WHO Sebut Corona Bisa Menular Lewat Udara, Ini Kata Gugus Covid-19

Yurianto menegaskan, maka sangat penting menggunakan masker dengan cara yang tepat baik di dalam atau di luar ruangan untuk mencegah tertular Covid-19.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 10 Jul 2020, 17:08 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2020, 17:08 WIB
Achmad Yurianto
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (2/7/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Fotografer Ignatius Toto Satrio)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menepis kekhawatiran masyarakat perihal penularan virus corona melalui udara. Diketahui, belakangan pemberitaan global teranyar mengenai virus ini menyebut cara penularannya sudah mencapai level udara atau airborne.

"Kekhawatiran masyarakat terkait sebaran penyakit ini yang diterjemahkan bisa disebarkan melalui udara, dari beberapa kali kami mencoba berkomunikasi dengan WHO, sebenarnya kasus ini (meyebar lewat udara) ini lebih cenderung disebarkan oleh mikro droplet, droplet yang sangat kecil," ujar Yurianto saat jumpa pers di Graha BNPB Jakarta, Jumat (10/7/2020).

Karenanya, lanjut Yurianto, secara tidak langsung partikel kecil yang keluar dari seorang pengidap Covid-19 dapat bertahan di dalam ruangan yang memiliki sirkulasi udara buruk.

"Jadi itu kemudian bisa bertahan lebih lama di suatu ruangan, mana kala ruangan tersebut sirkulasi udaranya tidak berjalan baik, partikel droplet melayang-layang di udara cukup lama, sehingga memungkinkan siapa pun yang nantinya berada di ruangan tersebut dan tidak terlidungi masker dengan baik berpotensi tertular," jelas dia.

Yurianto menegaskan, maka sangat penting menggunakan masker dengan cara yang tepat baik di dalam atau di luar ruangan untuk mencegah tertular Covid-19.

"Karena tidak menggunaka masker atau menggunakn dengan cara tak tepat, sangat memungkinkan terjadi penularan, dan upayakan di semua ruang kerja (atau ruan tertutup) untuk dijamin sikrkulasi udaranya berlangsung dengan baik, bisa dengan membuka jendela, atau angin yang menyedot bisa membuang udara di dalam ruang ke luar," Yurianto menandasi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

WHO Rilis Kajian

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO beberapa jam yang lalu merilis sebuah kajian mengenai transmisi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Dokumen berjudul Tranmission of SARS-CoV-2: implication for infection prevention precautions adalah pembaruan dari ringkisan ilmiah berjudul Modes of transmission of virus causing COVID-19: implications for infection prevention and control (IPC) precaution recommendations yang dipublikasikan pada 29 Maret 2020.

Termasuk juga bukti ilmiah baru mengenai transmisi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.

Pada bagian mode transmisi, disebutkan sejumlah kemungkinan mode penularan Corona COVID-19, di antaranya kontak langsung, droplet (air liur), udara (airborne), fomite, fecal-oral, darah, penularan dari ibu ke anak, dan penularan dari hewan ke manusia.

Meskipun penularan Virus Corona melalui airbone adalah hal langka, tapi semakin banyak bukti ilmiah yang memerlihatkan bahwa penularan SARS-CoV-2 melalui udara bisa terjadi, penting untuk lebih waspada.

Seperti yang tercantum di situs resmi WHO dikutip pada Jumat, 10 Juli 2020, terdapat beberapa laporan terkait penularan Virus Corona lewat udara, yang dikombinasikan dengan penularan droplet, di dalam ruangan.

Misalnya, selama latihan paduan suara, makan atau berada di restoran, dan di pusat kebugaran.

Untuk kasus ini, disebutkan bahwa transmisi aerosol jarak pendek, khususnya di ruangan tertututp tertentu, seperi ruang yang penuh sesak dan tidak bervintalasi selama periode waktu yang lama dengan orang yang terinfeksi tidak dapat dikesampingkan.

Yang perlu diperhatikan adalah virus dapat bertahan di udara selama berjam-jam di dalam ruangan tertutup. Risiko menginfeksi orang lain pun tak dapat dihindari. Bahkan, dapat menggambarkan apa yang terjadi pada peristiwa super-spreader.

"Lingkungan kontak yang dekat dari klaster-klaster ini mungkin telah memfasilitasi transmisi dari sejumlah kecil kasus ke banyak orang lain, misalnya peristiwa sper-spreader, terutama jika kebersihan tangan tidak dilakukan dan masker tidak digunakan ketika jarak fisik tidak dipertahankan," tulis WHO.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya