Wakil Ketua MPR Nilai Sumber Pangan Lokal Mampu Dukung Pertahanan Nasional

Menurut Wakil Ketua MPR Lestari, membangun pertahanan nasional tidak melulu soal seberapa banyak negara ini bisa membeli alutsista yang canggih dan mutakhir.

oleh Muhammad Ali diperbarui 20 Jul 2020, 00:02 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2020, 00:02 WIB
Pembagian Tugas Sudah Diputuskan, Lestari Moerdijat: Pimpinan MPR Siap Jalankan Amanah Rakyat
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat.

Liputan6.com, Jakarta - Ketahanan pangan merupakan bagian dari pertahanan nasional. Pemanfaatan bahan pangan lokal dinilai mampu mendukung pertahanan nasional di sektor pangan, sekaligus memenuhi kebutuhan gizi masyarakat agar terhindar dari ancaman stunting di Tanah Air.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi daring bertema Badan Sehat Gizi Seimbang dengan Diversifikasi Pangan Lokal, yang digelar DPP Garnita Malahayati NasDem, Sabtu 18 Juli 2020.

"Fenomena stunting yang masih terjadi di Indonesia berpotensi mengganggu pertahanan nasional di masa datang. Peningkatan ketahanan pangan lewat pemanfaatan bahan pangan lokal bisa jadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan stunting," kata dia dalam keterangannya, Minggu (17/7/2020).

Menurut Lestari, membangun pertahanan nasional tidak melulu soal seberapa banyak negara ini bisa membeli alutsista yang canggih dan mutakhir. Lebih dari itu, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, kemandirian dalam menyediakan pangan buat warga juga bagian dari membangun pertahanan nasional.

Menurut Legislator NasDem itu, kemandirian dalam menyediakan pangan saat ini menjadi hal yang semakin penting dengan masih tingginya persentase stunting di negeri ini. Meski hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019, telah terjadi penurunan prevalensi stunting dari 30,8% di tahun 2018 menjadi 27,67% pada 2019.

"Namun angka tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan target pravalensi stunting dari WHO yaitu di bawah 20%," jelas Rerie.

Upaya pemerintah untuk menekan tingginya angka stunting harus dilakukan dengan konsisten dan terukur, karena stunting berpotensi menurunkan daya saing SDM nasional. "Bagaimana bisa bersaing di kancah global bila anak-anak kita secara fisik dan otak pertumbuhannya tidak sempurna karena generasi penerusnya kekurangan gizi dan stunting," ujar Lestari.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tidak Bisa Berharap Impor

Di sisi lain, Legislator Partai NasDem itu menegaskan, di masa pandemi ini kekurangan pasokan beras tidak bisa berharap sepenuhnya ditutupi impor dari negara lain. Diversifikasi pangan lewat pengembangan potensi tanaman pangan lokal bisa digalakkan untuk menekan konsumsi beras di Tanah Air dan menambah pasokan gizi masyatakat.

Menurut anggota Komisi X DPR RI itu, ubi kayu, ubi jalar, jagung, sagu, sorgum dan sejumlah sumber bahan pangan lokal lainnya cukup tersedia di sejumlah daerah dan mudah menanamnya.

Langkah pertama yang harus dilakukan, jelas Rerie, adalah melakukan pemetaan terkait potensi pangan lokal yang ada di sejumlah daerah di Nusantara. Setelah itu, lakukan sosialisasi yang masif terkait sejumlah potensi pangan lokal tersebut, dengan tujuan agar seluruh lapisan masyarakat paham dan tergerak untuk membudidayakan dan mengonsumsi pangan lokal tersebut. 

Langkah pemberian insentif berupa subsidi  diperlukan agar masyarakat tergerak untuk membudidayakan sumber bahan pangan lokal dan segera bisa direalisasikan.

"Pemerintah bisa memanfaatkan partisipasi sejumlah komunitas, organisasi kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan lainnya untuk memasyarakatkan pangan lokal ini," jelasnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyambut baik usulan tersebut. Pihak Kementerian Pertanian, menurut Syahrul, bahkan sudah menyiapkan sejumlah bibit unggul tanaman pangan untuk segera didistribusikan kepada masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya