Liputan6.com, Jakarta Pengamat politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati menilai Partai Golkar yang telah mencapai usia 57 tahun telah menjadi partai yang modern dan independen. Wasis juga memuji kepemimpinan Airlangga Hartarto yang mampu menjaga harmonisasi partai pasca gonjang ganjing ketua umum terdahulu.
"Harus diakui Airlangga mampu membuat Golkar tetap utuh dan stabil sebagai institusi pasca kasus yang menimpa Setya Novanto yang saat itu menjadi Ketua Umum," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Rabu (20/10/2021).
Baca Juga
Meski demikian, Wasis menyarankan, Airlangga meningkatkan komunikasi politiknya agar lebih membumi di akar rumput.Â
Advertisement
Menurut Wasis, transformasi Golkar dari ‘golongan’ menjadi sebuah ‘partai’, telah menandai adanya Golkar sebagai partai modern yang independen, dan terlepas dari bayang-bayang pemerintah Orde Baru.
Wasis juga memuji Akbar Tanjung yang saat itu mampu membawa Golkar untuk melakukan transformasi dari ‘golongan’ menjadi sebuah ‘partai modern’ di tahun 1999. Sehingga mampu menjadi pemenang kedua Pileg 1999 dan pemenang utama di Pileg 2004.
Â
Berpengalaman di Pusat Kekuasaan
Menurut Wasis, sistem kaderisasi di Partai Golkar juga berjalan dengan baik. Karena partai berlambang Pohon Beringin ini sangat berpengalaman di pusat kekuasaan, baik pusat maupun daerah. Hal itu juga menjadi daya tarik bagi elite lain dan pemilih untuk tetap memilih Golkar.
Kemudian, relasi antar faksi internal partai berjalan seimbang dan dinamis. "Tidak ada faksi yang menjadi veto player, seperti partai lainnya yang cenderung jadi partai personal seperti Mega di PDIP, Prabowo di Gerindra dan SBY di Demokrat," tambah Wasis.
Salah satu kunci yang bisa membuat Golkar kuat menurut Wasis, adalah membangun relasi yang mutual dan harmonis antara partai dan sayap organisasi partai itu sendiri.
Karena Golkar terdiri dari berbagai macam organisasi lintas profesi sebagai pendiri partai maka relasi dengan kader di organisasi sayap maupun pemilih di akar rumput adalah kuncinya.
"Hal ini yang patut dicontoh partai lain karena seringkali terjadi kesenjangan struktural antara elit partai, kader organisasi sayap, maupun pemilih itu sendiri dimana peran organisasi sayap partai sering dikesampingkan dari proses pembuatan kebijakan strategis partai," ujar Wasis.
Kondisi tersebut membuat banyak partai hanya mengandalkan ketokohan yang ironisnya nanti juga menentukan hidup matinya partai itu.
"Golkar bisa adaptif dan selalu berada dalam arena kekuasaan karena komunikasi internal secara institusional berjalan hingga ke sayap sehingga menimbulkan kepercayaan politik bagi kader sayap partai untuk membesarkan Golkar," ungkapnya.Â
Advertisement