasan perbukitan itu.

Data sementara yang dihimpun pihak Kepolisian Sektor Cigudeg, banjir bandang dan longsor mengakibatkan 766 unit rumah rusak, enam orang meninggal dunia, tiga orang hilang, dan 34 orang terluka.

"Data yang belum dapat kami himpun dari Desa Kiara Sari, Cileuksa, dan Desa Pasir Madang, karena tim masih kesulitan menembus akses lokasi terdampak," kata Kapolsek Cigudeg Kompol Bektiyana.

Adapun kerusakan bangunan tersebar di Desa Urug sebanyak 98 unit rumah rusak ringan dan 98 rumah rusak berat. Di Desa Harakat Jaya sebanyak 19 unit rumah rusak berat, di Desa Kiara Pandak 255 rumah rusak berat.

Kemudian di Desa Sukamulih sebanyak 86 rumah rusak ringan, 72 rumah rusak sedang, dan 19 rumah rusak berat. Selanjutnya di Desa Jaya Raharja sedikitnya 32 unit rumah rusak berat. Terakhir, di Desa Cisarua sebanyak 50 rumah rusak ringan dan 37 unit rumah rusak berat.

Akibat kejadian ini sebanyak 4.146 warga mengungsi di beberapa lokasi seperti di Kantor Desa, sekolah dasar, musola, masjid, pondok pesantren dan rumah-rumah warga.

"Ribuan warga yang mengungsi berasal dari 10 desa yaitu Desa Cisarua, Cileuksa, Desa Kiarasari, Kiarapandak, Harakat Jaya, Pasir Madang, Jayarahara, Sukamulih, Sipayung, dan Desa Urug," bebernya.

Jumlah pengungsi terbanyak berasal dari Desa Harakat Jaya sebanyak 1.308 warga. Warga mengungsi di Sekolah Dasar (SD), Posyandu dan musola. Kemudian, warga Desa Kiarapandak sebanyak 600 orang mengungsi di kantor desa, sekolah dasar, SMA, dan di pondok pesantren.

 

Jokowi Kirim Bantuan

Jokowi Tinjau Lokasi Longsor di Sukajaya Bogor
Kunjungan Jokowi ke Kecamatan Sukajaya guna melihat langsung pengerjaan pembukaan akses jalan. (Foto: Liputan6/Lisza Egeham)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengirimkan bantuan berupa 6.000 paket sembilan bahan pokok (sembako) untuk korban banjir dan longsor di Kecamatan Sukajaya. Bantuan itu dikirimkan lewat udara lantaran jalan darat menuju lokasi masih terisolasi.

Bantuan tersebut awalnya akan diberikan langsung oleh Jokowi kepada 6.000 Kepala Keluarga di wilayah tersebut. Namun, lantaran cuaca yang buruk membuat helikopter yang ditumpangi Jokowi tak bisa mendarat di Kecamatan Sukajaya.

Sehingga, bantuan sembako tersebut akhirnya diwakili oleh Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono. Ada pula Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia dan Bupati Bogor Ade Yasin.

"Ya hari ini kami berada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Sukajaya. Tadi Bapak Presiden bersama kami mencoba mendarat di lokasi Sukajaya ini, tetapi hanya bisa mendarat dua heli dan kebetulan cuaca berubah. Bapak Presiden tidak bisa hadir di sini, maka kami mewakili Bapak Presiden untuk menyampaikan bantuan Presiden berupa sembako," kata Heru dikutip dari keterangan resmi Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.

Heru mengatakan, paket bantuan yang diberikan berisi sembako dan beberapa kebutuhan warga lainnya seperti air minum dan makanan siap saji.

Mewakili Jokowi, Heru menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran di daerah yang telah sigap membantu korban bencana di Kecamatan Sukajaya.

"Atas nama Bapak Presiden kami ucapkan kepada seluruh jajaran Polres dan TNI, Dandim, Danrem, Ibu Bupati terima kasih yang telah sigap membantu korban bencana ini," tuturnya.

Meski batal datang, Heru menyebut Jokowi menyampaikan beberapa pesan. Pertama, memastikan agar proses evakuasi terus dilakukan dan agar kebutuhan warga yang terdampak bisa terpenuhi, terutama air dan makanan siap saji.

"Berikutnya tidak lupa Bapak Presiden menyampaikan turut berduka cita bagi korban yang meninggal dan tentunya turut berempati bagi seluruh warga yang terkena bencana di Sukajaya ini," jelas Heru.

 

Tinjauan Langsung dan Penjelasan Menteri PU PR soal Longsor

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau lokasi longsor Kecamatan Nanggung dan Sukajaya, Bogor.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau lokasi longsor di Kecamatan Nanggung dan Sukajaya, Bogor, Minggu (5/1/2020).(Liputan6.com/ Achmad Sudarno)

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau lokasi bencana longsor yang melanda Kecamatan Nanggung dan Sukajaya.

Basuki didampingi Bupati Bogor Ade Yasin meninjau langsung material longsoran yang menutupi badan jalan di Kampung Ciputih Tonggoh, Desa Jaya Raharja, Kecamatan Sukajaya.

"Kebetulan saya lagi ada di Bogor, teman-teman saya juga sudah ada di sini sejak dari kemarin, saya upayakan ke sini. Alhamdulillah bisa sampai sini," kata Basuki di lokasi longsor, Ciputih, Sukajaya.

Dari hasil pemetaan, terdapat 14 titik ruas jalan di Kecamatan Sukajaya yang tertutup material longsoran. Kondisi tersebut menyebabkan akses menuju beberapa desa tertutup sampai saat ini. Akibatnya, bukan hanya menghambat distribusi bantuan logistik namun juga terisolir.

"Kita sekarang mengatasinya. Jadi saya datang untuk mengatasi itu. Perintah presiden harus segera tembus. Itu dulu, tembus," kata Basuki meniru ucapan Presiden Jokowi.

Basuki mengungkapkan beberapa penyebab terjadinya longsor. Menurutnya, penyebab pertama adalah hujan yang terjadi dalam kurun waktu cukup lama, setelah sebelumnya daerah tersebut sempat mengalami kemarau panjang sehingga terjadi rekahan tanah. Air yang masuk ke dalam rekahan tanah itu mengakibatkan terjadinya longsor.

Faktor kedua yaitu perbukitan di sepanjang jalan maupun aliran sungai di daerah tersebut berupa batuan lempung dengan kemiringan 90 derajat. Kondisi diperparah, di atas perbukitan sudah banyak dijadikan pemukiman.

"Batuan lempung yang sejajar, searah dengan lereng sehingga kalau kena air seperti serpihan kaca. Lerengnya juga banyak dipakai rumah, jadi cepet longsor," kata Basuki.

Penyebab ketiga adalah batuan vulkanik di Kecamatan Sukajaya sudah sangat rapuh sehingga mudah hancur ketika mendapat tekanan air yang begitu banyak.

"Pasti ini sudah ada ahli geologinya yang sudah memetakan di sini. Biasanya kalau batu vulkanik itu mengikat, tapi kalau sudah lapuk jadi gembur," terang Basuki.

Untuk menghindari jatuhnya korban, Basuki mengimbau masyarakat untuk tidak memaksakan melintas atau mendekati longsoran karena sewaktu-waktu bisa terjadi longsor susulan.

"Saya pikir ini berani sekali banyak yang masih melintas. Ini bahaya, apalagi kalau hujan," ujar Basuki.

 

Data Satelit soal Longsor

Longsor
Suasana Desa Urug Bogor Jawa Barat usai dihantam longsor. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengeluarkan informasi data satelit penginderaan jauh titik bencana longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kepala Bidang Diseminasi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN M Priyatna di Jakarta, Jumat (10/1/2020) mengatakan, informasi longsor berbasis data satelit penginderaan jauh tersebut diperoleh dengan menggunakan data unmanned aerial vehicle (UAV).

Lapan melakukan perekaman data satelit terkait kondisi lokasi bencana di Sukajaya pada 7 Januari 2020, dan hasil analisa menunjukkan terdapat 20 titik lokasi bangunan rusak dan lima titik lokasi jalan yang mengalami kerusakan.

Sebelumnya, Lapan juga sudah mengeluarkan informasi genangan banjir berbasis data satelit penginderaan jauh untuk wilayah Provinsi Banten dan sekitarnya, serta Kabupaten Karawang dan sekitarnya. Untuk mendeteksi banjir tersebut, Lapan menggunakan citra Sentinel-1 pada sebelum dan setelah kejadian.

Terlihat dari data citra satelit tersebut wilayah terluas yang terdampak banjir adalah Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi.

Sedangkan di Banten menyebar di Kabupaten Pandeglang, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan.

Lapan juga mengeluarkan data satelit titik banjir di DKI Jakarta tanggal 2 Januari 2020, dan terlihat hampir di sejumlah wilayah DKI Jakarta terdapat genangan, tampak Jakarta Utara dan Jakarta Pusat terbanyak ditutupi warna biru yang berarti genangan banjir.

"Sementara tidak ada. Karena data satelit berawan, namun kita sedang koordinasi dengan mitra kerja sama riset terkait penginderaan jauh di luar negeri, tentang ketersediaan atau perekaman datanya," kata Priyatna seperti dikutip Antara.

Lapan melakukan analisis kondisi atmosfer melalui Sadewa atau Satellite-Based Disaster Early Warning System merupakan Decission Support System (DSS) yang dikembangkan oleh Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN.

Sadewa menyajikan informasi berbasis pengamatan termasuk liputan awan dari satelit Himawari-8 dan prediksi parameter atmosfer seperti curah hujan, angin, suhu, dan kelembaban.

Berdasarkan pantauan satelit itu, sel konveksi (molekul cairan dan gas) yang tumbuh menjadi sistem konvektif skala meso (MCC) terbentuk di sekitar Selat Karimata sejak pagi pada 31 Desember 2019.

Pembentukan MCC di wilayah tersebut bersamaan dengan pembentukan Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS) di wilayah yang sama. Untuk diketahui, CENS merupakan fenomena meteorologis berupa aliran angin permukaan yang sangat kuat melintasi garis ekuator.

Aktivitas CENS yang menguat terus terjadi hingga sore hari pukul 15.00 WIB, dan secara cepat membuat MCC tersebut bermigrasi ke Laut Jawa. Selain berpindah, pertumbuhan sel-sel konveksi yang baru juga terjadi sangat intens dan meluas meliputi seluruh Laut Jawa.

Kondisi inilah yang kemudian memicu pembentukan hujan ekstrem maksimum pada tengah malam hingga dini hari di atas pantai utara Jawa Barat.

Aktivitas CENS dan hujan ekstrem pada dini hari di utara Jawa Barat tersebut dapat diprediksi melalui Sadewa Lapan.

 

Penyebab Longsor dari PVMBG

Hingga saat ini, pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) masih menyingkirkan material longsoran jalan yang menutup akses antardesa di Sukajaya.
Hingga saat ini, pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) masih menyingkirkan material longsoran jalan yang menutup akses antardesa di Sukajaya.(Istimewa)

Pusat Vulkanologi Meterologi dan Gofisika (PVMBG) telah melakukan penelitian terhadap longsornya tanah di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Longsor yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia itu karena melapuknya batuan breksi vulkanik dan tuft (tumpuk) di lokasi itu yang mudah longsor saat terjadi hujan.

Ketiga titik lokasi tanah longsor yang diteliti, yakni, longsoran di kawasan Desa Harkat Jaya, Pasir Madang dan Desa Urug.

Kasubid Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat, PVMBG dari Kementerian ESDM, Sumaryono, mengatakan faktor curah hujan juga turut berpengaruh karena pada 1 Januari 2020, hujan mencapai 301.6 milimeter dalam sehari atau kategori hujan ekstrim.

"Bisa dikatakan curah hujan satu bulan diturunkan dalam satu hari atau ekstrim sehingga banyak sekali longsoran pada lereng dan bukit," ujar Sumaryono, Jumat (10/1/2020).

Kemudian batuan di daerah lokasi bencana sudah mengalami pelapukan. Material di lereng dan perbukitan berupa lempung pasiran yang lunak sehingga mudah hancur. Apabila terkena air mudah luruh karena telah melewati batas kejenuhan.

"Longsor di Bogor karena batas pelapukan batuan vulkanik dan batuan dasar vulkanik, serta lereng yang curam tidak mampu menahan curah hujan sangat tinggi," terangnya.

Terlebih lagi, lanjut Sumaryono, kondisi tata guna lahan atau peruntukan lahan di kawasan bencana longsor dan banjir itu berupa permukiman desa, ladang, kebun campuran, perkebunan, dan hutan.

"Beberapa longsor terjadi pada alur air sehingga area terdampaknya bisa jauh sampai pemukiman. Contohnya Sungai Cidurian dan anak Sungai Cidurian karena batuan dasar batu lempung dan kemiringan searah lereng atasnya vulkanik sehingga erosi di sungai itu semakin tinggi," kata dia.

Ia mengingatkan, kepada warga yang tinggal di lereng, daerah perbukitan maupun di sejumlah titik ruas jalan untuk mewaspadai akan terjadinya kembali longsoran susulan. Karena material longsoran belum semua turun dan masih jenuh air.

"Banyak dijumpai longsor di Desa Pasir Madang dan Harkat Jaya maupun jalan menuju Urug ada lebih dari 40 titik longsor. Tidak menutup kemungkinan, sisa tanah di atasnya itu akan bergerak kembali. Terlebih di saat curah hujan yang masih tinggi," katanya.

Sedangkan mengenai sejumlah ruas jalan yang ambles hingga memutus akses ke beberapa desa, kata Sumaryono, merupakan sebagai dampak dari adanya pergerakan tanah longsor sebelumnya.

"Karena adanya aktifitas di atas tanah itu, maka sangat mudah terjadi amblesan. Kalau sempat terdengar dentuman dan gemuruh itu hal biasa sebelum terjadi longsor. Itu karenan dorongan air dalam tanah," ujarnya.

 

Korban Direlokasi

Alat berat untuk menyingkirkan materi longsor di Jalan Harkat Jaya - Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Alat berat untuk menyingkirkan materi longsor di Jalan Harkat Jaya - Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. (Liputan6.com/ Achmad Sudarno)

Sementara itu, Presiden Jokowi memerintahkan jajarannya untuk merelokasi warga korban banjir dan longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Setidaknya, ada 776 unit rumah yang mengalami kerusakan akibat bencana banjir dan longsor.

"Untuk masyarakat yang terkena longsor, untuk mau direlokasi, dipindahkan ke kurang lebih 2 kilometer dari situ," kata Jokowi di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten.

Nantinya, kata dia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun rumah untuk merelokasi korban banjir dan longsor.

Lahan untuk relokasi rumah warga akan mengggunakan lahan milik PT Perkebunan Nasional, yang jaraknya dua kilometer dari lokasi semula.

"Tadi yang untuk Kabupaten Bogor rumahnya nanti dari Kementerian PU, lahannya tadi lurah dan camat menunjuk lahannya PT P. Kalau lahan PT P berarti lebih mudah, pusat lagi," jelas dia.

Jokowi pun meminta agar para warga korban bencana di Sukajaya mau untuk mau direlokasi sejauh dua kilometer dari lokasi bencana. Dia menyatakan, Bupati Bogor Ade Yasin akan menyiapkan proses relokasi.

"Jadi selesai akan langsung diselesaikan Kementerian PU untuk perumahannya," ucapnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut, terdapat sejumlah titik longsor di Kecamatan Sukajaya, Bogor. Dia memastikan akan membuka akses jalan yang terisolasi akibat longsor.

"Kemarin kami lihat dari helikopter sangat kelihatan sekali, yang longsor itu bukan hanya puluhan, tapi ratusan. Ini baru pada tahap diselesaikan, dibersihkan, terutama yang terisolir," pungkas Jokowi.

 

Korban Longsor Akan Tempati Desa Baru

Alat berat untuk menyingkirkan materi longsor di Jalan Harkat Jaya - Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. (Liputan6.com/ Achmad Sudarno)
Alat berat untuk menyingkirkan materi longsor di Jalan Harkat Jaya - Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. (Liputan6.com/ Achmad Sudarno)

Ribuan warga terdampak longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor dipastikan tidak bisa lagi kembali ke desanya.

Presiden Jokowi meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bogor segera mengkaji kebutuhan lahan baru bagi korban.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyebut Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan dirinya dan Bupati Bogor, Ade Yasin merelokasi 2.000 kepala keluarga (KK) warga terdampak longsor direlokasi ke lahan milik PTPN.

"(Warga terdampak) yang di Bogor sudah diputuskan tidak mungkin (kembali) di tempat yang longsor," kata Ridwan Kamil.

Tugas dia dan Ade Yasin saat ini adalah mengkaji kebutuhan lahan bagi 2.000 KK terdampak longsor tersebut. Konsep yang dibentuk adalah sebuah kampung baru. Diketahui, ada 11 desa di Kecamatan Sukajaya yang terisolir akibat longsor yang terjadi Rabu, 1 Januari 2020.

"Sifatnya (membuat) kampung (baru), Bu Ade sudah ditugaskan untuk melakukan kajian seberapa luas yang dibutuhkan," ucap Ridwan.

Selain itu, Ridwan Kamil pada pekan depan berencana mengumpulkan kepala daerah di Jawa Barat yang terdampak bencana usai diterjang cuaca ekstrem. Para kepala daerah akan dibagi tugas dalam menekan potensi yang bisa merugikan masyarakat akibat banjir maupun longsor.

Ini dianggap penting, karena menurutnya, Jawa Barat adalah provinsi hidrologis yang setiap tahun terdapat 1.200 hingga 1.500 laporan kebencanaan. Mayoritas adalah bencana alam yang berhubungan dengan air antara banjir di wilayah Tengah Jawa Barat ke Utara Jawa Barat atau longsor dari Tengah Jawa Barat ke Selatan Jawa Barat.

Lalu, rencana lain adalah membangun bendungan baru di zona rawan banjir. Hal ini sudah disampaikan saat ia menghadiri rapat di Istana Negara beberapa waktu lalu.

"Ingin ada bendungan penahan pengatur aliran Sungai Cibeet dan Cilamaya, kemudian Cileungsi dan Cikeas juga. Butuh sekitar tiga sampai empat lokasi di zona terdampak," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya