Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satuan Tugas (Jubir Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito kembali menyampaikan perkembangan terkini terkait kasus Corona di Indonesia.
Salah satunya disampaikan Wiku adalah peningkatan kasus Covid-19 hingga pekan ketiga usai Idul Fitri 2021, disebut relatif lebih rendah dari periode yang sama pada 2020.
"Jika disandingkan periode yang sama pada tahun 2020, kenaikan pada tahun ini angkanya lebih rendah," ujar Wiku dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (10/6/2021).
Advertisement
Selain itu, dia juga meminta pemerintah daerah (pemda) memperhatikan situasi Covid-19 di daerah masing-masing.
Wiku mengatakan, lonjakan Covid-19 di Kudus dan Bangkalan dapat menjadi pembelajaran bersama.
"Apa yang terjadi di Kudus dan Bangkalan beberapa hari akhir, tentunya perlu menjadi pelajaran kita bersama. Bahwa kita harus benar-benar mengantisipasi perubahan situasi ke arah yang tidak diharapkan," ucap dia.
Berikut 5 perkembangan terkini kasus Corona di Indonesia disampaikan Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dihimpun Liputan6.com:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Peningkatan Kasus Covid-19 Usai Lebaran Lebih Rendah dari 2020
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengemukakan peningkatan kasus Covid-19 hingga pekan ketiga usai Idul Fitri 2021 relatif lebih rendah dari periode yang sama pada 2020.
"Jika disandingkan periode yang sama pada tahun 2020, kenaikan pada tahun ini angkanya lebih rendah," ujar Wiku dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (10/6/2021).
Wiku melaporkan kenaikan kasus hingga pekan ketiga usai libur Idul Fitri 2021 mencapai 53,4 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020 sebesar 80,5 persen.
Jika dilihat perbandingan pada pekan ketiga usai Idul Fitri 2020 dan 2021, kata Wiku, perbedaan angkanya terlihat semakin signifikan. Meski demikian, potensi lonjakan diperkirakan masih terus berlangsung hingga awal Juni 2021.
Advertisement
2. Ada Dua Provinsi Sumbang Angka Tertinggi
Wiku menambahkan, saat ini ada dua provinsi penyumbang kasus terbesar yang masih bertahan dalam lima besar kenaikan kasus tertinggi, yakni DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Secara perbandingan, di 2020 kenaikan tertinggi berada di Jawa Timur, yakni 535 persen, diikuti Sulawesi Selatan 293 persen, Kalimantan Selatan 113,8 persen, Jawa Tengah 44,2 persen dan DKI Jakarta 38,4 persen.
"Masing-masing provinsi itu juga memiliki kabupaten/kota yang paling berkontribusi dari tingginya kasus," kata Wiku.
Sementara di tahun 2021, kata Wiku, Jawa Tengah dan DKI Jakarta juga masih masuk lima besar provinsi dengan kenaikan tertinggi.
Kenaikan kasus tertinggi berada di Jawa Tengah, yakni 120 persen, diikuti Kepulauan Riau 82 persen, Sumatera Barat 73 persen, DKI Jakarta 63 persen, dan Jawa Barat 23 persen.
Namun, Wiku memastikan kenaikan kasus pada tingkat provinsi tahun ini tidak sebesar tahun sebelumnya. Pada tahun lalu kenaikan kasus di tingkat provinsi bisa mencapai 500 persen, sementara kenaikan tahun ini sekitar 120 persen.
"Namun, kita tidak bisa hanya melihat keadaan di tingkat provinsi saja. Perlu melihat lebih jauh di tingkat kabupaten dan kota. Perlu diwaspadai kenaikan di beberapa kabupaten/kota terjadi secara signifikan. Kenaikannya dapat berkontribusi signifikan masing-masing provinsi," ucap Wiku.
3. Ada 25 Kabupaten/Kota Penyumbang Tertinggi
Secara rincian, masing-masing provinsi dalam lima besar tahun ini memiliki kabupaten/kota yang menyumbangkan kasus tertinggi.
Di Jawa Tengah ada di Kudus naik 7.594 persen, Jepara naik 685 persen, Sragen naik 338 persen, Kota Semarang naik 193 persen, dan Semarang naik 94 persen.
Provinsi Kepulauan Riau kontribusi berasal dari Kota Batam naik 257 persen, Karimun naik 116 persen, Natuna naik 100 persen, Bintan naik 81 persen, dan Tanjung Pinang naik 13 persen.
Di Provinsi Sumatera Barat berasal dari Pasaman Barat naik 157 persen, Agam naik 151 persen, Solok 128 persen, Dharmasraya 125 persen, dan Kota Padang naik 75 persen.
Provinsi DKI Jakarta kontribusi dari Jakarta Selatan naik 92 persen, Jakarta Timur 67 persen, Jakarta Pusat 57 persen, Jakarta Utara 43 persen, dan Jakarta Barat naik 42 persen. Provinsi Jawa Barat kontribusi dari Ciamis naik 700 persen, Bandung 261 persen, Cianjur 188 persen, Karawang 152 persen, dan Cirebon naik 115 persen.
"Pemerintah daerah perlu menyadari bahwa 25 kabupaten/kota tersebut merupakan penyumbang tertinggi dari kenaikan kasus Covid-19 selama tiga pekan terakhir secara nasional. Data kasus tingkat kabupaten/kota ini menunjukkan kondisi secara detail dan antisipasi harus dilakukan sebelum keadaan menjadi terlambat," kata Wiku.
Advertisement
4. Minta Pemda Perhatikan Situasi Covid-19
Belajar dari Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Wiku meminta pemerintah daerah (pemda) memerhatikan situasi Covid-19 di daerah masing-masing. Lonjakan Covid-19 di Kudus dan Bangkalan dapat menjadi pembelajaran bersama.
Wiku menegaskan, setiap pemda dapat mengenali karakteristik dan tradisi budaya, sehingga ketika ada potensi lonjakan Covid-19 dapat diantisipasi dengan baik. Hal ini dinilai penting terkait bagaimana kelemahan dan kekuatan masing-masing wilayah.
"Apa yang terjadi di Kudus dan Bangkalan beberapa hari akhir, tentunya perlu menjadi pelajaran kita bersama. Bahwa kita harus benar-benar mengantisipasi perubahan situasi ke arah yang tidak diharapkan," terang Wiku.
"Antisipasi dengan mengenali karakter, baik tradisi budaya, kelemahan maupun kekuatan dari masing-masing wilayah sangatlah penting. Kemudian agar kasus Covid-19 dapat terkendali dan tidak meningkat secara signifikan, kepemimpinan kolaboratif di tingkat kabupaten/kota dan provinsi juga menjadi kunci penentu," sambung dia.
Adanya kepemimpinan kolaboratif juga sebagai langkah supaya pendeteksian dini dan penyelesaian masalah Covid-19 yang terjadi dapat terselesaikan. Terlebih lagi daerah-daerah yang sedang masuk kategori peningkatan kasus Covid-19.
"Saya ingin kepala daerah untuk benar-benar memerhatikan situasi daerahnya masing-masing dan segera mengambil langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan, sehingga kasus Covid-19 tinggi dapat diturunkan," pinta Wiku.
5. Lakukan Konversi Tempat Tidur dan Fasilitas Tempat Isolasi Covid-19
Sejumlah langkah menghadapi lonjakan antara lain mengkonversi tempat tidur biasa menjadi tempat tidur untuk pelayanan Covid-19 atau mentransfer pasien Covid-19 ke rumah sakit di wilayah terdekat.
"Bagi pasien Covid-19 tanpa gejala, diusahakan untuk melakukan isolasi mandiri di kediaman masing-masing bila memungkinkan atau di tempat-tempat isolasi terpusat yang tersedia di daerahnya masing-masing," terang Wiku.
Kenaikan kasus Covid-19 tinggi, lanjut dia, dapat terjadi akibat periode yang sarat dengan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerumunan, seperti berkumpul bersama keluarga, berbelanja baju Lebaran, bertamasya ke tempat wisata, berkumpul, bahkan perjalanan antara wilayah.
"Jadi, yang dapat dilakukan adalah meningkatkan testing dan mengawasi pelaksanaan karantina mandiri 5 kali 24 jam bagi warga yang baru pulang dari berpergian. Kemudian mencegah penularan di tingkat keluarga melalui penegakan protokol kesehatan. Dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19, khususnya pada populasi rentan," jelas Wiku.
Advertisement