BMKG: Waspada, Cuaca Ekstrim Masih Akan Terjadi hingga Maret 2021

Dwi membeberkan, hujan esktrim itu terjadi akibat berbagai fenomena, antara lain dipengaruhi munculnya fenomena La nina dan Madden Julian Oscillation.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 23 Jan 2021, 22:23 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2021, 22:23 WIB
20160626-Rektor UGM
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan hujan esktrim masih akan mengguyur sejumlah wilayah di Indonesia hingga Februari dan Maret 2021.

"Dari Januari 2021 sampai Maret 2021 dampaknya akan meningkatkan curah hujan bulanan dari 300 milimeter hingga 500 mm, bahkan di beberapa wilayah lebih. Hal itu setara dengan peningkatan curah hujan hingga 40 persen dari normalnya," papar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat Konferensi Pers secara virtual, Sabtu (23/2021).

Dwi membeberkan, hujan esktrim itu terjadi akibat berbagai fenomena. Pertama dipengaruhi munculnya fenomena La nina.

"Ini siklus 2-8 tahun. Disebut fenomena iklim global La Nina akibat adanya anomali suhu muka air laut di Samudra Pasifik bagian tropis tengah yang akibatkan suhu muka air di Samudra Pasifik relatif lebih dingin dibandingkan di Indonesia yang makin hangat," kata dia.

Bedasarkan monitoring BMKG, saat ini suhu di perairan Indonesia mencapai 29 derajat Celcius. Perbedaan suhu berdampak pada perbedaan tekanan udara dan terjadilah aliran masa udara yang masif. Akibatnya ada peningkatan pasokan uap air dan pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia.

Dwi mencatat La Nanina di Indonesia saat ini berada pda level moderat atau menengah. Imbasnya curah hujan bulanan dapat mencapai 40 persen lebih.

"Itu hanya akibat La Nina saja. La Nina ini terutama di wilayah Indonesia tengah dan timur di bulan Januari dan dipredksi sampai Maret akan melemah April dan insyaAllah prediksinya Mei telah Netral," ucap dia.

Berikutnya, fenomena angin Muson di Asia. Dwi menyampaikan, angin Muson adalah fenomena yang rutin setiap tahun terjadi.

"Angin Muson di Asia, membawa hujan di wilayah Indonesia dan tentunya mengakibatkan peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia yang bersamaan dengan fenomena La Nina," ucap dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Fenomena Madden Julian

Kemudian, fenomena Madden Julian Oscillation yaitu gelombang atmosfer yang membawa kumpulan awan-awan, hujan bergerak dari Samudra Hindia di zona tropis dari sebelah timur Afrika, atau barat Indonesia menuju Samudra Pasifik. Dwi menyebut fenomena Madden Julian Oscillation dan siklusnya antara 30 sampai 60 hari.

"Jadi saat memasuki wilayah Indonesia mulai dari bagian barat karena membawa kumpulan awan-awan hujan ini, maka karena topografi di Indonesia ini bergunung-gunung, maka akan terjadi hujan yang otomatis menambah pasokan hujan di wilayah Indonesia tadi," ucap dia.

Selain fenomena Madden Julian Oscillation, ada pula fenomena yang terkait dengan gelombang atmosfer di ekuator yaitu gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin yang juga meningkatkan pasokan air hujan.

Terakhir, Dwi menyebut adanya fenomena siklonik di beberapa wilayah Indonesia.

"Dampak secara tidak langsung dapat meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin. Sehingga berbagai fenomena itu terjadi bersamaan sesuai yang kami prediksi," papar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya