Kemendikbud: Kamar Mandi Sekolah Rentan Jadi Tempat Tindak Kekerasan

Untuk mencegah tindak kekerasan, Jumeri mendorong semua pihak menggalakkan berbagai kegiatan edukatif seperti menyiapkan program sekolah yang ramah anak

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2020, 10:14 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 10:14 WIB
Siswa SD menerima Dua Kartu Perdana
Guru membagikan dua kartu perdana Tri dan Telkomsel beserta kuota gratis kepada wali murid di SDN Serua Indah 1 dan II, Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (15/9/2020). Program Kartu Perdana tersebut untuk mendukung kegiatan belajar secara online di masa pandemi covid-19. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, (Dirjen PAUD Dikdasmen) Kemendikbud, Jumeri mengatakan, upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah dan mengatasi tindak kekerasan pada anak-anak adalah dengan selalu mengarahkan mereka berpikir dan bertindak positif.

Dia menekankan, tindakan kekerasan tak bisa dilawan dengan kekerasan kembali.

“Kekerasan tidak boleh dilawan dengan kekerasan,” pesannya dalam keterangan tulis, Selasa (15/9/2020). 

Untuk mencegah tindak kekerasan, Jumeri mendorong semua pihak menggalakkan berbagai kegiatan edukatif seperti menyiapkan program sekolah yang ramah anak, menyenangkan, dan model pembelajaran yang mengarah pada pembinaan karakter peserta didik.

Selain juga meningkatkan fasilitas sekolah yang dapat memonitor seluruh sudut sekolah dengan baik. “Sudut sekolah yang tidak terlihat seperti kamar mandi, rawan menjadi tempat tindak kekerasan,” ungkapnya. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pemahaman Tentang Persaudaraan

Jumeri juga meminta sekolah menggiatkan program yang mampu meningkatkan pemahaman tentang persaudaraan, hati nurani, toleransi, ketulusan, dan kejujuran seperti ekstrakurikuler, dan kegiatan lain yang positif. Dan juga melibatkan orang tua dalam memecahkan problematika pembelajaran.

“Jangan sampai ada pandangan kalau orang tua diundang ke sekolah hanya karena masalah uang atau karena putra-putrinya ada kasus di sekolah,” ucap Jumeri. 

Adanya interaksi antara orangtua dengan sekolah, lanjut Jumeri memungkinkan kedua belah pihak mengenal dan memahami karakter dan potensi anak sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, khususnya di tengah pembelajaran jarak jauh (PJJ) seperti sekarang.

"Adakan pertemuan bulanan berupa kelas parenting secara berkala. Di forum itu guru dan orang tua saling bertukar informasi tentang kegiatan sekolah, kendala belajar hingga kondisi peserta didik di rumah,” jelas Jumeri. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya