Kemendikbud Soroti Kesantunan Pelajar dan Mahasiswa dalam Manfaatkan Media Digital

Menurut Kemendikbud ,elemen inti dari pendidikan adalah karakter.

oleh Yopi Makdori diperbarui 03 Apr 2021, 02:03 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2021, 02:03 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memperkenalkan konsep Kampus Merdeka.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memperkenalkan konsep Kampus Merdeka. (Foto: Kemendikbud)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukaan (Balitbangbuk), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno mengatakan dua disrupsi digital yang tengah terjadi pada generasi muda di Tanah Air adalah kesantunan dan karakter. Namun, hal ini kurang mendapat penanganan serius. 

"Isu kesantunan dan karakter ini saya kira juga bagian dari disrupsi digital, bahkan bisa menjadi sangat permanen dan fundamental sehingga sangat penting menjadi bagian dari program pendidikan kita," ungkap Totok dalam keterangan tulis, Jakarta, Jumat (2/4/2021).

Menurutnya, elemen inti (the core of element) dari pendidikan adalah karakter. Dia pun merujuk pada kutipan yang mengatakan education without character is not education at all

"Kemudian, kalau elemen inti dari pendidikan itu disruptif, kemudian kita menganggap bahwa seolah-olah itu tidak ada, itu saya kira sebuah kesalahan besar," imbuh Totok. 

Perubahan sistem nilai dalam hal kesopanan, baik atau tidak baik, semestinya kata Totok, ada pijakan yang lebih jelas. Hal itu mengingat Indonesia sarat keragaman budaya.

"Boleh Anda mengglobal, bergaul dengan siapapun, tetapi pijakan niai-nilai ke-Indonesia-annya jangan dilupakan, jangan terbawa arus apalagi yang negatif," tuturnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kesantunan Perlu Ditekankan dalam Pendidikan Karakter

Sementara itu, Plt Kepala Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbangbuk, Kemendikbud, Irsyad Zamjani mengutip hasil survei yang  dilakukan oleh Microsoft di Asia Pasifik.

Dia mengatakan bahwa tingkat kesantunan digital (digital civility) dari masyarakat Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara.

"Hasil survei dari Microsoft salah satunya menunjukkan bahwa tingkat kesantunan kita dalam konteks digital itu kurang menggembirakan. Tentu saja ini sangat debatable karena di media massa dan media sosial itu cukup mengundang pro dan kontra terhadap hasil dari survei Microsoft ini, tetapi kita dapat mengambil sebagai bahan masukan, terutama untuk memperkuat pendidikan karakter dalam konteks kebijakan di Kemendikbud," ujarnya. 

Irsyad Zamjani menambahkan bahwa media sosial telah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari, terutama bagi pelajar dan mahasiswa. Untuk itu, kesantunan dalam memanfaatkan media digital, khususnya media sosial perlu ditekankan dalam pendidikan karakter, terutama di zaman digital saat ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya