4 Pernyataan Istana Terkait Kontroversi Pengecatan Pesawat Kepresidenan

Karena dilakukan di tengah masa pandemi, pengecatan pesawat Kepresidenan RI tersebut mendadak sontak menuai kontroversi karena dinilai sebagai tindakan pemborosan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Agu 2021, 15:54 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2021, 14:18 WIB
Pesawat kepresidenan dicat ulang. ©https://twitter.com/alvinlie21
Pesawat kepresidenan dicat ulang. ©https://twitter.com/alvinlie21

Liputan6.com, Jakarta Pesawat Kepresidenan RI, BBJ 2, telah dicat ulang, dari yang semula berwarna biru putih menjadi merah putih. Hal ini dibenarkan Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartanto.

Karena dilakukan di tengah masa pandemi, pengecatan pesawat Kepresidenan tersebut mendadak sontak menuai kontroversi karena dinilai sebagai tindakan pemborosan. Salah satunya datang dari pengamat penerbangan, Alvin Lie.

Alvin dalam akun Twitternya menyebut, pengecatan ulang pesawat Kepresidenan sekarang sebagai tindakan foya-foya. Pasalnya, biaya yang diperlukan terbilang fantastis. Nilanya bisa mencapai sampai USD 150 ribu atau jika dirupiahkan sekitar Rp 1,4 miliar sampai Rp 2,1 miliar.

"Hari gini masih aja foya-foya ubah warna pesawat Kepresidenan. Biaya cat ulang pesawat setara B737-800 berkisar antara USD100ribu sd 150ribu. Sekitar Rp.1,4M sd Rp.2.1M," tulis Alvin Lie melalui akun Twitternya @alvinlie 21, Selasa, 3 Agustus 2021. 

Menanggapi kritikan pihak luar, Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono pun menjelaskan bahwa pengecatan terhadap pesawat Kepresidenan sudah direncanakan sejak 2019. Terkait anggaran, juga telah dianggarkan di APBN.

Berikut sederet penjelasannya menjawab kritikan terkait pengecatan ulang pesawat Kepresidenan RI, BBJ 2 yang dinilai pemborosan: 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. Telah Direncanakan Sejak 2019 untuk Menyambut HUT RI ke-75

Istana angkat suara menanggapi kritik perihal pengecatan pesawat BBJ 2. Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menjelaskan rencana pengecatan pesawat Kepresidenan-1 sudah dicanangkan sejak 2019.

Perihal perubahan warna pesawat menjadi merah putih adalah dalam rangka menyambut HUT ke-75 Republik Indonesia. 

"Pengecatan Pesawat BBJ 2 (pesawat Kepresidenan-1) sudah direncanakan sejak tahun 2019, terkait dengan perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2020," jelas Heru kepada wartawan, Selasa, 3 Agustus 2021. 

Dipilihnya warna merah putih supaya melambangkan warna bendera nasional. Adapun dengan warna kebangsaan ini, pesawat BBJ 2 kerap digunakan Presiden Jokowi untuk kunjungan kerja.

"Pilihan warnanya adalah warna kebangsaan: merah putih, warna bendera nasional," jelas Heru.

2. Biaya Reparasi Telah Dianggarkan dalam APBN

Kontroversi pengecatan pesawat Kepresidenan berawal dari keresahan banyak pihak terkait biaya yang dikeluarkan. Heru sebagai Kepala Sekretariat Presiden menjelaskan bahwa biaya perawatan dan pengecatan pesawat BBJ 2 ini telah dianggaran dalam APBN.

"Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN," ujar Heru.

Heru juga menjelaskan pengecatan pesawat BBJ 2 dengan kondisi keuangan negara abikat pandemi Covid-19

Menurut dia, Kementerian Sekretariat Negara telah melakukan refocusing anggaran pada APBN 2020 dan APBN 2021 untuk pendanaan penanganan Covid-19, sesuai dengan alokasi yang ditetapkan Menteri Keuangan.

3. Efisiensi Waktu Pengerjaan

Pergantian warna pesawat BBJ 2 semestinya dilakukan bersamaan dengan Heli Super Puma dan pesawat RJ pada 2019. Namun, karena BBJ 2 saat itu belum memasuki jadwal perawatan rutin, maka ditunda pengerjaannya.

"Sehingga yang dilaksanakan pengecatan terlebih dahulu untuk Heli Super Puma dan pesawat RJ," kata Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono kepada wartawan, Selasa (3/8/2021).

Heru menjelaskan kembali bahwa perawatan rutin pesawat memiliki interval waktu yang sudah ditetapkan dan harus dipatuhi. Sehingga dia menekankan jadwal perawatan pesawat kepresidenan-1 ini harus dilaksanakan dengan tepat waktu.

"Perawatan rutin Pesawat BBJ 2 jatuh pada tahun 2021 merupakan perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik," ujar dia.

Oleh sebab itu, Heru menilai pengecatan pesawat BBJ 2 yang dilakukan bersamaan dengan jadwal perawatan Check C justru bagian dari bentuk efisiensi waktu.

"Waktunya pun lebih efisien, karena dilakukan bersamaan dengan proses perawatan," ucap Heru.

4. Masuk Usia 7 Tahun dan Butuh Perawatan Besar

Sebagaimana penundaan pengecatan pada 2019, Heru kemudian menambahkan kepada wartawan bahwa pesawat Kepresidenan-1 sudah memasuki usia 7 tahun.

Secara teknis pesawat dengan usia itu memang harus memasuki perawatan besar yakni, overhaul. Heru menyampaikan perawatan pesawat ini diperlukan untuk keamanan penerbangan.

"Itu harus dilakukan untuk keamanan penerbangan," ucapnya.

Dari aspek keindahan, Heru pun menuturkan bahwa ada beberapa bagian cat pesawat yang sudah terkelupas.

"Mengenai cat, memang sekalian diperbarui karena sudah waktunya untuk diperbarui," kata Heru kepada wartawan, Selasa, 3 Agustus kemarin. 

"Ada beberapa bagian yang sudah terkelupas," sambungnya.

Disebut sebagai tindakan yang foya-foya, Istana membantahnya. Karena pengecatan pesawat dilakukan di dalam negeri.

"Sehingga secara tidak langsung, mendukung industri penerbangan dalam negeri, yang terdampak pandemi," jelas dia.

 

Reporter: Cindy Violeta Layan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya