Gejolak Hati John Kei Sebelum Menyerang Nus Kei

Sebelum penyerangan terhadap Nus Kei terjadi, kelompok John Kei menggelar rapat sebanyak tiga kali. Dalam rapat, John Kei menumpahkan gejolak hatinya.

oleh Muhammad Ali diperbarui 25 Jun 2020, 05:21 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2020, 00:01 WIB
FOTO: John Kei dan Kelompoknya Dibekuk Polisi
John Kei digiring saat rilis kasus premanisme oleh kelompoknya di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (22/6/2020). Dirkrimum Polda Metro Jaya menangkap 30 tersangka dan sejumlah barang bukti senjata tajam. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum penyerangan terjadi di rumah Nus Kei di Green Lake, Cipondoh, Tangerang, sebanyak tiga kali pertemuan digelar oleh kelompok John Kei. Rapat-rapat itu dilakukan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Bekasi, dan Cempaka Putih Jakarta Pusat.

Dalam pertemuan perdana yang digelar di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Juni 2020, John Kei disebut tak hadir. Baru pada pertemuan kedua di Jalan Tytyan Indah Utama X, Bekasi, Jawa Barat, John Kei ikut serta. Dalam pertemuan ini, John Kei menumpahkan gejolak hatinya. Dia merasa dikhianati oleh sang paman. John Kei pun berucap, "Apa hukuman bagi seorang pengkhianat?"

"Mati!" dijawab anak buah John Kei yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Usai itu, anak buah John Kei menggelar pertemuan ketiga di daerah Cempaka Putih, 21 Juni 2020. Mereka berkumpul untuk mematangkan penyerangan terhadap Nus Kei. Setelah itu, anak buah John Kei langsung bergerak melakukan penyerangan di dua lokasi berbeda yakni kawasan Green Lake City di Cipondoh, Kota Tangerang, dan daerah Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat pada Minggu (21/6/2020) siang.

Gambaran kejadian ini terungkap dalam prareka adegan di Polda Metro Jaya, Rabu (24/6/2020). Peran John Kei digantikan oleh anak buahnya. Mereka memperagakan saat kelompok John Kei merencanakan penyerangan terhadap Nus Kei, yang merupakan paman dari John Kei.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menuturkan, penyidik telah menggali keterangan lebih dalam terhadap John Kei dan 29 anak buahnya. Mereka disebutkan memiliki peran masing-masing dalam penyerangan terhadap Nus Kei.

Yusri mengatakan, anak buah John Kei berpencar di beberapa tempat pada Minggu siang. Ada empat kelompok. Pertama di Kosambi dan kedua di Green Lake.

"Kelompok ketiga di Jalan Tytyan Indah Utama X, Bekasi Jawa Barat, ada 10 yang standby. Keempat ada yang mandiri karena ada tiga tempat, yakni Pondok Gede, Tangerang, dan daerah Bekasi," ujar dia, Selasa (23/6/2020).

Yusri menerangkan, tujuan mereka tersebut untuk mencari sasaran penyerangan. Dalam hal ini adalah Nus Kei. "Siapa-siapa aja yang dijadikan target termasuk di dalamnya adalah Nus Kei sendiri ya," ucap dia.

Alhasil, penyerangan terhadap Nus Kei pun terjadi. Belasan anak buah John Kei dengan menumpang empat mobil menyatroni rumah Nus Kei di Cluster Australia, Green Lake, Cipondoh, Tangerang, sekitar pukul 12.25 WIB. Konvoi empat mobil itu merangsek masuk dengan cara menabrak gerbang perumahan.

Mereka merusak rumah dan mobil Nus Kei. Kendaraan tetangga Nus Kei juga tak luput dari amukan. Gagal menemukan Nus Kei yang menjadi target utama, mereka bergegas meninggalkan Green Lake City dengan menerobos penjagaan sekuriti dan gerbang perumahan.

Mereka juga sempat melepaskan tembakan. Dalam peristiwa itu, seorang sekuriti terluka akibat tertabrak mobil. Sementara seorang pengemudi ojek online (Ojol) yang berada di sekitar lokasi tertembak di bagian jempol kakinya.

Di saat yang hampir bersamaan, sekitar lima orang anak buah John Kei menganiaya dua orang yang melintas di Jalan Kresek Raya, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Salah satu korban, diduga anak buah Nus Kei, kritis setelah dihujani bacokan dan dilindas mobil. Dia tewas setelah sempat dibawa ke rumah sakit.

Polisi bergerak cepat mengusut dua kasus yang saling berkaitan itu. Minggu malam, John Kei dan 24 anak buahnya ditangkap di sebuah rumah di Jalan Titian Indah Utama X, Kota Bekasi. Dalam pengembangannya, lima anak buah John Kei ditangkap lagi, sehingga totalnya menjadi 30 orang.

Kapolri Jenderal Idham Azis mengapresiasi langkah cepat jajarannya mengungkap dua peristiwa kriminal di siang bolong itu. Dia menegaskan, bahwa tidak ada tempat bagi premanisme di Indonesia.

"Kuncinya adalah negara tidak boleh kalah dengan preman," kata Idham Azis dalam keterangan tertulisnya, Senin 22 Juni 2020.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengakuan John Kei

Nus Kei
Nus Kei tetap ingin berdamai dengan John Kei. Dia tak ingin terus dalam kondisi konflik. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Polisi menyebut pertikaian kelompok John Kei dengan Nus Kei akibat tidak merata pembagian hasil penjualan tanah di Ambon. Kepada Polisi, John Kei mengaku merasa dikhianati oleh Nus Kei.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus menerangkan, John Kei meminta tolong Nus Kei untuk mengurus penjualan tanah yang ada di Ambon. Sementara John Kei saat itu sedang menjalani hukuman di Lapas Nusakambangan.

Seusai bebas, John Kei menanyakan uang penjualan tanah karena merasa belum menerima haknya.

"Memang ada permasalahan tanah di Maluku sana yang menurut John Kei sudah dibayar tapi menurut Nus Kei belum," kata Yusri, Rabu (24/6/2020).

Yusri juga menemukan bukti percakapan WhatsApp antara John Kei dengan Nus Kei.

Dibeberkan Yusri, isi perkacapan di antaranya terkait permintaan Nus Kei agar permasalahan diselesaikan tanpa melibatkan orang lain.

"Saya sampaikan di sini ini sebenernya masalah pribadi berdua Nus Kei dan John Kei, kita dapat dari barang bukti yang ada di WhatsApp, sempat Nus Kei sampaikan di situ 'tolong John kita ketemu aja berdua jangan membawa kita punya anggota, ini urusan pribadi kita berdua'," kata dia.

Tapi, komunikasi via handphone tersebut berjalan buntu. "Tidak ditanggapi, bahkan tak pernah dibalas WhatsAppnya maka ini yang terjadi," ucap dia.

Sementara Nus Kei mengaku tetap ingin berdamai dengan saudaranya itu. John Kei diketahui merupakan keponakan Nus Kei.

"Damailah. Kita ini keluarga harus damai. Dia (John Kei) sudah lakukan (penyerangan), saya sudah menerima dan memaklumi. Ke depan harus damai," ujar Nus Kei di kawasan Green Lake, Selasa (23/6/2020).

Nus Kei mengatakan, hubungannya dengan John Kei adalah masih dalam satu silsilah. Usaha perdamaian agar tak memanjang ke kelompok lainnya, Nus Kei mengaku akan menghubungi dan mengumpulkan keluarga besar Kei yang tinggal di daerah Jakarta dan sekitarnya.

"Saya akan kumpulkan adik-adik, keluarga besar Kei di Jakarta, untuk tetap berkomunikasi. Jangan begini lagi, harus tetap damai," tuturnya.

Sebelum rumahnya diserang oleh sekelompok orang tersebut, Nus Kei mengaku sempat berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp dengan John Kei. Percakapan itu bukan berisi ancaman, melainkan upaya Nus Kei bertemu dengan John Kei.

"WhatsApp ada memang waktu itu betul. Tapi bukan ancam. Saya ajak bertemu. Kalau kita punya masalah selesaikan berdua, jangan libatkan orang lain," ungkapnya.

Nus Kei mengaku kalau dia dan John Kei tidak memiliki masalah. Dan apa yang diungkapkan kepolisian pada saat keterangan pers kemarin, Nus Kei pun mengamininya.

"Masalah sudah selesai. Yang dijelaskan kapolda benar. Masalah di Ambon sudah selesai. Cuma mungkin beliau tidak sabar untuk menanti di sana," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya