Liputan6.com, Jakarta - Enam bulan sejak kasus perdana Covid-19 ditemukan Maret lalu, tren kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat, termasuk di Jakarta yang sejak awal menjadi epicentrum penyebaran. Kasus penyebaran Covid-19 di Jakarta hampir selalu di urutan teratas dibandingkan darerah lain.
Kondisi ini berdampak langsung dengan melonjaknya okupansi rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Jakarta. Data terakhir, hingga Agustus 2020, sudah 70 persen tempat tidur pasien di Rumah Sakit rujukan Covid-19 sudah terisi. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti membenarkan hal tersebut.
Direktur Utama RSUD Koja Ida Bagus Nyoman Banjar menyatakan, dari 165 tempat tidur yang ada, tersisa 24 di RSUD Koja. Jumlah tersebut diklasifikasikan kembali untuk ICU, NICU, ruang dengan tekanan negatif.
Advertisement
"Yang kosong-kosong dari 165 ini, NICU kosong 1, PICU penuh, ruang untuk bayi rawat biasa 4, dewasa 1, HCU 0, ICU 0, isolasi untuk orang yang masih non reaktif tapi ada gejala 1, dan masih ada lagi tapi saya harus cek sistem lagi," kata Banjar, Selasa (1/9/2020).
Ruangan untuk penanganan pasien Covid-19 di RSUD Koja terletak di Blok B. Jika untuk menambah kapasitas, Banjar mengatakan tidak mungkin menggunakan blok baru. Sebab, pasien non Covid-19 masih tetap ditangani rumah sakit. Dan jumlahnya, dikatakan Banjar cukup banyak, sehingga ia mempertimbangkan tidak akan menambah blok baru.
Agar kapasitas tetap meningkat tanpa menambah blok, Banjar mengatakan akan mengatur ulang jarak tempat tidur antar pasien Covid-19. Selama ini, jarak antar tempat tidur pasien cukup lebar. Jika jarak dipersempit, menurutnya 15 tempat tidur tambahan bisa tertampung.
"Saya akan mencoba untuk mengoptimalkan di 165 ini bisa jadi jaraknya agak dimepetin sedikit sehingga bisa menambah kapasitas misalnya 15 tempat tidur, itu coba kami upayakan," tuturnya.
Selain itu, Banjar menyampaikan pihaknya juga akan menambah kapasitas untuk hemodialisa. Ia menyebut pasien Covid-19 dan memiliki penyakit bawaan gagal ginjal yang dirawat di RSUD Koja jumlahnya cukup banyak. Dua fasilitas hemodialisa yang dimiliki saat ini dikatakan Banjar tidak cukup.
"Kami rencana menambah kapasitas hemodialise karena hemodialise kami cuma punya dua, pasien pasien gagal ginjal yang perlu hemodialisa dengan covid itu meningkat terus," dia menandaskan.
Sementara itu, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengatakan, pihaknya akan menambah jumlah tempat tidur bagi pasien Covid-19 untuk mengatasi kekurangan.
Untuk pasien Covid-19, Syahril menuturkan pihaknya menyediakan 50 tempat tidur, kemudian ditambah 20 tempat tidur. Penambahan itu karena ketersediaan tempat tidur tersisa sedikit. Meski ia menegaskan kapasitas untuk ruang ICU ataupun isolasi dengan tekanan udara negatif tidak pernah penuh.
"Saat ini belum pernah full, masih ada tersisa 2 atau 3 tapi itu kan berputar terus ada yang pulang, masuk, kalau pas penuh berarti dia antrenya di IGD, artinya itu masih bisa teratasi," kata Syahril Selasa (1/9/2020).
Dia menuturkan penambahan tempat tidur akan dibagi untuk ICU 10 dan 10 lainnya untuk rawat isolasi.
Ditambahnya jumlah tempat tidur akan secara otomatis bertambah pula Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan. Untuk menyikapi itu, Syahril mengaku telah meminta Kementerian Kesehatan mengakomodir kebutuhan RSPI Sulianti Saroso sebagai bentuk antisipasi lonjakan kasus di kemudian hari.
"Kami sekarang sedang menunggu SDM-nya kami sudah minta ke Kementerian Kesehatan ke profesi-profesi, banyak dokter spesialis anestesi, perawat, kita minta jadikan relawan yang nanti ditanggung gajinya oleh pemerintah," tuturnya.
Untuk 20 tempat tidur tambahan, Syahril menyebut pihaknya butuh sekitar 70 SDM.
"Jumlahnya mungkin sekitar 70-an tapi itu macam-macam ada dokter, ada analis, ada perawat, ada sanitarian, dan sebagainya."
Syahril juga menuturkan, pasien positif Covid-19 yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso hanya pasien dengan gejala sedang-berat dan komorbid.
Untuk pasien dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala, RSPI akan merujuk ke rumah sakit swasta atau RS darurat Wisma Atlet.
Menurut dia, saat ini seluruh rumah sakit swasta di Jakarta melayani pasien Covid-19. Hal itu sudah terikat dengan kerja sama antar-rumah sakit.
"Rumah sakit swasta juga bisa menangani pasien covid. Semua bisa dilimpah ke swasta jadi yang ringan-ringan dulu bisa ke swasta, jangan langsung ke rumah sakit Sulianti, jangan langsung ke rumah sakit Persahabatan karena dia rujukan," ujar Syahril.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui rumah sakit rujukan Covid-19 saat ini kapasitasnya hampir penuh. Untuk itu pihaknya akan meningkatkan kapasitas agar semua pasien Covid-19 bisa tertangani.
"Kita menyaksikan kapasitas memang di atas 70 persen, idealnya di bawah 60 persen. Jadi sekarang kita akan tambah lagi kapasitas tempat tidur ICU mauapun di ruang isolasi rumah sakit," ujar Anies, Kamis (1/9/2020).
Anies menyatakan akan menambah rumah sakit rujukan Covid-19 dari yang sudah ada saat ini.
"Ada 190 (rumah sakit di Jakarta) jadi kita akan tambah masuk dalam sistem rumah sakit rujukan," ujarnya.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, lonjakan kasus positif Covid-19 di DKI, membuat ketersediaan tempat tidur di rumah sakit rujukan dan ICU semakin tak ideal.
"Angka keterpakaian tempat tidur ruang isolasi adalah 69 persen. ICU 77 persen, kondisi ini memang tidak ideal," kata Wiku, Selasa.
Dia mengingatkan, jika mengacu data dari WHO, maksimal keterpakaian tempat tidur di RS hanya 60% saja. Karenanya, dia mendorong pemerintah DKI untuk menurunkan angka Covid-19.
"Pemerintah mendorong menurunkan angka keterpakaian di bawah 60 persen, supaya beban tenaga kesehatan berkurang," ungkap Wiku.
Wiku mengatakan, pasien Covid-19 di Jakarta akan didistribusikan ke rumah sakit alternatif, termasuk Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, jika rumah sakit rujukan penuh.
"Tentunya kita akan mendistribusikan kasus-kasusnya ke rumah sakit yang lain, termasuk Rumah Sakit Atlet supaya ada penjenjangan tergantung dari berat ringannya kasus. Supaya tidak menjadi beban rumah sakit-rumah sakit yang ada," ujarnya.
Wiku mengatakan, nyaris penuhnya ruang isolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 DKI Jakarta disebabkan kasus terus meningkat. Peningkatan kasus tidak lepas dari semakin meluasnya penularan Covid-19.
Dia pun meminta masyarakat patuh menjalankan protokol kesehatan. Yaitu, menggunakan masker, menjaga jarak aman minimal satu meter dan rajin mencuci tangan pakai sabun.
"Jadi ini harus bersama-sama menjalankan protokol kesehatan dengan ketat," ujar dia.
Selain protokol kesehatan, aktivitas sosial ekonomi di DKI Jakarta juga harus dibatasi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta untuk mengambil langkah tepat untuk menekan kasus Covid-19.
"Bagaimana caranya aktivitas sosial ekonominya dibatasi, atasi kembali karena jumlah kasusnya meningkat dalam beberapa mingu terakhir. Bahkan empat minggu berturut-turut zonanya merah," kata dia.
Wiku menyinggung tentang instruksi Presiden No 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Desease 2019.
"Beliau menginstruksikan kepada lintas kementerian, TNI, Polri, dan pemerintah daerah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai kewenangan untuk pencegahan dan pengendalian Covid-19," ujar dia.
Pengendalian Covid-19 di DKI Jakarta juga berdasar pada Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2020 tentang pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi.
Peraturan tersebut berisi tentang PSBB bertahap, kewajiban mematuhi protokol kesehatan, sanksi sosial dan finansial bagi pelanggar, dan imbauan kepada masyarakat untuk aktif melaporkan kasus positif. Contoh Penerapan aturan di lapangan sudah dilakukan dengan cara ganjil genap untuk sepeda motor. Tujuannya untuk mengurangi kepadatan di jalan.
Aturan pemakaian fasilitas umum digunakan oleh setengah dari kapasitas semula dan pembatasan jam operasional. Tujuannya untuk menghindari kerumunan misalnya pada Transjakarta, MRT, dan KRL.
Aturan penggunaan masker dengan penegakannya dibantu oleh pihak kepolisian dan TNI. Tujuannya untuk mengurangi penularan antarorang.
Saksikan Video Terkait Berikut Ini:
IDI: Lakukan Pemetaan Segera
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan, perlu ada pemetaan rumah sakit dari masing-masing daerah untuk mengantisipasi kapasitas tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19. Pemetaan mencakup berapa persen perkiraan pasien yang harus dirawat di rumah sakit.
"Kami mendiskusikan soal kapasitas tempat tidur dengan Satuan Tugas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan juga. Kami usulkan masing-masing daerah harus membuat pemetaan," jelas Ketua Umum Pengurus Besar IDI Daeng M Faqih, Senin (31/8/2020).
Pementaannya meliputi berapa penambahan kasus Covid-19 di masing masing daerah. Kemudian dari kasus yang ada, berapa persen yang harus dirawat di rumah sakit dan isolasi mandiri. Daeng mencontohkan, dari jumlah penambahan konfirmasi positif Covid-19, mungkin 10 persen pasien perlu perawatan rumah sakit.
"Nah, itu kan bisa dihitung. Misalnya, penambahan sehari 100 orang kasus baru. Lalu yang membutuhkan perawatan 10 persen, berarti ada 10 orang membutuhkan perawatan di rumah sakit," lanjut Daeng.
"Bila sehari saja 10 pasien yang dirawat di rumah sakit, ini bisa dikalikan berapa hari jangka waktu. Misal, satu bulan atau dua minggu. Kalau perhitungannya ambil 15 hari. Berarti 10 pasien dikali 15 hari, maka kira-kira 150 orang yang dirawat di rumah sakit."
Dari prakiraan perhitungan di atas dapat dibandingkan dengan kapasitas tempat tidur, ketersediaan alat, dan tenaga kesehatan di rumah sakit.
"Rumah sakit bisa berupaya memperluas fasilitas yang ada, sehingga mampu menampung jumlah pasien yang akan dirawat," tambah Daeng.
Ketika perhitungan pasien yang akan dirawat tergolong berlebih sehingga tidak mencukupi fasilitas yang ada, pemerintah daerah perlu melakukan langkah antisipasi lain. Dukungan pemda sangat penting.
"Tentunya, rumah sakit juga tidak bisa sendiri menangani Covid-19, harus dibantu dengan pemerintah. Dalam hal ini, pemerinrah daerah. Karena ya memang fokusnya harus masing-masing daerah," Daeng menegaskan.
"Kalau kapasitasnya (tempat tidur) tidak cukup, pemerintah daerah harus sudah mencari rumah sakit lain yang dipersiapkan untuk penanganan Covid-19. Ada 40 persen rumah sakit (di Indonesia) yang belum menangani Covid-19,"
Artinya, rumah sakit yang belum menangani Covid-19 bisa dibantu untuk melengkapi fasilitas, alat, dan tenaga kesehatan untuk menangani Covid-19.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan, terus melonjaknya pasien Covid-19 di Jakarta sehingga membuat daya tampung rumah sakit semakin terbatas, tak lepas dari kurang kuatnya upaya pencegahan.
"Sampai sekarang (pencegahan) masih kurang. Artinya yang sakit mengalir terus ke rumah sakit, jadi pencegahannya harus lebih diperkuat kalau seperti ini," ujarnya, Selasa (1/9/2020).
Ede menyatakan, dari awal pihaknya sudah mengingatkan mesti community based initiative. Hal ini seharusnya bukan lagi wacana tapi dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
"Misalnya Jakarta itu 44 puskemas kecamatan kemudian 247 puskesmas itu harus betul-betul aktif melakukan tracing. Betul-betul kewaspadaan harus ditingkatkan. Karena kalau Jakarta sudah mengatakan ini hasil tracing, hasil temuan kasus berarti kasus meningkat kaya kemarin sampai 1.000. Ya artinya memang yang positif banyak," ungkapnya.
Ede menyatakan, jumlah testing di Jakarta paling bagus dibanding daerah lain. Jakarta sudah mendekati 2.500 per 1 juta dari sebelumnya 1.000 per sejuta. Tapi dengan testing yang tinggi penemuan kasus yang tinggi juga harus disiapkan.
"Rumah sakit harus disiapkan juga untuk menerima lonjakan kasus. Jadi kapasitas untuk menerima lonjakan itu harus disiapkan. Gimana caranya? kan pasien umum masih sedikit, artinya belum optimal kan gara-gara pada takut. Jadi memang harus digeser untuk yang Covid-19," jelasnya.
Selain itu, suplai obat-obatan juga mesti ditingkatkan. "Tapi yang paling harus diperhatikan adalah tenaga kesehatannya. Jangan sampai kelelahan mengakibatkan mereka tidak waspada, akibatnya mereka tertular dari proses pelayanan," katanya.
Ede menambahkan, selain testing yang tinggi faktor lain yang membuat kasus positif Covid-19 di Jakarta tinggi adalah wilayah geografisnya yang sempit dengan jumlah penduduk yang banyak.
"Semua aktivitas ada di sini, etnisnya macem-macam. Sehingga pendekatan kulturnya, kultur masing-masing kan gitu. Ini sudah pakai pendekatan hukum tapi pemahaman masyarakat masih kurang juga. Jadi persoalan kepadatan penduduk itu mengakibatkan seperti itu," ujarnya.
Ede menilai Pemprov DKI sudah berbuat banyak untuk penanganan Covid-19 ini. Hanya, yang belum dilakukan adalah maintenance-nya.
"Bagaimana supaya membuat orang sadar sesadar-sadarnya. Jadikan posisinya jangan cuman main di media sosial, sosial media kan terbatas jadi harus masuk ke level paling rendah kan RW. Terus dewan masjidnya menyampaikan kepada semua masjid sejakarta, dewan gerejanya menyampaikan ke semua gereja, pasarnya di kasih pengumuman di mal juga. Harapannya di situ orang sadar," paparnya.
Advertisement
Gubernur Wajib Kerja Keras
Kasus positif Covid-19 yang terus menanjak juga tak lepas dari sorotan Presiden Jokowi. Dia mengingatkan para gubernur yang angka kasus virus corona (Covid-19) di daerahnya masih tinggi untuk bekerja keras menekan penyebaran Covid-19.
"Jadi hati-hati untuk yang angkanya masih tinggi, saya minta gubernur betul-betul kerja keras dengan gugus tugas yang ada agar bisa ditekan angkanya," jelas Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para gubernur secara virtual, Selasa (1/9/2020).
Menurut dia, para gubernur harus terus memantau jumlah kasus, pasien sembuh, dan pasien meninggal akibat Covid-19 di daerahnya dari hari ke hari. Jokowi menyebut data terkait Covid-19 selalu diperbaharui setiap hari.
"Saya kira mari kita lihat jumlah kasus, kemudian jumlah sembuh, dan jumlah meninggal semua angkanya, datanya kita miliki harian," ucapnya.
Jokowi meminta agar gubernur berkoordonasi dengan pemerintah pusat. Khususnya, apabila terjadi masalah atau kesulitan terkait penanganan corona.
"Kalau ada masalah-masalah yang memang pemerintah pusat harus bantu sampaikan kepada kita di pemerintah pusat. Utamanya di komite dan gugas kita," kata Jokowi.
Jokowi juga mengingatkan para gubernur agar penerapan protokol kesehatan disertai dengan pengawasan dan penerapan sanksi kepada masyarakat yang melanggar. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19).
"Pemberian sanksi bagi yang tidak patuh (protokol kesehatan) juga betul-betul dilakukan. Sehingga kedsiplinan kita betul-betul dikerjakan seluruh masyarakat kita," kata Jokowi.
Kendati begitu, dia meminta agar ada sosialisasi yang masif terlebih dahulu terkait dengan pemakaian masker dan menjaga jarak di tempat umum. Jokowi ingin sosialisasi ini melibatkan tokoh masyarakat.
"Sekali lagi saya ingin para guberrnur, yang berkaitan dengan jaga jarak, cuci tangan, jangan berkerumun, jangan berdesakan harus diulang-ulang terus. Terutama terkait pemaiakan masker, harus disampaiakn terus menerus," jelasnya.
Jokowi menyebut kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia masih terkendali dibandingkan negara-negara lainnya. Adapun jumlah kasus corona di Indonesia per 31 Agustus mencapai 174.796.
"Kita harus hati-hati di negara kita, walaupun ada peningkatan positif di beberapa daerah, tapi kalau dibandingkan negara lain, posisi Indo masih relatif terkendali," ujar Jokowi.
Menurut dia, tren peningkatan kasus Covid-19 terjadi di negara-negara Eropa dan kawasan Asia. Jokowi pun meminta para gubernur menekan angka penyebaran Covid-19 di daerah masing-masing.
Dia menyebut positivity rate Covid-19 Indonesia per 31 Agustus juga sudah mulai melandai. Namun, ada beberapa daerah yang angka positivity rate-nya masih tinggi.
"Jadi hati-hati untuk yang angkanya masih tinggi, saya minta gubernur betul-betul kerja keras dengan gugus tugas yang ada agar bisa ditekan angkanya," jelas Jokowi.
Sebagai informasi, jumlah kasus positif Covid-19 di dunia saat ini 25 juta. Berdasarkan data worldometer, Indonesia berada diposisi 23, sedangkan posisi pertama kasus terbanyak terdapat Amerika.
Sementara itu, jumlah pasien sembuh yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 di tanah air bertambah 1.774 sehingga totalnya 125.959 orang pada 31 Agustus. Jumlah pasien meninnggal akibat corona yakni,7.417 orang.
Reporter: Fitri Haryanti Harsono