Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah mengupayakan percepatan dalam pengembangan vaksin Covid-19 Merah Putih.
Hal ini menyusul pengakuan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang menyebut program percepatan vaksinasi Covid-19 terkendala stok vaksin yang tersedia.
"Pemerintah diharapkan dapat melakukan upaya-upaya percepatan untuk mendukung hadirnya vaksin Merah Putih. Sebab, dengan vaksin Merah Putih, ketergantungan kita pada (vaksin Covid-19) negara lain dapat teratasi," ujar Saleh kepada Liputan6.com, Selasa (27/7/2021).
Advertisement
Upaya percepatan ini, menurut dia bisa dilakukan dengan menyuntik tambahan dana pada kelompok riset vaksin Merah Putih. Hal ini begitu diperlukan di mana situasi Indonesia saat ini tengah berada pada darurat kesehatan.
"Karena itu, harus ada keringanan-keringanan yang diberikan kepada lembaga dan para peneliti. Selain itu, dukungan anggaran yang memadai juga sangat diperlukan. Dengan begitu, penelitian yang sedang dilaksanakan tidak ada kendala," saran Saleh.
Ketua Fraksi PAN itu minta supaya izin edar vaksin Merah Putih nantinya tidak dipersulit. "Jangan ada kesan saling mempersulit. Vaksin bangsa lain saja kita percaya, ya mestinya vaksin merah putih yang lahir di Indonesia harus lebih dipercaya lagi," pesan dia.
Di samping itu ia juga menyarankan agar pemerintah melakukan pendekatan yang lebih intens ke negara-negara produsen vaksin. Dengan begitu diharapkan Indonesia menjadi negara yang diprioritaskan untuk menerima vaksin Covid-19 ketimbang negara lain.
Saleh menerangkan bahwa dari sekitar 273 juta rakyat Indonesia, diperlukan 70 persen dari total penduduk yang harus divaksin untuk bisa tercapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Angka itu setara dengan setidaknya 181,5 juta orang.
"Kalau dua kali suntikan, makanya jumlahnya mencapai 363 juta dosis. Ditambah lagi dengan buffer stock-nya sekitar 15 persen. Maka kebutuhan Indonesia mencapai 426 juta dosis," terang dia.
Dengan kebutuhan sebanyak itu tentu saja pemerintah mesti memutar otak agar niat untuk menciptakan herd immunity lewat vaksinasi dapat terpenuhi.
"Ini pasti jadi kendala. Dengan kebutuhan sebanyak itu, pemerintah harus putar sana sini mencari vaksin. Tidak heran jika selain Sinovac, pemerintah juga mengupayakan vaksin Sinopharm, Astrazeneca, Moderna, dan Pfizer. Tentu tidak tertutup kemungkinan merk-merk lainnya," pungkasnya.
Â
Saksikan Video Piliha di Bawah Ini:
Menkes Akui Terkendala Stok
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengakui upaya percepatan vaksinasi Covid-19 terintangi oleh ketersediaan dosis vaksin.
Pemerintah telah menerima 70 juta dosis vaksin Covid-19 hingga Juli 2021. Setidaknya, sebanyak 63 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat.
Adapun 44,9 juta dosis, kata Budi terpakai untuk vaksinasi dosis pertama dan 18, 3 juta disuntikkan untuk vaksin dosis kedua.
"Kalau ditanya kenapa tak bisa lebih cepat lagi? Karena memang jumlah vaksinnya cuma segitu," kata Budi dalam konferensi pers, Senin (26/7/2022).
Kendari begitu, dia memastikan bahwa Indonesia akan menerima 8 juta dosis vaksin produksi Sinovac dan 4 juta dosis vaksin AstraZeneca. Vaksin tersebut direncanakan akan datang secara bertahap mulai 25 sampai 30 Juli 2021.
Selain itu, Budi mengatakan Indonesia juga akan kedatangan 45 juta dosis vaksin Covid-19 pada Agustus 2021. Dia menyebut vaksin yang datang pada Agustus mendatang terdiri dari berbagai merek yakni, Sinovac, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer.
"Itu mudah-mudahan akan kita kirim. Nah, dari sekarang sampai nanti vaksinnya datang tanggal 25 (Juli), itu sabar sedikit. Kita juga ada masih ada stok vaksin di provinsi dan ibu kota," jelas Budi.
Advertisement