Gugus Tugas Corona: Tak Mudah Dapat Alat Rapid Test, Semua Negara Berebutan

Doni mengatakan, Presiden Jokowi meminta agar rapid test virus Corona diproritaskan untuk orang-orang yang memiliki risiko penularan tertinggi.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 06 Apr 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2020, 18:35 WIB
Doni Monardo Pimpin Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengumumkan pembentukan gugus percepatan tugas penaganan Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) di Jakarta, Sabtu (14/3/2020). Pemerintah pusat membentuk Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona yang dipimpin Kepala BNPB Doni Monardo. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengakui, pemerintah kesulitan mendapatkan alat rapid test untuk mendeteksi virus Corona. Hal ini, kata dia, dikarenakan semakin banyaknya negara-negara yang terdampak virus Corona.

"Memang kita sadari bahwa tidak mudah ternyata untuk mendapatkan alat, peralatan yang berhubungan dengan rapid test. Karena dengan semakin banyaknya negara-negara terdampak," kata Doni Monardo saat video conference usai rapat bersama Presiden Joko Widodo, Senin (6/4/2020).

"Bahkan negara-negara besar sekalipun, semua negara berebutan untuk mendapatkan alat-alat yang berhubungan dengan penanganan Covid-19 ini," sambungnya.

Untuk itu, Doni mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agar rapid test virus Corona diproritaskan untuk orang-orang yang memiliki risiko penularan tertinggi. Salah satunya yakni, para dokter, tenaga medis yang menangani pasien Corona beserta keluarganya.

"Yang pertama adalah dokter, para perawat dan keluarga mereka. Serta masyarakat yang terdampak langsung atau berpotensi terdampak dari Covid-19 ini," jelas Doni.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


2 Metode

FOTO: Melihat Alat Pendukung Perawatan Pasien di RS Darurat COVID-19
Petugas memeriksa alat pendukung perawatan pasien virus corona COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Minggu (22/3/2020). RS Darurat Penanganan COVID-19 dilengkapi dengan ruang isolasi, laboratorium, radiologi, dan ICU. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Seperti diketahui, Kementerian Kesehatan menggunakan metode rapid test dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi virus Corona di Indonesia. Rapid test atau metode tes massal ini dengan menggunakan darah dan hasilnya dapat diketahui paling lama 10 menit.

Sementara itu, metode PCR atau swab test yakni menggunakan sampel cairan dari saluran pernapasan. Berbeda dengan rapid test, hasil untuk mengetahui virus corona dengan metode PCR ini biasanya lebih lama.

Kendati begitu, rapid tes tersebut belum menjamin keakuratan untuk mendeteksi virus ada di dalam tubuh. Bagi pasien yang sudah mendapatkan hasil negatif dari rapid test disarankan menunggu terlebih dahulu tujuh sampai 10 hari ke depan. Jika hasilnya positif, pasien tersebut pun harus diperiksa kembali dengan PCR.

"Hasil rapid test ini, "orang ini pernah terpapar" tapi terpaparnya kapan dan apakah virus ini masih aktif, ini harus dilakukan berkelanjutan," ujar Peneliti Bioteknologi Samira Husen Alamudin, Sabtu 21 Maret 2020.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya