Mahfud Md: Kita Harus Terima Permintaan Maaf Belanda

Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan, sebagai bangsa yang beradab, Indonesia harus menerima permintaan maaf tersebut.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 10 Mar 2020, 20:37 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 20:37 WIB
Jokowi Beri Arahan di Rakornas Karhutla 2020
Menko Polhukam Mahfud Md. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan permohonan maaf atas penjajahan yang dilakukan negaranya selama 350 tahun di masa lampau. Hal ini disampaikan Raja Willem saat bertemu Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan, sebagai bangsa yang beradab, Indonesia harus menerima permintaan maaf tersebut.

"Ya baguslah. Kita bangsa yang beradab, orang minta maaf ya harus diberi maaf," kata Mahfud di kantornya, Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Meski demikian, hal ini tidak dibahasnya bersama Menteri Luar Negeri Belanda Stephanus Abraham dalam pertemuan hari ini.

"Enggak, kita enggak bicara itu. Kita bicara soal kerja sama pendidikan, kerja sama hukum," jelas Mahfud.

Dia menerangkan, dirinya adalah alumni kerja sama hukum Indonesia-Belanda tahun 1987. Sehingga, hal tersebut perlu diaktifkan kembali.

"Sekarang itu, saya katakan dihidupkan lagi. Karena itu bisa lahirkan orang-orang yang lumayan. Jadi profesor, jadi Ketua MK, jadi Menko Polhukam. Saya bilang, hidupkan dong kerja sama begitu. Rileks saja (pertemuannya)," pungkasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Akui Banyak Korban

Sebelumnya, Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan permohonan maaf atas penjajahan yang dilakukan negaranya selama 350 tahun di masa lampau. Hal ini disampaikan Raja Willem saat bertemu Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Senada dengan pernyataan pemerintah Belanda sebelumnya, saya ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas penjajahan yang dulu dilakukan oleh Belanda pada tahun-tahun itu," kata Willem.

Meskipun Indonesia telah memerdekakan diri, Belanda tetap saja melakukan agresi militer yang menelan banyak korban jiwa. Willem pun menyampaikan permintaan maaf terkait hal tersebut.

"Tahun-tahun setelah proklamasi, pemisahan yang menyakitkan terjadi yang menelan banyak korban jiwa," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya