Siapkah Sekolah Menyongsong New Normal saat Tahun Ajaran Baru?

Hingga saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tak kunjung mengumumkan kapan dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021.

oleh Yopi Makdori diperbarui 06 Jun 2020, 08:18 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2020, 08:14 WIB
Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2020/2021 Sesuai Permendikbud Nomor 44 Tahun 2019
Ilustrasi siswa/siswi sekolah.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) belum memastikan kapan new normal di sekolah akan dilaksanakan. Mengingat, tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai pada 13 Juli 2020 mendatang. 

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (Plt. Dirjen PAUD Dasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid Muhammad pun tak bisa memastikan kapan hal itu akan diumumkan. Ia hanya mengimbau supaya publik menunggu pengumuman resmi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.

"Ditunggu saja pengumuman dari Mendikbud," kata Hamid kepada Liputan6.com, Jumat (5/6/2020).

Siapkah sekolah hadapi new normal jika dimulai 13 Juli 2020?

 

Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, Bambang Wibowo mengaku sekolahnya telah siap menyongsong kegiatan belajar mengajar di kondisi new normal.

"Kalau sekolah kami siap pak, karena kami sudah menyiapkan protokol kesehatannya. Terus sudah membangun wastafel dan sebagainya," ucap Bambang kepada Liputan6.com, Jumat (5/6/2020).

Sebagai sekolah swasta, kata Bambang pihaknya justru berharap sekolah cepat dibuka, mengingat keuangan sekolah bergantung pada operasional persekolahan. Kegiatan belajar mengajar atau KBM, kata Bambang bisa dilakukan lewat daring maupun tatap muka seperti biasa. Namun dirinya lebih mempertimbangkan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.

"Kendalanya di tempat kami yang online itu sinyal pak, sinyalnya itu agak merepotkan. Jadinya nanti mungkin kita tatap muka modelnya shif-shif-an," jelas Bambang.

Bambang menjelaskan kegiatan belajar mengajar akan dibagi menjadi dua kloter atau shif. Kloter pertama dari pagi hingga jam 12 dan kloter kedua jam satu hingga menjelang sore. Hal ini supaya dapat mematuhi protokol kesehatan soal penjarakkan fisik.

"Per kelas itu paling diisi 16 siswa, atau separuh lah, separuh dari kelas itu. Jadi berikutnya seperti itu lagi. Paling dibagi dua shif," ujarnya.

Para siswa pun selama berada di dalam sekolah diwajibkan untuk mengenakan masker. Di samping mereka juga akan wajib dicek suhu tubuhnya setiap kali datang ke sekolah.

Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Sentani, Jayapura, Papua, Klasina mengaku pihaknya tidak siap jika tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai 13 Juli mendatang.

Pasalnya di tengah pandemi Covid-19 serta sarana dan prasarana pembelajaran di sana yang kurang memadai, di tambah jumlah siswa yang cukup banyak menurut dia akan terlalu berisiko jika dimulai pembelajaran tatap muka.

"Kelihatannya kami tidak siap itu untuk itu. Kecuali kalau sudah ada obatnya (Covid-19), karena jumlah siswa kami banyak," ucap Klasina kepada Liputan6.com, Jumat (5/6/2020).

Sementara jika pembelajaran dilakukan dari rumah, lanjut Klasina bukan tanpa hambatan. Ia mengatakan pembelajaran dari rumah terutama daring terganjal ketersediaan fasilitas dalam hal ini ponsel pintar. Karena hanya 50 persen siswa yang memiliki ponsel pintar.

"Dari data yang saya ambil sekitar 50 persen mereka punya HP Android. Jadi teman-teman sudah bisa menggunakan pembelajaran jarak jauh via WA, Google Classroom tapi yang 50 persen lagi tidak bisa kami jangkau karena mereka tidak memiliki fasilitas," papar Klasina.

Ditambah lagi tempat tinggal para siswa tersebar dan memiliki jarak yang berjauhan. Klasina menyebut, kendala ini pernah diantisipasi dengan menyairkan pembelajaran dari siaran radio lokal. Tapi hal itu tetap tidak bisa menjangkau mereka yang tak memiliki ponsel pintar tersebut. Pasalnya selain tak punya ponsel, mereka juga sebagian besar tak punya radio.

"Kita coba terus cari informasi (siswa). Jadi kalau ada teman-teman guru yang tempat tinggalnya dekat (dengan para siswa) kita minta tolong untuk coba hubungi dan memberikan tugas-tugas yang diberikan para guru," jelas Klasina.

"Tapi tetap kita tidak bisa jangkau juga karena teman-teman kita rata-rata di pinggiran kota, tidak sampai ke danau sana. Kita kan dekat dengan danau pak, jadi danau sentani ini kita tidak bisa jangkau," sambung dia.

Oleh karenanya, menurut Klasina jika pun pembelajaran di tengah new normal ini diberlangsungkan secara daring, maka akan tetap tidak efektif karena keterbatasan-keterbatasan tersebut.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Banyak Sekolah Tak Siap

Sementara itu, Pengawas Sekolah Kabupaten Boven Digoel, Papua, Sudarto mengaku jika kegiatan belajar mengajar digelar pada 13 Juli mendatang banyak sekolah yang tidak siap.

"Kalau mau terapkan itu paling di kota saja di dekat kota kabupaten saja," aku Sudarto kepada Liputan6.com, Jumat (5/6/2020).

Sudarto menyebut, di daerah kampung-kampung Boven Digoel cenderung aman dari pandemi. Oleh karenanya kemungkinan jika KMB dimulai 13 Juli mendatang maka akan dilangsungkan secara tatap muka di kelas.

"Di kota siap terapkan protokol kesehatan, caranya di sini tidak online pak mengingat jaringan di sini juga kurang pak," jelasnya.

Pembelajaran di ibu kota kabupaten yang berbatasan dengan Papua Nugini itu, kata Sudarto selama pandemi dilakukan dengan penugasan-penugasan. Hal ini karena begitu terbatasnya daerah paling depan dengan Papua Nugini itu.

"Setiap berapa hari begitu diberikan penugasan, buku kalau di SD kan buku tematik. Diberikan buku belajar di rumah gitu," terangnya.

Dikatakan Sudarto, biasanya para guru ke tempat siswa untuk memberikan buku dan penugasan. Bisa juga mereka mengundang para orang tuasiswa untuk mengambil bahan penugasan bagi anaknya.

"Kan diminta untuk online tapi sebagian besar belum terjangkau jaringan data," tandasnya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya