Liputan6.com, Jakarta Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengaku, dirinya telah disiram menggunakan air keras sebelum menoleh ke belakang. Karena, saat itu ia mendengar adanya suara motor yang cukup pelan sekali.
Hal itu ia sampaikan dalam persidangan penyiraman air keras terhadap Novel di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, dengan agenda pemeriksaan saksi.
"Setelah saya keluar dari masjid saya jalan ke barat saya mendengar ada sepeda motor jalan pelan dan itu saya enggak curiga, karena ada tetangga yang memakai motor. Belum sampai saya menoleh, saya disiram air keras ke muka saya. Dan ya sejenak saya tertegun satu saya merasa seperti terbakar di muka," kata Novel di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Kamis (30/4/2020).
Advertisement
Novel mengaku tak mengenali jenis motor apa yang digunakan oleh terdakwa saat itu. Karena, ia tak mendengar cukup keras suara motor yang dipakai terdakwa.
"Saya enggak mengenali jelas (motor apa) karena suaranya enggak terlalu khas. Kalau khas sperti vespa saya pasti tahu. Ketika setelah menyiram air keras ke saya, dia menancap gas motornya. Saya melihat sepertinya (motor) matic," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sempat Meminta Pertolongan
Menurut Novel, dia disiram oleh satu orang yang saat berboncengan dengan menggunakan sepeda motor. Namun, ia tidak bisa melihat secara pasti ciri-ciri pelaku tersebut.
"Yang nyiram 1 yang di depan mengendarai sepeda motor, boncengan. (Sempat lihat ciri-ciri) Saya enggak bisa lihat. Ketika saya mencari air itu saya sempat tabrak papan kayu, akhirnya saya menuju masjid. Awalnya saya mau ke rumah Pak Wisnu yang paling dekat lokasi, saya waktu itu disiram di depan rumah Pak Wisnu," ucapnya.
Novel pun mengaku sempat meminta pertolongan saat itu.
"Saya lari saya sempat ketabrak papan kayu itu. Jadi ketika saya mau ke tempat Pak Wisnu, saya khawatir sulit akses maka saya lari menuju jalan balik. Akhirnya saya tabrak kayu, kemudian saya berteriak minta tolong," ucap dia.
Saat berteriak minta tolong, ia pun langsung dihampiri oleh salah seoerang yang ia sebut Pak Nur.
"Saya ingat Pak Nur. Tapi yang lain-lain saya enggak ingat," tutur dia.
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com
Advertisement