TNI AL Gandeng BPPT Cari Pemilik Drone Bawah Laut yang Ditemukan di Kepulauan Selayar

Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono menegaskan bahwa pihaknya belum bisa mengungkapkan siapa pemilik drone bawah laut atau belakangan disebut seaglider.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jan 2021, 12:26 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2021, 12:25 WIB
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I Laksamana Madya TNI Yudo Margono. (foto: dokumentasi BNPB)
Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono menegaskan bahwa pihaknya belum bisa mengungkapkan siapa pemilik drone bawah air atau belakangan disebut seaglider yang ditemukan oleh nelayan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada 26 Desember lalu.

Meskipun TNI AL sudah meneliti drone bawah air seberat 175 kilogram itu selama satu minggu, namun pihaknya tetap tidak menemukan tanda-tanda atau petunjuk apapun, siapa pemilik seaglider itu.

"Saya tidak bisa menentukan siapa pemiliknya. karena datanya maupun tulisan (nama perusahaan atau negara pembuat) di luarnya ini tidak ada," kata Yudo Margono, saat konferensi pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1/2020).

TNI AL pun berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait seaglider ini bersama Kementerian Riset dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Nanti kita akan teliti lebih dalam lagi di Pushidrosal dan kita koordinasikan dengan Kemristek dan BPPT. Sehingga kita bisa meneliti lebih dalam alat tersebut," ujarnya.

Oleh karena itu, dia pun menegaskan bahwa seaglider itu bukanlah alat pengintai. Sebab, kata Yudo, seaglider tidak bisa mendeteksi kapal selam ataupun kapal yang berada di atas permukaan air.

"Alat ini tidak bisa untuk mendeteksi kapal selam maupun mendeteksi kapal atas air," ujarnya

Sesuai namanya, underwater seaglider hanya bisa mendeteksi data-data benda-di bawah laut saja. Termasuk kedalaman air laut, salinitas, arus, dan data-data lain yang berkaitan dengan laut.

"Seaglider ini hanya untuk data-data kedalaman air laut di bawah permukaan. Tidak bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal-kapal kita, kapal atas air. Hanya (mengambil) data-data bawah air," kata Yudo.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Deteksi Organisme Bawah Laut

Lebih lanjut lagi, seaglider ini lebih familiar digunakan untuk bisa mengarahkan kapal penangkap ikan. Sebab, kata Yudo, seaglider bisa dengan cepat mendeteksi organisme bawah laut seperti ikan-ikan.

"Data yang dikumpulkan dari Underwater Sea Glider yaitu, oksigen untuk mengetahui kadar oksigen di bawah laut, kemudian batimetri ini untuk keperluan industri," ujarnya.

"Kemudian kemampuan accoustic recording ni untuk merekam keberadaan ikan dan hewan bawah laut ini seperti lumba-lumba. Seahlider juga bisa juga untuk kegiatan industri perikanan, di mana kalau banyak plankton, maka tandanya banyak ikan, sehingga bisa mengarahkan kapal-kapalnya," ungkapnya.

Singkatnya, kata Yudo, alat berukuran 2,25 meter ini secara teknis bisa diluncurkan dari sebuah kapal, kemudian bergerak di bawah permukaan laut untuk mencaru data-data bawah laut. Yudo mengatakan, alat ini bisa beroperasi selama 2 tahun di lautan.

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber: Merdeka

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya