Pemerintah: Rapid Test Tenaga Medis Diprioritaskan, Termasuk Front Office di RS

Yurianto menambahkan, pemerintah telah mendistribusikan 125 ribu kit untuk pemeriksaan cepat Covid-19 yang didistribusikan di 34 provinsi.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 24 Mar 2020, 18:28 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2020, 18:28 WIB
Achmad Yurianto
Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Virus Corona atau Covid 19, Achmad Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB di Jakarta, Senin (23/3/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memprioritaskan rapid test atau tes cepat adalah di lingkungan tempat tinggal pasien positif virus Corona atau Covid-19. Selain itu, tenaga kesehatan karena rentah tertular.

"Di dalam konteks pemeriksaan rapid test ini, kita sudah menentukan kebijakan yang pertama akan dilaksanakan kepada kontak dekat kasus positif yang sudah terkonfirmasi dan dirawat di rumah sakit atau kasus konfirmasi positif yang harus dilaksanakan isolasi rumah," kata Juru bicara pemerintah untuk virus Corona Achmad Yurianto di Gedung BNPB, Selasa (24/3/2020)..

Dia menuturkan, yang menjalani rapid test keluarga yang tinggal serumah dengan pasien. Juga teman kerja dari pasien. "Ini prioritas yang pertama," ujar dia.

Selain itu, pemerintah memprioritaskan rapid test kepada tenaga kesehatan yang melayani pasien Covid-19. Menurut dia, tenaga medis rentan terinfeksi covid 19.

"Ini harus kita periksa termasuk front office rumah sakit juga kita lakukan pemeriksaan," ujar dia.

Yurianto menambahkan, pemerintah telah mendistribusikan 125 ribu kit untuk pemeriksaan cepat yang didistribusikan di 34 provinsi.

"Nanti provinsi yang bisa menentukan pertama untuk kontak tracing kedua adalah petugas kesehatan yang dilibatkan dalam latanan langsung terkait dengan Covid 19," ujar dia.

Yurianto menuturkan, pada pengiriman berikutnya rapid test yang dilakukan akan berbasis pada daerah. Sebagai contoh wilayah Jakarta Selatan.

"Ada wilayah yang sudah kami identifikasi dan petakan maka akan menjadi prioritas kita, pelaksanaan tes tentunya akan didesentralisaikan di semua fasilitas kesehatan yang ada di wilayah itu misal pukesmas lab kesehatan daerah, rumah sakit yang ada di wilayah tersebut baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta," tandas Yurianto. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Data Selasa 24 Maret

Achmad Yurianto
Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Virus Corona atau Covid 19, Achmad Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB di Jakarta, Senin (23/3/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Juru bicara pemerintah untuk virus Corona Achmad Yurianto mengatakan, jumlah kasus positif Covid-19 pada Minggu (22/3/2020) bertambah 107 orang.

"Ada penambahan baru konfirmasi positif 107 kasus, total saat ini 686 kasus positif. Ini adalah angka akumulasi," kata Yurianto soal kasus Covid-19 di Indonesia di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Yurianto mengatakan, dari total kasus tersebut, jumlah pasien sembuh dari Covid-19 tidak ada penambahan. Namun, ada pasien yang sudah dites pertama hasilnya negatif. 

"Ada penambahan pasien meninggal sebanyak 7 orang, sehingga total kasus meninggal 55 orang," kata Yuri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya