Satgas Ungkap Kunci Sukses PPKM Level 2 Agar Kasus COVID-19 Tetap Terkendali

Usai situasi COVID-19 di Indonesia membaik, masyarakat di sejumlah daerah rupanya mampu meningkatkan kedisiplinan mereka dalam mengikuti anjuran pemerintah untuk menghindari euforia dan mempertahankan kewaspadaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2021, 08:45 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2021, 08:45 WIB
FOTO: Menikmati Libur Paskah di Kawasan Kota Tua Jakarta
Warga duduk-duduk di kawasan wisata Kota Tua Jakarta, Minggu (4/4/2021). Libur panjang perayaan Paskah 2021 dimasa pemberlakuan PPKM Berskala mikro dimanfaatkan sejumlah warga untuk berwisata di kawasan Kota Tua Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Usai situasi COVID-19 di Indonesia membaik, masyarakat di sejumlah daerah rupanya mampu meningkatkan kedisiplinan mereka dalam mengikuti anjuran pemerintah untuk menghindari euforia dan mempertahankan kewaspadaan.

Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi wilayah yang mampu menjalankan pembukaan aktivitas masyarakat dengan baik, tanpa menimbulkan lonjakan kerumunan dan mobilitas. Berdasarkan data Sigap Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menunjukkan mobilitas masyarakat Jawa Tengah, khususnya Semarang di area pusat perbelanjaan, restoran, kafe atau pusat jajanan, mengalami peningkatan tetapi tidak drastis.

Peningkatan mobilitas warga yang terkendali sejalan dengan upaya Satgas COVID-19 bersama pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan secara ketat. Langkah preventif dilakukan secara tegas dan terukur dengan membatasi pembukaan area dengan potensi kerumunan tinggi, seperti Kota Lama dan Simpang Lima, hingga pukul 21.00 setiap harinya.

Fakta ini menunjukkan bahwa fungsi satgas dan konsistensi pemerintah daerah sangat penting untuk mengawasi potensi kerumunan di ruang publik. Peran serta para pemimpin daerah yang tetap menjaga disiplin protokol kesehatan warga secara intens di tengah penurunan level PPKM sangat layak mendapatkan apresiasi.

“Langkah yang terbaik memang mempertahankan apa yang sudah dicapai, bukan menurunkan kewaspadaan,” kata dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru.

Menurut dr. Reisa, masyarakat harus tetap menaati protokol kesehatan guna menyempurnakan ikhtiar pemerintah pusat dan daerah, serta aparat terkait seperti TNI, Polri, juga Satpol PP dalam mengendalikan situasi.

Masyarakat juga diminta untuk tetap berikhtiar dengan memakai masker secara benar hingga menutupi bagian hidung dan mulut mulai dari batang hidung sampai ke ujung dagu sesuai anjuran Satgas COVID-19 Bidang Perubahan Perilaku. Apabila dengan hanya satu masker masih terlihat ruang atau celah besar, masyarakat diminta menggunakan masker ganda.

“Selain meningkatkan filtrasi, masker kain yang dipakai melapisi masker medis berfungsi untuk mempererat masker agar menempel sesuai bentuk wajah kita masing-masing,” jelasnya terkait budaya masker dobel.

Selain itu, dr. Reisa mengajak warga di wilayah level 2 PPKM, seperti Kabupaten Serang, Kota Pasuruan, dan Kabupaten Garut, untuk membiasakan budaya menggunakan fasilitas cuci tangan yang tersebar hampir di seluruh pelosok kota dan kabupaten.

“Ingat-ingat lagi asal-usul fasilitas sanitasi dan kebersihan lingkungan tersebut. Tempat cuci tangan di tempat umum bukanlah hiasan, dekorasi atau ornamen ruang publik, melainkan untuk memastikan kita dapat membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita, setiap saat dan sesering mungkin. Dengan demikian, penularan dapat ditekan semaksimal mungkin,” tegasnya.

Koordinator PPKM Jawa-Bali Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya telah mengatakan bahwa tren kasus konfirmasi harian secara nasional telah mengalami penurunan. Secara spesifik, di Jawa Bali turun hingga 96 persen dari titik puncaknya pada 15 Juli yang lalu.

Menurut dr. Reisa, catatan pemerintah pusat pada minggu kedua September 2021 juga menunjukkan bahwa jumlah kasus aktif sudah turun di bawah 100.000 kasus. Bahkan pada penerapan PPKM hingga minggu lalu, pemerintah menurunkan status Provinsi Bali dari level 4 menjadi level 3.

"Tentu ini progres yang sangat menggembirakan, tapi kehati-hatian juga harus dijaga,” ujar dr. Reisa.

Sementara itu, dr. Reisa mengatakan bahwa wilayah aglomerasi seperti Jabodetabek, Bandung Raya, Semarang Raya, Solo Raya, serta Gerbang Kertasusila di Jawa Timur, tidak dapat sendirian bekerja mempertahankan status level 2 mereka.

Berdasarkan pengamatan Komite Penanganan COVID‑19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) serta mitra kerjanya, seperti UNICEF dan WHO Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Kota Jakarta Pusat, Kota Semarang dan Kota Bandung sangat ditentukan oleh wilayah satelitnya.

Misalnya, Depok dan Bogor untuk Jakarta, Kendal dan Kabupaten Semarang untuk Semarang, dan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cimahi dan Cianjur untuk Bandung.

“Contohnya di Semarang, masih rendahnya mobilitas malam hari juga diperlihatkan di Kendal. Sedangkan aktivitas malam di Bandung juga sangat terpengaruh pergerakan warga sekitarnya, termasuk warga Jakarta yang masuk ke Bandung,” terang dr. Reisa.

Untuk itu, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru ini menekankan sekali perlunya menghindari sikap egois dalam melakukan mobilitas, terutama malam hari. Masyarakat diajak untuk melakukan skrining pribadi dengan mengajukan tiga pertanyaan mudah kepada diri sendiri sebelum bepergian.

“Satu, apakah saya fit untuk lakukan perjalanan ini? Dua, apakah penting sekali tujuan perjalanan saya ini? Tiga, apakah sangat mendesak untuk membawa orang lain atau menemui orang lain dalam perjalanan nanti?” saran dr. Reisa.

Apabila ketiga pertanyaan tersebut dijawab dengan ya atau jawabannya positif, dokter Reisa menyarankan untuk selalu memperhatikan VDJ-ventilasi, durasi, jarak.

“Utamakan pergi ke ruang terbuka atau berventilasi baik, persingkat durasi, perpendek jarak tempuh, selain tetap disiplin prokes," kata dia.

Dia juga sangat menyarankan warga wilayah level 2 bertemu di ruang publik yang sudah memberlakukan aplikasi Peduli Lindungi. Panduan bertemu di ruang publik sudah pernah diproduksi oleh BNPB dan Satgas Penanganan COVID-19.

“Saya ulangi pernyataan Menko Marves, penurunan level PPKM di berbagai kota menyebabkan banyak euforia dari masyarakat yang kadang tidak disertai dengan implementasi protokol kesehatan dan penggunaan PeduliLindungi.’ Hal ini cukup berbahaya, karena dapat mengundang gelombang penularan berikutnya dari COVID-19,” ujarnya.

 

Penurunan Disiplin Masyarakat saat Pakai Masker

Pasalnya, berdasarkan Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 memperlihatkan adanya penurunan kedisiplinan memakai masker di masyarakat. Di DKI Jakarta terjadi penurunan dari 95% ke 90%, di Jawa Barat turun dari hampir 92% ke 89,5%, di Jawa Tengah turun dari 89% ke 86,5%, di Daerah Istimewa Yogyakarta turun dari 93,6% ke 91,6%, di Jawa Timur turun dari 94% ke 91,4%.

“Jadi kita harus tetap hati-hati, tetap pakai masker, dan jangan lupa, segera vaksinasi,” tegasnya.

Indonesia sudah memvaksinasi 77,8 juta orang dengan dosis pertama dan 44,3 juta sudah lengkap divaksinasi dengan dosis kedua pada Jumat, 17 September 2021, pukul 18.00 WIB.

“Kita sudah lihat pengalaman di banyak negara, jadi kita tidak ingin mengulangi kesalahan yang dilakukan berbagai negara. Caranya, waspada bersama-sama dan pertahankan status level 2, bahkan perbaiki,” tutur dr. Reisa.

Kelengahan melonggarkan disiplin akan mengarah ke naiknya level PPKM, yang berujung penutupan ruang publik, seperti mall dan bioskop yang minggu ini baru dibuka kembali di wilayah level 2. Selain itu juga ditundanya Pembelajaran Tatap Muka yang sudah diuji cobakan sejak 30 Agustus 2021.

“Jangan sampai noda setitik, rusak susu sebelanga. Karena lalai satu, dua orang, seluruh warga sampai anak kita yang sedang gembira sekolah lagi, jadi sengsara karena kita. Yuk bisa, untuk Indonesia,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya