Liputan6.com, Jakarta - Masker hingga kini masih menjadi barang langka di tengah pandemi Corona yang melanda Indonesia. Mirisnya lagi, sejumlah pihak bahkan memanfaatkan situasi ini untuk mengeruk keuntungan dengan menjualnya dengan harga selangit.
Melihat situasi ini para ibu dan remaja di Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan berinisiatif untuk memproduksi masker kain.Â
Baca Juga
Dilansir Antara, tekad besar Maryulis bersama 11perempuan tangguh lainnya bermula dari rasa kekhawatiran mereka akan penyebaran virus Corona yang semakin masif di Tanah Air.
Advertisement
Khususnya, sejak Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kasus pertama pasien terjangkit Covid-19 pada 2 Maret lalu, hingga membuat masyarakat untuk semakin mawas diri dengan beragam tindakan.
Tidak seperti mereka yang malah membeli perbekalan dalam jumlah berlebihan, Maryulis memiliki pemikiran lain. Dia menyadari bahwa bersikap panik, membeli pasokan makanan ataupun obat-obatan dalam jumlah banyak bukan langkah yang tepat.
Berkat keterampilan dan pengalaman menjahit yang dimilikinya, dia mulai mengajak warga di Desa Menang Raya secara mandiri dan sukarela untuk membuat masker kain guna dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
"Dulu saya buat tas, lalu setelah Corona, suami saya bilang, mending bikin masker kasihan anak-anak di sini harus beli pula," kata dia.
Sejak mulai membuat masker kain hingga kini, ia bersama rekan-rekannya berhasil memproduksi sekitar 4.000 ribu masker. Kemudian, dibagikan gratis kepada masing-masing kepala keluarga melalui perangkat RT dan RW.
"Kami bagikan gratis. Satu kepala keluarga dapat dua hingga tiga masker kain," katanya.
Aksi solidaritas yang dilakukan oleh Maryulis bersama kaum Kartini lainnya tersebut mendapat dukungan penuh dari perangkat desa setempat. Tidak hanya berupa dukungan moril, namun bantuan material juga diberikan.Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bukan Sekadar Masker Biasa
Dana tersebut lalu digunakan untuk membeli kain yang merupakan bahan dasar masker. Walaupun harganya semakin hari semakin naik, namun ia tak menghentikan niat baiknya untuk masyarakat.
"Selain dukungan desa, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK juga membantu dari segi anggaran," ujarnya.
Secara umum, masker yang dibuat oleh Maryulis bersama teman-temannya tersebut tidak hanya sekadar masker kain biasa. Melainkan, kualitas yang dihasilkan juga menjadi pertimbangan termasuk dengan sengaja dibuat dua lapis agar lebih mampu menahan droplet atau virus.
"Kalau dibuat tipis takutnya sia-sia," ujar dia.
Di sisi lain, kerja keras para Kartini yang ikut membantu pembuatan masker ini memang sama sekali tidak memperoleh imbalan. Sebab, dari awal mereka sudah bertekad untuk sekadar membantu warga di Desa Menang Raya melawan Covid-19.
"Mereka sama sekali tidak digaji. Tapi diberi makan," katanya.
Sebelum adanya pandemi Corona, Maryulis sehari-harinya bekerja membuat tas dan topi. Rumah produksi tempat ia bekerja mulanya tersedia untuk membuat kerajinan anyaman purun.
Tidak hanya memproduksi masker kain yang dibagikan secara gratis, tetapi mereka para Kartini tangguh dari Palembang tersebut juga berbagi ilmu dengan ibu-ibu Persit dari Koramil 402-02/Pedamaran.
"Kemarin itu Bapak tentara ada tiga orang, lalu Ibu Persit ada lima orang yang ikut belajar membuat masker juga," kata dia.
Advertisement
Menyulap Potongan Kain Perca
Kegiatan serupa juga dilakukan kaum perempuan di Desa Pedekik, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Para Kartini tangguh membuat masker kain untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat sekitar.
Kaum ibu di desa itu mengumpulkan potongan kain perca yang masih layak dari tukang jahit sebagai bahan utama pembuatan masker kain.
Tidak hanya membuat masker, kaum ibu yang tergabung di PKK desa setempat juga membuat jamu tradisional untuk dibagikan kepada masyarakat. Mereka menyakini dengan menjaga imunitas tubuh maka berbagai penyakit termasuk virus dapat dicegah sedini mungkin.
Untuk pembuatan jamu, PKK desa mengajak para kaum ibu yang memiliki usaha jamu di daerah tersebut sehingga dapat menyatukan satu ramuan dengan satu rasa.
Untuk ramuan jamu terdiri dari bahan-bahan tradisional di antaranya kunyit, jahe, serai, kencur, asam Jawa dan lainnya.
"Jamu dan masker ini kami bagikan gratis untuk warga sebagai upaya antisipasi penyebaran COVID-19," kata Yeyen salah seorang anggota PKK yang terlibat langsung dalam pembuatan masker dan jamu.
Pada tahap pertama tepatnya awal April, kelompok PKK Desa Pedekik sudah memproduksi 250 masker kain dan 850 cup jamu tradisional.
Untuk sistem pembagian masker dan jamu, Yeyen mengatakan pihaknya berpatokan pada jumlah rumah di desa itu, yakni sekitar 850 unit. Sehingga satu rumah mendapatkan satu jamu.
Sementara,untuk masker yang berjumlah 250 dengan masa produksi tiga hari, PKK desa setempat hanya membagikannya di persimpangan jalan poros desa saja.
"Sebab produksinya baru sedikit saat itu," ujarnya.
Dengan tenaga 12 orang kaum ibu, mereka akan mengerjakan pembuatan masker kain selanjutnya di rumah jahit yang memang tersedia di desa tersebut.
Namun, jika memang para kaum ibu itu memiliki mesin jahit di rumah, kemungkinan pengerjaan masker kain akan dilaksanakan di rumah masing-masing mengingat pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat menjaga jarak fisik antara satu dengan lainnya.
"Untuk bahan sendiri, rencananya 2.500 masker itu dibantu oleh BRG dan insyaAllah akan sampai dalam waktu dekat," ujar dia.
Â