Eks Ketua KY Ungkap Kesederhanaan Artidjo Alkostar: Tinggal di Kwitang Tikar pun Tak Ada

Ardjito selalu naik bajaj saat melakukan aktivitasnya. Karena, memang dirinya belum memiliki mobil mesti sudah menjadi seorang pejabat.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mar 2021, 05:36 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2021, 05:36 WIB
Mantan Hakim Agung Artidjo Alkostar tiba di Istana Kepresidenan, Jumat (20/12/2019). (Lizsa Egeham)
Mantan Hakim Agung Artidjo Alkostar tiba di Istana Kepresidenan, Jumat (20/12/2019). (Lizsa Egeham)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Hakim Agung Artidjo Alkostar wafat karena penyakit jantung dan paru-paru yang dideritanya. Tutup usianya Artidjo pada Febuari 2021 ini meninggalkan banyak cerita bagi sebagian orang.

Salah satunya Ketua Komisi Yudisial 2013-2015 Suparman Marzuki. Dia mengungkapkan, Artidjo merupakan sosok yang terkenal sederhana. Hal ini itu ia saksikan saat berkunjung ke kediaman Artidjo.

"Dia tinggal di sebuah di Kwitang, Asrama Haji masuk, tikar aja enggak ada, lalu kita berkunjung duduk di semen itu. Mohon maaf ini tikar aja enggak ada. Loh bang mohon maaf, abang ini Hakim Agung, masa tikar aja enggak ada, ya saya adanya di sini, saya belum dikasih rumah dinas dan saya enggak akan minta. Kalau negara merasa saya berhak mendapatkan itu maka kasihkan, saya haram meminta," kata Suparman dalam secara virtual dalam diskusi yang bertema 'Obituari Artidjo Alkostar : Menyelami Rekam Jejak, Pemikiran dan Nilai-Nilai Etika Pejabat Publik', Minggu (7/3/2021).

Tak hanya itu, Ardjito juga selalu naik kendaraan umum saat melakukan aktivitasnya. Karena, memang dirinya belum memiliki mobil mesti sudah menjadi seorang pejabat.

Kemudian, pada suatu hari ia membeli sebuah mobil yang harganya pun tidak mencapai ratusan juta. Saat itu, Ardjito membeli mobil yang disebutnya mirip seperti mobil milik aktor luar negeri yakni Mr. Bean.

"Lalu dia ke sana kemari naik bajaj, belakangan dia membeli mobil, mobilnya itu kaya mobil Mister Bean, kecil mungil gitu, harganya kurang lebih Rp 70 juta, warnanya khas pula, mungkin Bang Artidjo menyukai karena asal daerahnya, warnaya hijau lah, pake supir lagi. Saya dapat tumpangan dari sopir, ini mobil seru amat nih bang. Iya ini uangnya cukup dari MA Rp 75 juta dan saya carikan mobil lah dan dapatnya ini, jadi saya enggak tambah," jelasnya.

"Jadi dia tidak penting dengan simbol pejabat, enggak penting sama sekali buat dia. Kalau berpakaian dia agak ganjil, baju warna apa, celana warna apa, ya barangkali itu memang pembawaaannya," sambungnya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pelajaran dari Artidjo

Dari hal itulah, menurutnya menjadi pelajaran yang bisa diambil oleh dirinya. Salah satunya yakni menjaga harga diri menjadi seorang hakim.

"Pelajaran yang bisa kita ambil adalah menjaga harga dirinya sebagai hakim, sehingga saat akhir hayatnya dia meninggalkan cerita yang sangat positif. Dan berusaha untuk mengambil bagian yang bisa kita ambil sebagi positif," ungkapnya.

Sementara itu, Peneliti ICW Kurnia Ramadhan menambahkan, terkait dengan Artidjo yang memiliki supir. Ternyata supirnya itu selalu diminta untuk pulang oleh Artidjo usai mengantar dirinya.

"Cerita soal mobil itu disampaikan Budi Santoso dalam beritanya, alasan Pak Artidjo kenapa selalu disuruh pulang, karena khawatir sopirnya ditemui oleh makelar kasus. Dan sopirnya sangat bangga menjadi sopir Pak Artidjo, pernyataan terakhirnya itu Pak kalau di MA mau cari hakim yang adil ya Pak Artidjo," tutup Kurnia.

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya