Ini Pengaruh Wisata GLOW di Kebun Raya Bogor Menurut Ahli Tanaman

Dadan menyebutkan, ada beberapa spesies yang dapat melihat cahaya ultraviolet untuk membantu mereka mencari nektar di bunga.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 12 Okt 2021, 08:57 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2021, 08:57 WIB
glow
Wisata GLOW di Kebun Raya Bogor (KRB) berupa atraksi di malam hari dengan menggunakan lampu hias. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta Eduwisata malam GLOW di Kebun Raya Bogor masih menuai polemik. Pasalnya, tata cahaya lampu yang menyorot ke pepohonan dikhawatirkan menganggu ekosistem tanaman dan hewan pada malam hari.

Ahli Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB University, Dr Dadan Hindayana menjelaskan spektrum cahaya yang ditanggap manusia dengan hewan berbeda. Visible light atau spektrum kasatmata yang ditangkap mata normal manusia akan dapat mendeteksi panjang gelombang dari 400 sampai 700 nanometer, meskipun beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nanometer.

"Yang sangat berpengaruh nyata terhadap proses fotosintesis tumbuhan ada pada panjang gelombang 450-495 nanometer untuk warna biru dan 620-750 nanometer warna merah," kata Dadan, dalam keterangannya, Senin (11/10/2021).

Dadan menyebutkan, ada beberapa spesies yang dapat melihat cahaya ultraviolet untuk membantu mereka mencari nektar di bunga. Seperti lalat bisa melihat warna hijau dan lebah dapat melihat warna biru dan kuning.

"Spektrum ini yang manusia tidak bisa melihatnya. Ini menarik untuk dikaji, jika menggunakan spektrum warna selain biru dan merah, misalnya hijau apakah akan mempengaruhi proses visiologi tumbuhan di malam hari," jelasnya.

Sedangkan untuk serangga sama sekali tidak bisa melihat warna merah. Oleh sebab itu, para peneliti biasanya melakukan penelitian perilaku serangga di malam hari, menggunakan warna merah.

"Selain jenis warna, besaran intensitas cahaya yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap beberapa spesies," kata dia.

Terkait seberapa besar pengaruh dari cahaya lampu di wisata GLOW terhadap hewan dan tumbuhan di Kebun Raya Bogor, Dadan menyebutkan kemungkinan ada. Namun hanya bersifat sementara waktu.

"Mungkin untuk sementara waktu akan ada jenis tumbuhan atau binatang yang akan terpengaruh dengan sesuatu yang baru, tapi dalam jangka panjang mereka juga akan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru itu," kata dia.

"Bagi seorang scientis, saya sangat memercayai dengan sang penciptanya. Sehingga paham betul penciptaan ini, tapi teori evolusi yang basis utamanya seleksi alam pasti diakui juga kebenarannya," tambahnya.

Menurutnya, adaptasi tumbuhan dan asosiasinya dalam kehidupan di dunia sudah berjalan selama manusia hidup. Ia mencontohkan pohon mangga yang berasal dari kebun dan mungkin hutan dapat beradaptasi dengan baik di pekarangan rumah dengan penyinaran intens khususnya malam hari.

"Mangga tetap hidup dan bahkan berbuah lebat setiap musim. Hewan yang berasosiasi dengan pohon mangga diantaranya kelelawar juga hadir di pemukiman. Jadi tidak heran bila di bawah pohon mangga pekarangan rumah, pagi harinya banyak kotoran kelelawar," pungkasnya.

 


Wisata Malam Hari

Kebun Raya Bogor akan menghadirkan wisata edukasi bernama GLOW. Wisata edukasi unik ini hanya diadakan pada malam hari. Pengunjung dapat menyaksikan kilauan cahaya mengarah ke pepohonan dengan membentuk karakter jenis tumbuhan dan hewan.

Konsep ini juga sudah diterapkan di beberapa Kebun Raya di dunia, seperti Johnsonville Night Lights in the Garden yang berlokasi di Naples Botanical Garden, Night Blooms di Huntsville Botanical Garden, dan Botanica Lumina di Adelaide Botanic Garden.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya