Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Toraja kental dengan memelihara adat istiadatnya. Bahkan beragam kebudayaan yang saat ini masih dilestarikan, seiring waktu menjadi pesona para pelancong yang ingin mengetahui eksotika warisan leluhur Suku Toraja.
Salah satu adat yang terkenal adalah Rambu Solo atau upacara kematian. Rambu Solo, seperti dikutip dari laman itjen.kemdikbud.go.id, merupakan upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.
Upacara tersebut dibuat meriah, disediakan babi dan kerbau untuk disembelih dan dibagikan ke penduduk sekitar.
Tradisi masyarakat Toraja biasanya tidak langsung menguburkan jenazah dan menyimpannya di rumah Tongkonan. Agar jenazah tidak cepat membusuk, maka jenazah dibalsem dengan ramuan tradisional.
Mengenai atap Tonkonan yang menyerupai kerbau, hewan ini di Tana Toraja bernilai tinggi. Sebab, kerbau berperan penting dalam upacara Rambu Solo .
Keluarga yang berduka biasanya berkurban beberapa kerbau untuk disembelih lalu dibagikan kepada warga.
Kian langka kerbau tersebut dapat menunjukkan kian tingginya strata sosial orang yang akan dimakamkan.
Harga termahal kerbau di Tana Toraja dapat mencapai Rp 1 miliar lebih, tergantung jenis kelangkaan kerbau.
Salah satu jenis kerbau termahal adalah tedong saleko. Kerbau langka ini berkulit putih dengan kombinasi belang hitam hingga bola matanya yang berwarna putih.
Ciri khas lain dalam Rambu Solo adalah peti mati dengan kain merah panjang. Itu menandakan jasad dalam peti adalah bangsawan.