Istana: Tidak Boleh Ada Diskriminasi karena Virus Corona

Sikap Presiden Joko Widodo sudah jelas pemerintah akan memerangi hoax, serta memperlakukan siapun yang terjangkit virus sebagai saudara dalam kemanuasiaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mar 2020, 12:03 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2020, 12:03 WIB
Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian menegaskan sikap diskriminasi tidak dibenarkan kepada seluruh negara. Hal tersebut menanggapi terkait Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii yang mengatakan bahwa WNAnya yang tinggal di Indonesia bukanlah sumber penyebaran virus corona melainkan sahabat Indonesia.

"Jepang adalah negara sahabat Indonesia dalam memerangi korona, diskriminasi sesuatu yang tidak dibenarkan karena kita tidak boleh terjebak pada stigmatisasi," kata Doni di Jakarta Pusat, Rabu (11/3).

Dia pun menjelaskan sikap Presiden Joko Widodo sudah jelas pemerintah akan memerangi hoax. Dan memperlakukan siapun yang terjangkit virus sebagai saudara dalam kemanuasiaan.

"Perlakukan siapa saja yang terjangkit atau diduga terjangkit sebagai saudara dalam kemanusiaan," ungkap Doni.

Sebelumnya diketahui Pemerintah Jepang mendukung kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia terkait pencegahan penyebaran infeksi Virus Corona. Seperti yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo, yang harus dikhawatirkan adalah berita-berita hoaks dan reaksi berlebihan.

"Warga Negara Jepang yang tinggal di Indonesia bukan merupakan sumber penyebaran Virus Corona, melainkan sahabat Indonesia," demikian keterangan pihak Jepang melalui kedutaan di Jakarta, Selasa (10/3).

"Mari kita bersama-sama berupaya menanggulangi, isu Virus Corona," jelas pihak Jepang.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kasus Positif Corona Bertambah, Perlukah Indonesia Isolasi Kota?

Perjuangan Petugas Medis Korea Selatan Perangi Virus Corona
Petugas medis menyesuaikan kacamatanya saat akan menyemprotkan cairan disinfektan sebagai tindakan pencegahan virus corona (COVID-19) di Seoul, Korea Selatan, Jumat (21/2/2020). Jumlah pasien virus corona di Korea Selatan naik 293 kasus dari pengumuman sebelumnya. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Jumlah pasien yang terbukti positif Covid-19 di Indonesia bertambah lagi. Terakhir jumlah kasus positif Covid-19 menjadi 27 kasus.

Anggota komisi IX Saleh Partaonan Daulay mengatakan, pemerintah perlu melakukan terobosan-terobosan untuk mencegah penyebarannya. Pemerintah sangat perlu melakukan pelacakan pada mereka yang pernah kontak langsung dengan yang terinfeksi.

Ini diperlukan agar penyebarannya bisa diidentifikasi dan mereka yang pernah kontak itu bisa dideteksi. Kerja sama dari semua pihak dibutuhkan untuk menghalau penyebaran covid-19 ini.

"Pemerintah jauh hari menyebut bahwa Indonesia sangat siap. Meski banyak negara yang meragukan kemampuan kita, inilah saatnya kita menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar siap dan mampu. Dulu, waktu menangani flu burung, Indonesia bisa. Kala itu, banyak yang mengapresiasi," kata Saleh, saat dikonfirmasi, Rabu (11/3).

Pertanyaannya yang kemudian muncul, perlukah Pemerintah melakukan isolasi kota untuk mengendalikan penyebaran Covid-19?

Mananggapi hal tersebut, dia menegaskan bahwa hingga saat ini opsi isolasi kota tertentu belum perlu dilakukan. Yang diperlukan justru meningkatkan pencegahan dan antisipasi dari segala aspek agar tidak semakin menyebar.

"Saat ini, pemerintah belum perlu untuk mengisolasi satu kota tertentu. Selama penyebarannya masih bisa dikendalikan, tentu belum perlu untuk mengunci satu kota tertentu," ungkapnya.

Selain itu, pintu-pintu masuk ke Indonesia juga perlu dijaga lebih ketat. Semua orang yang masuk harus dipastikan sehat.

Bahkan, untuk sementara, mereka yang berasal dari negara yang menjadi episentrum virus corona harus dilarang masuk ke Indonesia. "Temuan yang ada kan banyak yang imported case. Artinya, virus itu masuk ke Indonesia jelas-jelas dari luar negeri. Itu harus diwaspadai dan dicegah semaksimal mungkin," ujarnya.

"Kita lihat nanti perkembangannya seperti apa. Harapannya, penyebaran virus ini segera mereda dan kita bisa hidup seperti biasanya," tandasnya.

 

Reporter: Intan Umbari & Ahda Bayhaqi/merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya