Liputan6.com, Jakarta - Warga memadati Vihara Amurva Bhumi di Jatinegara, Jakarta Timur untuk melakukan ibadah Imlek 2571 Kedatangan para jemaat disambut hangat oleh para pengurus vihara.
Vihara ini didominasi warna merah dan kuning. Di dalamnya terdapat lilin merah yang terus menyala hingga habis sebagai simbol cahaya kehidupan. Cermin yang menghiasi dinding sebagai simbol kesucian atau kebersihan.
"Gong Xi," ucap pengurus sambil mengepalkan tangan kepada para jemaat yang berdatangan, Sabtu (25/1/2020).
Advertisement
Para jemaat kemudian membakar uang kertas (Kim Cua). Prosesi sembayang dilakukan dengan sangat khidmat dengan aroma dupa yang menyeruak.
Para jemaat mengelilingi tujuh altar. Setiap altar terdapat patung beberapa dewa salah satunya Dewa Tu Tik Pak Kung yang berada di altar utama. Selain itu ada patung Budha, Shiddhartha Gautama dan Dewi Guan Yin sebagai Dewi Welas Asih yang memiliki paras cantik.
Di setiap altar, jemaat juga meletakkan beberapa dupa yang sudah di nomor kan dari satu sampai lima belas. Para jemaat berdoa pada Imlek tahun ini agar mendapatkan hasil bumi melimpah di tahun tikus logam ini.
"Semoga rejeki di lancar dan datang berlimpah," ucap salah satu jemaat Nai Dirga (30).
Di sisi lain, seorang biarawati memukul gong dengan keras beberapa kali untuk memanggil para dewa-dewi. Pada akhir prosesi ibadah para jemaat meletakkan uang sedekah se iklasnya di kotak amal yang di sediakan.
Berapa pengamen jalanan sempat memeriahkan prosesi di depan vihara. Mereka terus memukul alat musik hingga mendapatkan angpau atau amplop merah khas Imlek yang berisi uang.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Berumur Ratusan Tahun
Vihara Amurva Bhumi berarti Dewa Bumi, Tu Tik Pak Kung. Vihara ini juga, merupakan vihara tertua di Jakarta Timur yang sudah berumur sekitar 400 tahun.
Menurut salah satu jemaat, Liong Kim Lung (75), Tu Tik Pak Kung, merupakan seorang menteri ekonomi dan perpajakan yang sangat bijaksana di daratan Cina. "Berdasarkan hikayat, ia meminta pajak tanpa memberatkan rakyat," ucap dia.
Pada saat kematian Tu Tik Pak Kung, dia digantikan oleh menteri yang serakah dan kejam. Para masyarakat mengharapkan sosok Tu Tik Pak Kung kembali sehingga mengangkat dirinya menjadi dewa.
Vihara ini didirikan di sekitar Pasar Mester yang sekarang dinamakan Pasar Jatinegara.
(Rizki Putra Aslendra)
Advertisement