Polri Ancam Jerat Importir yang Timbun Kedelai

Satgas Pangan Bareskrim Polri telah mengecek sejumlah gudang importir kedelai untuk menyelidiki kelangkaan bahan baku tahu dan tempe tersebut.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 06 Jan 2021, 12:05 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2021, 12:04 WIB
Perajin Tahu Kembali Berproduksi
Pekerja menuang kedelai rebus saat proses pembuatan tahu di Jakarta, Senin (4/1/2021). Setelah melakukan mogok produksi selama 1 hingga 3 Januari 2021 akibat naiknya harga kacang kedelei impor, kini para perajin tahu mulai kembali beroperasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Polri menegaskan akan memproses secara hukum importir kedelai yang melakukan penimbunan hingga memainkan harga hingga menyebabkan kelangkaan dan mahalnya bahan baku tahu dan tempe tersebut.

"Polri merespons kelangkaan kedelai di pasar terutama importir, apabila ditemukan ada dugaan pidana maka Satgas Pangan akan melakukan penegakan hukum," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono dalam keterangannya, Rabu (6/1/2021).

Argo menyebut, Satgas Pangan Bareskrim Polri sendiri sudah melakukan pengecekan ke sejumlah gudang importir kedelai. Di antaranya di Bekasi yakni PT Segitiga Agro Mandiri. Perusahaan itu bergerak di bidang impor kedelai eks Amerika dengan kapasitas 6 ribu hingga 7 ribu ton per bulan.

"Bahwa kedelai impor tersebut selain diperuntukkan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kualitas II juga dipergunakan untuk proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainya," jelas dia.

Kemudian, distribusi ke UMKM industri tahu tempe ke wilayah Jabodetabek dan Bandung, Jawa Barat, dengan pendistribusian antara 250 hingga 300 ton per hari dan stok tersisa saat ini sebanyak 2.500 ton. Kacang kedelai itu disalurkan melalui distributor dengan harga saat ini Rp 8.600 per kilogram, terjadi kenaikan sekitar Rp 1.000 sejak pertengahan Desember 2020.

"Didapat informasi dari staf perusahaan tersebut kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya 6.800 menjadi 8.300 juga disebabkan dikarenakan sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020 kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang, sehingga menggunakan angkutan tujuan Singapura dan sering terjadinya delay dikarenakan menunggu waktu dalam konekting ke Indonesia, sehingga keterlambatan antara 2 sampai 3 minggu," ujar Argo.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pengecekan Gudang Kedelai di Tangerang

Butiran kacang kedelai impor Amerika menjadi salah satu komoditas yang sangat dibutuhkan pengrajin tempe di Garut, Jawa Barat.
Butiran kacang kedelai impor Amerika menjadi salah satu komoditas yang sangat dibutuhkan pengrajin tempe di Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Pengecekan kedua dilakukan di PT FKS Mitra Agro yang ada di Pasar Kemis Pasir Jaya, Cikupa, Tangerang.

Dari pemeriksaan itu diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2020 kedelai masuk sebanyak 533,29 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 79 ton, sisa stok per 31 Desember 2020 sebanyak 474,29 ton.

"Bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. Sisa stok per tanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," kata Argo.

Selanjutnya PT. Sungai Budi di Daan Mogot, Kota Tangerang, Banten. Ditemukan fakta bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 400 ton dan sebanyak 300 ton sudah siap didistribusikan ke konsumen, sehingga sisa stok saat ini per 5 Januari 2021 sebanyak 100 ton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya