PWNU Jatim: Boikot Produk Prancis Rugikan Indonesia

Dia menyatakan, jika benar-benar saling boikot, maka yang rugi Indonesia. Sebab Indonesia lebih banyak ekspor ke Prancis dari pada impor.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2020, 13:28 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2020, 07:41 WIB
Pemboikotan Produk yang Berafiliasi dengan Prancis
Produk Prancis yang diboikot di sebuah minimarket di Tangerang, Banten, Kamis (5/11/2020). Pemboikotan produk tersebut merupakan bentuk protes dan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina Nabi Muhammad SAW dan umat Islam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuqi Mustamar meminta warga NU tidak ikut ikutan memboikot produk Prancis. 

"Kalau Anda mau berangkat Umrah, lalu pesawatnya Airbus masak iya tidak jadi berangkat. Dan pesawat itu produksi Prancis. Apa tidak malu-maluin teriak boikot produk Prancis ternyata naik pesawat Airbusnya menuju 'Tanah Haram'," ungkap Marzuqi dikutip dari video yang tengah viral di media sosial, Minggu (8/11/2020).

Dia menyatakan, jika benar-benar saling boikot, maka yang rugi Indonesia. Sebab Indonesia lebih banyak ekspor ke Prancis dari pada impor.

"Neraca perdagangan Prancis-Indonesia itu, impor hanya 1,9 miliar dolar sementara ekspor Indonesia 2 koma sekian miliar dolar," katanya.

Marzuqi menambahkan selain pesawat, berbagai macam produk Prancis juga menjadi sumber nafkah dan kebutuhan sehari-hari. Dia mencontohkan produksi Aqua (pabrik) yang berlokasi di Pandaan (Pasuruan Malang, Jawa Timur) kemudian ritel Carrefour yang menampung banyak karyawan muslim.

"Itu (pabrik Aqua Pandaan) masjidnya juga besar. Mayoritas karyawannya muslim. Yang namanya Pasuruan masa karyawannya kristen. Andai diboikot beneran, Aqua berhenti, Carrefour berhenti yang banyak kena PHK juga ya umat muslim," ujarnya.

Marzuqi juga menjelaskan ada yang mempertanyakan negara Islam Kuwait melakukan pemboikotan produk Prancis. Menurutnya dengan jumlah penduduk sebanyak 300 ribu jiwa, memboikot Prancis tidak ada efek dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia lebih dari 260 juta jiwa.

"Kuwait hanya mengimpor dari Prancis tanpa ekspor. Kalau mereka memboikot produk Prancis yang rugi Prancis, Kalau Indonesia dan Prancis saling memboikot yang rugi Indonesia karena kita negara eksportir. Tidak sama konteksnya," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Mawas Diri

Terkait dengan pernyataan kontroversi Presiden Prancis Emmanuel Macron, menurut Kiai Marzuqi sebagai muslim tentu marah, tersinggung karena Nabi dikatakan jelek. Tapi kita juga harus mengevaluasi, mawas diri dan intropeksi dengan kebaikan dan perlakuan pemerintah Prancis kepada umat muslim yang ramah kepada Islam Ahlusunnah.

"Lebih dari 2 ribu masjid tetap berdiri dan aman-aman saja, umat muslim di Prancis masih melakukan ibadah seperti biasa, zikiran aman-aman saja, bebas tanpa intimidasi. Pengungsi dari Suriah ribuan masuk Prancis juga diterima," katanya.

Sebelumnya,  Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono, mengatakan, pihaknya melakukan patroli siber di sosial media, untuk memantau ada pihak-pihak yang mengajak sweeping produk Prancis.

Menurut dia, ini dilakukan Polri untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dari tindak provokatif yang berpotensi menimbulkan aksi anarkis.

"Ya (patroli siber)," tutur Argo saat dikonfirmasi, Jumat (6/11/2020).

Meski melakukan patroli siber, Polri belum merinci temuan kasus ajakan sweeping produk Prancis di sosial media. Meski begitu, polisi tetap melakukan antisipasi.

"Masih dipatroli," kata Argo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya