Liputan6.com, Jakarta: Kerusakan lingkungan menjadi penyebab utama peningkatan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah. Ironisnya, kehancuran ekologi sejumlah kawasan di Tanah Air adalah karena hutan, pesisir, dan daerah aliran sungai yang dieksploitasi habis-habisan.
Bahkan, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya menjelaskan bahwa tahun ini angka kerusakan lingkungan di Indonesia meningkat dua persen dari tahun sebelumnya. "Angka kerusakan lingkungan di negeri ini setiap tahunnya meningkat. Jika tahun lalu kerusakannya sebesar 59 persen, maka tahun ini menjadi 61 persen," kata Balthasar di Universitas Mercu Buana, Meruya, Jakarta, Sabtu (8/9).
Untuk itu, demi kelangsungan hidup dan menekan jumlah bencana yang disebabkan kerusakan lingkungan, menteri yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Cendrawasih ini mengimbau semua pihak agar lebih peduli terhadap lingkungannya. "Tidak susah-susah. Jika semua masyarakat peduli dengan lingkungannya, kerusakan lingkungan dapat dicegah. Dan karakter itu harus sudah ditanamkan sejak kecil," kata Balthasar.
Berdasarkan data FAO, Indonesia termasuk negara perusak hutan terbesar di dunia dengan laju kerusakan dua persen atau 1,87 juta hektare per tahun yang berarti setiap hari terjadi kerusakan hutan seluas 51 kilometer persegi. WWF dan Greenpeace menempatkan Indonesia di peringkat tertinggi pembabatan hutan dunia dengan rekor 1,6 juta hektare per hari di Kalimantan, Papua, dan Sumatra.(ADO)
Bahkan, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya menjelaskan bahwa tahun ini angka kerusakan lingkungan di Indonesia meningkat dua persen dari tahun sebelumnya. "Angka kerusakan lingkungan di negeri ini setiap tahunnya meningkat. Jika tahun lalu kerusakannya sebesar 59 persen, maka tahun ini menjadi 61 persen," kata Balthasar di Universitas Mercu Buana, Meruya, Jakarta, Sabtu (8/9).
Untuk itu, demi kelangsungan hidup dan menekan jumlah bencana yang disebabkan kerusakan lingkungan, menteri yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Cendrawasih ini mengimbau semua pihak agar lebih peduli terhadap lingkungannya. "Tidak susah-susah. Jika semua masyarakat peduli dengan lingkungannya, kerusakan lingkungan dapat dicegah. Dan karakter itu harus sudah ditanamkan sejak kecil," kata Balthasar.
Berdasarkan data FAO, Indonesia termasuk negara perusak hutan terbesar di dunia dengan laju kerusakan dua persen atau 1,87 juta hektare per tahun yang berarti setiap hari terjadi kerusakan hutan seluas 51 kilometer persegi. WWF dan Greenpeace menempatkan Indonesia di peringkat tertinggi pembabatan hutan dunia dengan rekor 1,6 juta hektare per hari di Kalimantan, Papua, dan Sumatra.(ADO)