Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Slamet Budiarto meminta pemerintah menjamin harga yang terjangkau untuk obat Antivirus Corona Covifor. IDI mengaggap harga jual yang dipatok oleh PT Kalbe Farma dinilai terlalu mahal.Â
"Di masa pandemi, pemerintah harus menjamin harga yang terjangkau," kata Slamet Saat dihubungi merdeka.com, Kamis, 1 September 2020.
Baca Juga
Menurutnya, dana yang dialirkan pemerintah untuk membayar klaim rumah sakit rujukan Covid-19 tidak akan cukup, bila harus membeli obat Covifor untuk diberikan kepada pasien Covid-19. Sehingga, menurut Slamet, jalan terbaik yang harus ditempuh pemerintah yaitu dengan mensubsidi obat tersebut.
Advertisement
"Klaim pasien Covid-19 yang dibayarkan oleh pemerintah tidak cukup untuk membeli obat ini (Covifor), jadi pemerintah harus mensubsidi obat ini," ujarnya.
Slamet membenarkan apa yang dikatakan oleh Vidjongtius. Covifor memang sudah terbukti memberikan efek yang baik bagi pasien Covid-19 di Amerika Serikat, namun sayangnya, harga per dosis memang mahal. Slamet menyarankan harga yang dipatok tidak lebih tinggi dari harga Oseltamivir, yang dijual Rp 750.000 hingga 850.000 di pasaran. Harga tersebut berlaku untuk 10 tablet.
"Obat ini (Covifor) bagus, sudah digunakan di Amerika. Namun sayangnya, harganya sangat mahal. Untuk harga yang dipasarkan, sebaiknya paling tidak seharga oseltamivir," kata Slamet.
Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk menetapkan harga obat antivirus remdesivir dengan merk dagang Covifor Rp 3 juta per dosis. Remdesivir terbukti mengubah peta pengobatan melawan Covid-19.
Hal ini diungkapkan oleh President Director Kalbe, Vidjongtius, saat konferensi pers virtual peluncuran obat Antivirus Covifor di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Harag Bisa Berubah
Vidjongtius juga mengatakan harga yang sudah ditetapkan masih bisa berubah, tergantung dari besarnya permintaan.
Selain itu, Kalbe Farma juga memastikan bahwa tidak ada batasan kuota Covifor untuk Indonesia. Mengingat kemampuan produksi Hetero selaku produsen dalam memenuhi permintaan pasar global.
"Tapi untuk harga masih bisa (berubah) tergantung volume. Sehingga bisa ditinjau kembali (harganya). Untuk kesediaan obat, supply tidak ada batasnya. Akan disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia karena kapasitas produksi Hetero besar," ujar Vidjongtius selaku President Director Kalbe.Â
Â
Reporter: Rifa Yusya Adilah
Sumber: Merdeka.com
Advertisement