Aksi Mogok Pengrajin Tahu-Tempe se-Jabodetabek Berakhir Minggu 3 Januari 2021

Aksi mogok produksi yang dilakukan pengrajin tahu dan tempe mengingat harga kedelai naik hingga 35 persen.

oleh Maria Flora diperbarui 02 Jan 2021, 19:37 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2021, 19:37 WIB
Harga Kedelai Naik, Pabrik Tahu Tempe Berhenti Beroperasi
Pekerja merapikan tatakan di pabrik tahu tempe yang berhenti operasi di kawasan Duren Tiga, Jakarta, Sabtu (2/12/2021). Penghentian sementara proses produksi tempe dan tahu mulai Jumat, 1 Januari hingga Minggu, 3 Januari 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Melonjaknya harga kedelai di pasaran, berbuntut para pengrajin tahu dan tempe di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi mogok produksi yang berlangsung sejak Kamis, 31 Desember. Rencananya, aksi mogok tersebut akan berakhir Minggu (3/1/2021). 

Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI), Fajri Safii dalam keterangan tertulisnya mengatakan, aksi mogok tersebut terpaksa dilakukan mengingat harga kedelai naik hingga 35 persen.

"Kenaikan harga kedelai sebesar itu menyebabkan para pengrajin tahu mogok produksi karena tidak sanggup lagi membeli kedelai," jelas Fajri dilansir Antara, Sabtu (2/1/2021). 

Menurut Fajri, saat ini lonjakan harga kedelai mencapai kisaran Rp 9.000 sampai Rp 10.000. Dibandingkan bulan lalu, hanya di kisaran Rp 7.000 sampai Rp 7.500.

Dia berharap dengan melakukan aksi mogok produksi tersebut, pemerintah mau mendengar keluhan para pengrajin tempe dan tahu sehingga mengeluarkan kebijakan agar harga kedelai kembali normal. 

"Kalau melihat Peraturan Menteri Perdagangan nomor: 24/M-DAG/PER/5/2013 tentang ketentuan import kedelai dalam rangka stabilitas harga kedelai. Peraturan ini dianggap menghambat tumbuhnya importir-importir baru yang menyebabkan seseorang importir lama bisa semaunya menentukan harga, dan melakukan kesepakatan harga atau kesepakatan pembagian wilayah pemasaran. Hal ini jelas bertentangan dengan UU No.5 Tahun 1999 tentang praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat," ungkap Fajri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Gulung Tikar

Potret Pekerja Pembuat Tahu di Aceh
Sejumlah pekerja membuat tahu dari kedelai di sebuah fasilitas di Banda Aceh (12/10/2020). (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Sementara, Ketua Umum Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan (SPTP) Indonesia, Haryanto mengaku tak sedikit para perajin yang tergabung dalam organisasinya banyak yang gulung tikar akibat dari kenaikan harga kedelai.

Pengrajin tahu dan tempe asal Pekalongan yang kini tinggal di Tangerang, kini berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan kembali harga kedelai seperti semula.

"Dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai impor yang sangat tinggi dari Rp 7.000 menjadi Rp 9.500 per kilonya telah menimbulkan keresahan. Lonjakan harga ini membuat para pengrajin gulung tikar. Kami berharap pemerintah bisa menstabilkan kembali harga seperti semula," harap Haryanto.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya