Hari Bumi 2021, Ini 8 Perilaku Menjaga Lingkungan dari Perubahan Iklim

Setidaknya ada 8 cara tepat bagi manusia beradaptasi terhadap perubahan iklim, yaitu dengan merubah perilaku untuk selalu peduli dan cinta pada lingkungan.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Apr 2021, 19:24 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2021, 19:24 WIB
Hari Bumi
Mari mulai dari diri sendiri demi menyelamatkan Bumi. | pexels.com/@akilmazumder

Liputan6.com, Jakarta - Di Hari Bumi Sedunia 2021, Analis Kesehatan dari Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kendari, Satya Darmayani menyebut ada banyak cara agar manusia dapat beradaptasi dengan perubahan iklim.

Satya mengatakan setidaknya ada 8 cara tepat bagi manusia beradaptasi terhadap perubahan iklim, yaitu dengan merubah perilaku untuk selalu peduli dan cinta pada lingkungan.

"Pertama hemat penggunaan air, yakni menggunakan air secukupnya. Gunakan ulang sisa air untuk menyiram tanaman, memanen air hujan, .engontrol saat pengisian air," kata melalui pesan WhatsApp-nya dalam memperingati Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April di Kendari, mengutip Antara, Kamis (22/4/2021).

Kedua, lanjut dia, membuang sampah pada tempatnya yaitu dengan menerapkan prinsip 3R, yakni reuse (penggunaan kembali), recycle (mendaur ulang), reduce (mengurangi) pilih makanan yang kemasannya minimalis menggunakan barang daur ulang.

Ketiga, menurut Satya, kurangi polusi udara dengan cara menjaga kondisi kendaraan dalam performa terbaik dan merokok di tempat yang sudah disediakan, serta jangan melakukan pembakaran.

"Keempat, jalani gaya hidup sehat dan sederhana yaitu dengan mengkonsumsi makanan dan minuman sesuai standar kesehatan, menjadi seorang minimalis, meminimalisir pembelian barang-barang baru, persiapkan diri saat makan di restoran/berbelanja di mall, dan mengkonsumsi produk-produk lokal," papar dia.

Kelima, sambung Satya, melakukan penanaman pohon karena efektif dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

Dia menyebut, pohon berfungsi sebagai pendingin rumah, penahan terjangan angin, peredam suara, penyerap debu serta sebagai cadangan pangan dan kayu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cara Selanjutnya

Sejarah Hari Bumi yang Terinpirasi dari Gerakan Mahasiswa Anti-Perang
Ilustrasi Hari Bumi. (dok. Unsplash/ Noah Buscher)

Keenam, sambung Satya, perpikir organik (alami) yakni bebas zat kimia (murah dan tanpa efek samping).

"Gunakan bumbu masak dari alam, gunakan pupuk kandang dan kompos sebagai hasil daur ulang, gunakan insektisida/pengusir nyamuk alami seperti selasih, lavender, serai wangi, akar wangi, dan suren," terang Satya.

Ketujuh, tidak menggunakan peralatan yang dapat merusak lingkungan seperti pendingin ruangan yang tidak menggunakan freon dan zat pencemar lain; serta kulkas yang tidak menggunakan freon dan zat pencemar lain.

"Kedelapan, peduli dan ikut serta dalam menjaga lingkungan. Peduli terhadap sesama warga, kembangkan kegiatan gotong-royong, peka terhadap perubahan, dan selalu bersama sebagai solusi menyelesaikan masalah lingkungan," ucap dia.

Menurut Satya, Hari Bumi se-Dunia menjadi momentum yang tepat untuk semua orang kembali merenungkan kondisi planet yang seluruh manusia bisa huni sekarang.

"Karena pelestarian lingkungan hidup bukan merupakan tanggung jawab perorangan saja, namun merupakan kesadaran dari semua pihak secara bersama-sama," jelas dia.

Upaya yang paling tepat adalah manusia beradaptasi dengan datangnya perubahan iklim, manusia merubah perilakunya untuk selalu peduli kepada lingkungan, khususnya perubahan iklim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya