Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakui hingga saat ini Indonesia masih alami keterbatasan reagen untuk melakukan tes polymerase chain reaction (PCR). Hal tersebut lantaran saat ini masih menggunakan alat impor untuk memenuhi pemeriksaan Covid-19.
Sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta beberapa universitas mengembangkan pembuatan reagen. Namun saat ini sedang dalam tahap uji coba produksi.
"Saat ini sedang dalam proses untuk produksi percobaan pertama," jelas Wiku.
Advertisement
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, dalam 6 minggu ke depan, pihaknya akan memproduksi 100 ribu unit rapid tes. Alat tes reaksi antibodi tersebut, adalah hasil kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Universitas Gajah Mada (UGM).
"Rapid test kami sudah laporkan Pak Presiden, 1,5 bulan atau 6 minggu dari sekarang rencananya sudah ada 100 ribu produksi, 100 ribu unit rapid test yang merupakan hasil kerja sama dari BPPT dan UGM," jelas Bambang usai rapat terbatas bersama Presiden, Jakarta, Rabu (15/4/2020).
Diproduksi Massal
Nantinya alat rapid tes tersebut akan diproduksi oleh PT Hematika Jogja dan akan diproduksi dalam jumlah besar.
"Rencananya nanti tentu akan diproduksi dalam jumlah yang lebih besar lagi untuk kebutuhan rapid test dalam rangka penanganan covid19," jelas Bambang.
Tidak hanya itu, pihaknya juga telah mengembangkan polymerase chain reaction (PCR). Hal tersebut kata dia hasil kerja sama BPPT dengan startup Nusantic dengan PT Biofarma.
"Rencananya pengujian di BP POM dan Kemenkes, setelahnya tentunya akan dilakukan produksi yang dilakukan PT Biofarma," ungkap Bambang.
Advertisement