LAPAN Ungkap Penyebab Hujan Ekstrem Dini Hari di Jabodetabek

Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA - LAPAN) menyatakan Jabodetabek hingga Karawang berpotensi terjadi hujan lebat pada dini hari pada 20 hingga 21 Februari 2021.

oleh Arie Nugraha diperbarui 20 Feb 2021, 07:47 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2021, 07:47 WIB
Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi Sepekan ke Depan
Awan mendung menggelayut di langit Jakarta, Kamis (1/2). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi curah hujan dari sedang hingga tinggi akan terjadi hingga 1 minggu ke depan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA - LAPAN) menyatakan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) hingga Karawang berpotensi terjadi hujan lebat pada dini hari pada 20 hingga 21 Februari 2021.

Menurut anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) PSTA-LAPAN Erma Yulihastin, berdasarkan prediksi Satellite-based Disaster Early Warning System (Sadewa-LAPAN) hujan dini hari dengan intensitas lebih besar dari 10 milimeter per jam diprediksi kembali terjadi dalam durasi sekitar 3-4 jam pada 20 - 21 Februari 2021.

"Mekanisme yang menyebabkan hujan dinihari tersebut berkaitan dengan penguatan angin dan peningkatan suplai kelembapan yang berasal dari utara (Laut Jawa) dan barat laut (Selat Sunda) yang menuju pesisir utara Jakarta," ujar Erma kepada Liputan6.com, Bandung, Sabtu, 20 Februari 2021.

Erma menjelaskan uap yang berasal dari laut Jawa berkaitan dengan penjalaran dan perkembangan sistem konveksi laut yang telah terbentuk di laut Jawa utara Jakarta pada waktu malam hari menjelang tengah malam.

Sementara itu tambah Erma, intrusi kelembapan yang berasal dari Selat Sunda berasal dari konveksi darat yang telah terbentuk sebelumnya sejak sore hari.

"Konveksi darat ini oleh angin dari barat laut yang kuat juga dipropagasikan menuju pesisir utara Serang, Banten, yang kemudian bergerak menuju ke timur di sepanjang pesisir Jawa bagian barat," kata Erma.

Erma menyebutkan penguatan angin dari utara yang terbentuk di utara pesisir Jawa bagian barat dipengaruhi oleh pembentukan CENS (Cross Equatorial Northerly Surge) kategori kuat (~8 m/det) yang dibangkitkan oleh pendinginan suhu permukaan laut di utara Laut Tiongkok Selatan.

Erma menerangkan indeks CENS 20-21 Februari diprediksi masih kuat meskipun cenderung menurun (6 m/det). Selain itu, pembentukan siklon Tropis Dujuan dan vorteks di Australia turut mempengaruhi dinamika cuaca.

"Sehingga konsentrasi kelembapan di selatan Indonesia menyebabkan peningkatan hujan terjadi di wilayah tertentu, yaitu Jawa bagian barat, Kalimantan bagian selatan, dan sekitar Nusa Tenggara Timur," ucap Erma.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hujan Ekstrem Semakin Meningkat

Sebelumnya otoritas yang sama pada 18 Februari 2021, menyebutkan DKI Jakarta akan diguyur hujan menerus. Hal itu menjadi pembuktian peringatan dini hujan ekstrem yang akan berlangsung pada 18-19 Februari 2021 di Jakarta yang diterbitkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kemarin (17/2/2021)

Informasi tersebut juga dibuktikan oleh hasil prediksi Satellite - based Disaster Early Warning System (Sadewa) LAPAN yang menunjukkan bahwa hujan ekstrem mulai terjadi di kawasan Jakarta sejak pukul 23.00 WIB pada 17 Februari 2021 dengan intensitas yang semakin meningkat dan jangkauan wilayah yang meluas dan memanjang hingga meliputi Bekasi, Depok, Tangerang, bahkan hingga Karawang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya