Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya mobilitas masyarakat di masa libur Lebaran 2021 membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi cukup was-was akan berimbas pada kenaikan kasus Covid-19. Belum lagi, dia mendapat laporan banyak warga yang nekat kampung halaman meski sudah ada larangan mudik.
Selain itu, mobilitas masyarakat ke tempat wisata melonjak tajam di masa libur Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah. Tingginya mobilitas masyarakat tersebut membuat Jokowi khawatir akan membuat kasus Covid-19 di Indonesia kembali naik signifikan.
Baca Juga
Pasalnya, tren kenaikan kasus Covid-19 pernah terjadi usai libur panjang Lebaran 2020. Kala itu, terjadi kenaikan kasus harian hingga 93 persen dan tingkat kematian mingguan naik 66 persen.
Advertisement
Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini?
Jokowi menyebut ada 1,1 persen atau sekitar 1,5 juta masyarakat yang nekat pulang ke kampung halaman di masa periode pelarangan mudik Lebaran 6-17 Mei 2021. Hal ini berpotensi menimbulkan kasus baru Covid-19 pasca libur Lebaran 2021.
Jumlah inipun sudah jauh lebih kecil dibanding gambaran pemerintah. Sebelum adanya larangan mudik, pemerintah memprediksi ada 33 persen masyarakat yang berkeinginan pulang ke kampung halaman saat Lebaran.
Saat larangan pulang kampung diumumkan, pemudik turun menjadi 11 persen.
"Setelah sosialisasi, turun lagi menjadi 7 persen dan saat pelaksanaan karena ada penyekatan-penyekatan turun menjadi 1,1 persen," ucap Jokowi saat memberikan pengarahan kepada kepala daerah se-Indonesia, sebagaimana ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Selasa 18 Mei 2021.
Menurut dia, angka 1,1 persen atau 1,5 juta warga yang nekat mudik Lebaran 2021 bukanlah jumlah yang kecil. Terlebih, tempat wisata juga ramai dikunjungi masyarakat pada masa lebaran yang berpotensi meningkatkan kasus Covid-19.
Dia mengungkapkan mobilitas masyarakat di tempat-tempat wisata pada hari Lebaran 2021 naik 38-100,8 persen.
Dia mengakui kondisi ini sangat baik untuk perekonomian masyarakat dan nasional. Namun, penerapan protokol kesehatan juga harus dilakukan ketat agar tak ada penyebaran Covid-19 di lingkungan hotel.
"Sisi ekonominya baik, sisi covid-nya harus dikendalikan betul. Hati-hati protokol kesehatan. Kalau dua-duanya bisa dikelola dengan baik, dikendalikan dengan manajemen yang ketat, ya ini baik-baik saja mengenai keterisian kamar-kamar hotel. Tetapi kalau tidak bisa mengendalikan hati-hati," jelas Jokowi.
Lalu apa hasilnya?
Ada 15 provinsi yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 pada saat ini. Ke-15 provinsi itu antara lain, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Bangka Belitung.
Lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di DKI Jakarta, Maluku, Banten, Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara. Kemudian, Kaliman Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.
Paling tidak, Jokowi berharap, kenaikan kasus Covid-19 pasca lebaran 2021 tak sebesar tahun sebelumnya. Sebab, Indonesia sudah melewati puncak kenaikan kasus aktif Covid-19 pada Februari 2021.
Dia mengatakan kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 176.000 pada 5 Februari 2021. Namun, kasus aktif berhasil ditekan sehingga saat ini turun drastis sebesar 48 persen menjadi 90.800.
"Ini yang harus terus kita tekan agar semakin turun, semakin turun, semakin turun," tutur Jokowi.
Oleh karena itu, dia mewanti-wanti soal hal ini.
"Pasca lebaran hati-hati, betul-betul kita harus waspada karena berpotensi, ada potensi jumlah kasus baru covid, meskipun kita telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik," ujar Jokowi.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gelombang Kedua Covid-19
Jokowi juga mewanti-wanti kepala daerah untuk mewaspadai potensi gelombang kedua Covid-19. Pasalnya, negara-negara tetangga kini telah mengalami ledakan kasus Covid-19.
"Hati-hati gelombang kedua, gelombang ketiga di negara-negara tetangga kita sudah juga mulai melonjak drastis," ujarnya.
Dia menuturkan, saat ini, Malaysia menerapkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah hingga Juni 2021. Kebijakan yang sama juga dilakukan Singapura sejak Mei 2021.
"Kita harus melihat tetangga-tetangga kita," ujarnya.
Advertisement