Menko PMK: Jarak Penjual dan Pembeli Jadi Salah Satu Masalah Pasar Tradisional

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengakui bahwa ada banyak kendala dalam penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 20 Jun 2020, 23:20 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2020, 23:20 WIB
Muhadjir Effendy
Menko PMK Muhadjir Effendy memastikan kegiatan dan pelayanan di RS Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran berjalan lancar, Rabu (8/4/2020). (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengakui bahwa ada banyak kendala dalam penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional. Pemerintah daerah harus bisa mengawasi secara ketat agar menekan potensi menjadi klaster baru Covid-19.

Kendala yang dimaksud adalah mengenai social distancing (jaga jarak). Pasar tradisional merupakan tempat yang penting bagi banyak masyarakat dan menjadi tujuan untuk aktivitas ekonomi.

"Sudah mulai diupayakan untuk tertib ketika masuk di pasar, hanya memang kesulitan kalau kita bicara tentang kepadatan jarak para pembeli. Jarak antar penjual dan pembeli agak sulit, itu salah satu problem pasar tradisional," kata dia saat kunjungan kerja ke Kota Bandung, Sabtu (20/6/2020).

Ia mengimbau kepada pengelola, pedagang hingga pembeli untuk sama-sama disiplin mengawasi dan menerapkan sekaligus mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah daerah pun harus ketat melakukan pengawasan.

Semua pihak harus menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sangat vital dalam aktivitas perekonomian. Jangan sampai hilang fokus, sehingga kekhawatiran penutupan pasar karena Covid-19 terjadi.

Ia mencontohkan kasus yang terjadi di salah satu pasar tradisional di Beijing, Kota China yang menjadi klaster atau episentrum baru penyebaran Covid-19 setelah ditetapkan relaksasi oleh pemerintahnya dalam rangka pemulihan sektor ekonomi.

"Ekonomi kita jangan sampai terpuruk, karena tidak mungkin kita terus dihantui Covid-19 ini. Bagaimanapun kita harus melangkah optimis dan hati-hati, agar tidak terjadi masalah yang tidak kita harapkan," terang dia.

"Agar pasar (di wilayah Indonesia) tidak jadi episentrum seperti di Beijing (China). Karena kita ketahui waktunya masih lama untuk menunggu akhir wabah Covid-19 ini," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Budaya Baru Protokol Kesehatan

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto juga mengatakan protokol kesehatan di pasar bisa menyesuaikan dengan kondisi masing-masing pasar. Namun, hal yang tidak boleh disepelekan adalah budaya baru memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

"(Harus) ada tempat cuci tangan agar bisa tersedia, itu yang penting," ucap dia singkat.

Di Kota Bandung sendiri, sebelumnya ada tiga pasar tradisional yang ditutup sementara setelah empat orang pedagang yang dinyatakan positif Covid-19. Tiga pasar tersebut, yakni Pasar Leuwipanjang, Pasar Sadang Serang, dan Pasar PKL Haurpancuh.

Pemerintah Kota Bandung langsung melakukan rapid tes kepada semua pedagang sekaligus menyemprot disinfektan di semua fasilitas pasar. Sedangkan yang positif Covid-19 sudah melakukan isolasi mandiri.

Reporter : Aksara Bebey

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya