Liputan6.com, Jakarta - Lia Aminuddin alias Lia Eden meninggal dunia Jumat, 9 April 2021. Meninggalnya Pemimpin Kelompok Salamullah itu juga dibagikan oleh akun Instagram Kabarsejuk @kabarsejuk.
Seperti dikutip Liputan6.com, Minggu (11/4/2021), akun tersebut membeberkan bagaimana perjalanan singkat Lia Eden membawa keyakinannya.
"Ratu Surga pengabar kesucian wahyu-wahyu Tuhan itu berpulang. Lia Eden (Lia Aminudin) yang sejak 1995 meyakini terus menerima bimbingan malaikat Jibril telah meninggal Jumat lalu (9/4).
Advertisement
Selamat jalan, Lia Eden. Beristirahatlah dalam kemenangan yang maha damai. Estafet perjuanganmu berlanjut senantiasa: urusan setiap warga dengan Tuhannya tidak bisa dibatasi dan dikurangi oleh negara, apalagi dipenjara," tulis akun tersebut.
Lia Eden sudah beberapa kali menggemparkan Indonesia. Banyak aksi kontroversialnya hingga dianggap melanggar aturan negara. Hal itu menyebabkan Lia masuk penjara sampai dua kali karena dianggap menoda agama.Â
Berikut perjalanan hidup Lia Eden yang dicatat Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dipenjara 2 Kali Dianggap Penoda Agama
Kerajaan Tahta Suci Eden pernah dianggap kerajaan aneh cenderung sesat. Ini mengingat Lia pernah dipenjara pada 29 Juni 2006 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat selama 2 tahun karena dianggap terbukti menodai agama, melakukan perbuatan tak menyenangkan, dan menyebarkan kebencian.
Saat itu Lia berkomentar cukup nyeleneh. "Kalau saya dibebaskan, saya akan memohon kepada Tuhan supaya lumpur di Sidoarjo dan Gunung Merapi bisa reda. Jika saya tidak bisa membuktikan, biarlah saya dihukum mati."
Tidak cukup sampai di sana, Lia kembali merasakan dinginnya kamar penjara pada 2 Juni 2009. Kali kedua ini, Lia dipenjara selama 2 tahun 6 bulan. Lia dinilai terbukti menista dan menodai agama.Â
Akibat vonis ini, polisi menyita ratusan brosur yang dinilai berisi penistaan agama ajaran yang ajaran yang dipimpin Lia.
Advertisement
Mengaku Sakti dan Dapat Wahyu dari Jibril
Berbagai sumber menulis bahwa Lia mengaku perubahan terjadi saat dia melihat sebuah bola bercahaya kuning berputar di udara dan lenyap di atas kepalanya. Hal ini terjadi sewaktu dia sedang bersantai dengan kakak mertuanya di kawasan Senen, Jakarta Pusat pada 1974.
Peristiwa ajaib kedua yang mampu mengubah prinsip hidupnya terjadi pada malam 27 Oktober 1995. Saat itu ia salat dan merasakan kehadiran pemimpin rohaninya, Habib al-Huda. Sang pemimpin rohani ini akhirnya mengaku sebagai Malaikat Jibril. Setelah itu Lia Eden mengaku menerima bimbingan Malaikat Jibril secara terus menerus sejak 1997.
Selama proses bimbingan, Lia Eden harus melewati berbagai ujian. Termasuk pengakuan-pengakuan kontroversial yang harus dinyatakannya kepada masyarakat atas perintah Jibril.
Di dalam penyuciannya, ia mengatakan bahwa Tuhan menyatakan Lia Eden sebagai pasangan Jibril sebagaimana ditulis di dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Dan ia mengatakan bahwa dialah yang dinyatakan Tuhan sebagai sosok surgawi-Nya di dunia.
Lia merasa sebagai penyebar wahyu Tuhan dengan perantaraan Jibril. Berbagai karya ia lahirkan, lagu, puisi, syair dan juga buku 232 halaman berjudul, "Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir" yang ditulis dalam waktu 29 hari.
Mengaku Imam Mahdi
Pada 1998, Lia menyebut dirinya Imam Mahdi yang muncul di dunia sebelum hari kiamat untuk membawa keamanan dan keadilan di dunia. Lia menyebut dirinya sebagai reinkarnasi Bunda Maria dan mengatakan bahwa anaknya, Ahmad Mukti, adalah reinkarnasi Yesus Kristus.
Lia sukses meyakinkan banyak orang, mulai dari para pakar budaya, golongan cendekiawan, artis musik, aktor teater, dan juga pelajar. Mereka semua dibaptis sebagai pengikut Salamullah.
Pada bulan Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang perkumpulan Salamullah ini karena ajarannya dianggap telah menyelewengkan kebenaran mengenai ajaran Islam.
Advertisement