Cegah Karhutla, BPPT Buat Hujan Buatan di Sumsel

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan modifikasi cuaca di Sumatera Selatab sejak 10 Juni 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2021, 06:47 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2021, 06:47 WIB
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Tim BPPT menunjukkan alat GPS saat menentukan titik penyemaian garam selama perasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), Kamis (9/1/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan modifikasi cuaca di Sumatera Selatan sejak 10 Juni 2021. Sejumlah daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) diguyur hujan dengan intensitas sedang.

Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Purwadi mengungkapkan, selama lima hari terakhir pihaknya sudah melakukan enam kali TMC yang menghabiskan 4.800 kilogram garam untuk penyemaian. Hasilnya, beberapa daerah terjadi hujan lokal seperti di Palembang, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan lainnya.

"TMC cukup mempengaruhi cuaca di Sumsel, banyak wilayah yang diguyur hujan walaupun intensitasnya tidak tinggi," ungkap Purwadi, Senin (14/6/2021).

Dengan keberhasilan TMC, kata dia, setidaknya akan membasahi permukaan lahan dan kembali menguap pada hari berikutnya. Dengan demikian, karhutla bisa dicegah sedini mungkin.

"TMC akan dievaluasi setiap sepuluh hari, apakah dilanjutkan atau dihentikan melihat hasil evaluasi tim," ujarnya.

Purwadi mengatakan, selama lima hari melakukan TMC, gangguan angin kencang menjadi kendala. Kondisi itu berdampak bergesernya awan dan hujan ke daerah lain, seperti saat dilakukan penyemaian di Ogan Komering Ilir dan Banyuasin dengan kondisi angin mengarah ke barat.

"Potensi awan masih cukup bagus untuk dilakukan TMC, hanya kendalanya angin kencang saja," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Puncak Musim Kemarau

Sementara itu, Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Sinta Andayani menjelaskan, potensi hujan masih ada di awal musim kemarau tahun ini meski intensitasnya sudah mulai ringan hingga sedang dan bersifat lokal. Pihaknya memprakirakan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus dan September 2021 yang tidak akan terjadi hujan sebulan lamanya.

"Dari sekarang waspada dan mengantisipasinya dengan menghemat air dan mencegah karhutla dengan tidak membakar lahan," pungkasnya. 

Reporter : Irwanto

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya