Bahasa Tanpa Batas pada Hari Bahasa Ibu Internasional 2020

Hari Bahasa Ibu Internasional merupakan pengakuan dan penghormatan terhadap keragaman linguistik dan budaya yang berkontribusi memperkuat persatuan dan kohesi masyarakat yang damai, inklusif, dan berkelanjutan.

oleh Liputan Enam diperbarui 26 Feb 2020, 10:15 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2020, 10:15 WIB
Hari Bahasa Ibu Internasional 2020
Hari Bahasa Ibu Internasional 2020/AM Awwal

Liputan6.com, Jakarta Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan kegiatan Gelar Wicara dan Penampilan Tunas Bahasa Ibu dengan tema "Melestarikan Bahasa Daerah untuk Pemajuan Bangsa" digelar 25 Februari 2020 di Aula Sasadu, Gedung M. Tabrani, Rawamangun, Jakarta Timur.

Bahasa Ibu adalah bahasa yang pertama kali dipelajari oleh seseorang sejak kecil secara alamiah dan menjadi dasar sarana komunikasi serta pemahaman terhadap lingkungannya. Dalam konteks di Indonesia, bahasa ibu diidentifikasi dengan bahasa daerah atau bahasa lokal.

Pengidentifikasian ini didasari pada keberagaman suku dan wilayah yang memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda yang digunakan sehari-hari di lingkungan keluarga.

Kepala Badan Bahasa, Dadang Sunendar mengatakan Badan Bahasa mengajak kepada seluruh masyarakat untuk bersama-sama mewariskan bahasa daerah ke anak-anak sejak dini.

"Tekniknya hanya satu, yaitu melalui pewarisan. Dengan begitu, bahasa daerah akan terus hidup dan terwaris ke anak cucu," ujar Dadang, di Rawamangun, Jakarta Timur.

Di tempat yang sama, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman, menuturkan ada empat peran bahasa dalam pembangunan, yaitu:

Pertama, peran strategis dalam pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, sebagai alat untuk memperoleh mata pencaharian dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan publik.

Kedua, sebagai media utama transmisi pengetahuan untuk mencapai pendidikan dasar universal.

Ketiga, peran strategis untuk kelestarian lingkungan, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan lokal dan adat serta pengetahuan tentang lingkungan alami serta pengelolaan sumber daya alam.

Keempat, merupakan hak-hak mendasar dalam berekspresi, berpendidikan, berpartisipasi dalam kehidupan budaya, serta mendapat manfaat dari kemajuan ilmiah.

Ia juga menjelaskan sejarah singkat lahirnya Hari Bahasa Ibu Internasional.

"Dahulu Republik Rakyat Bangladesh menetapkan 21 Februari sebagai "Language Martyrs Day" untuk memperingati para martir yang mengorbankan diri untuk melindungi dan memperjuangkan hak-hak Bahasa Ibu mereka, yaitu Bahasa 'Bangla'," kata Arief.

Adapun peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2020 bertema "Bahasa Tanpa Batas".

“Itu adalah sebagai pengakuan dan penghormatan terhadap keragaman linguistik dan budaya yang berkontribusi memperkuat persatuan dan kohesi masyarakat yang damai, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Arief.

 

Lestarikan Bahasa Ibu dengan Festival Budaya Daerah

Menurut hasil sensus penduduk dari BPS tahun 2010, penduduk Indonesia berusia di atas 5 tahun yang masih menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 79,5 persen. Akan tetapi, dalam konteks sosial budaya di Indonesia, konsep bahasa ibu ini tidak serta-merta dan secara sederhana dapat dilihat dari pemakaian bahasa sehari-hari di rumah.

Isu bahasa ibu ini menjadi penting ketika bahasa-bahasa lokal di dunia mulai banyak yang punah. UNESCO memperkirakan sekitar 3.000 bahasa lokal akan punah di akhir abad ini.

Menurut data yang diterima Liputan6.com, hanya separuh dari jumlah bahasa yang dituturkan oleh penduduk dunia saat ini yang masih akan eksis pada 2100 nanti. Sehubungan dengan itu pula, sejak tahun 1999, UNESCO menetapkan Hari Bahasa Ibu setiap tanggal 21 Februari.

Penetapan ini dianggap penting karena dapat menjadi tonggak kesadaran suatu bangsa untuk menjaga bahasa ibu-nya kepada generasi penerus pada setiap bangsa.

Sementara, Bupati Kabupaten Bungo, Mashuri yang turut hadir dalam acara ini memiliki cara agar Bahasa daerah tetap lestari di daerahnya.

"Kita adakan festival budaya daerah, seperti permainan daerah, kebiasaan-kebiasaan masyarakat kita itu kita festivalkan, kita adakan kegiatan menanam padi bergotong royong satu desa kemudian memanen padi bergotong royong satu desa. Kita berikan panggung-panggung bagi anak-anak, dan tempat kebudayaan, termasuk bertutur bahasa daerah di dalamnya," terang Mashuri.

Tokoh Adat Maluku, Ellizza Marthen Kisya, memaparkan bagaimana ia hanya mengemban sekolah rakyat sampai terjun langsung ke lingkungan masyarakat, tetapi tetap bisa berusaha untuk melestarikan budaya di Ambon, Maluku.

Di era yang modern dan canggih, Eliza memiliki satu cara yang simpel untuk melestarikan budaya daerah.

"Hanya satu cara kita bisa melestarikan budaya, dengan masuk ke lingkungannya. Dengan masuk ke lingkungan, kita berkesempatan masuk untuk mewarisi kearifan lokal," tukas Eliza.

Pada pertengahan acara, terdapat penampilan sastra lisan Dideng oleh anak-anak dari Rantaupandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, beserta Maestro Dideng, Ibu Jariah.

Walaupun acara sempat ditunda pada pukul 12.00 karena banjir yang menggenang di kantor Badan Bahasa, peringatan Hari Bahasa Ibu 2020 Internasional kali ini berjalan lancar. Hingga di akhir acara ditutup dengan penampilan teater mini dan monolog berbahasa daerah dari Komunitas Oryza Lokabasa. (Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ)

 

Simak Video Pilihan Berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya