Satgas Covid-19 Sebut Indonesia Harus Belajar dari 7 Negara Hadapi Omicron

Wiku Adisasmito mengatakan Indonesia perlu belajar dari tujuh negara untuk mengantisipasi masuknya varian baru virus corona B.1.1529 atau varian Omicron ke Tanah Air.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 01 Des 2021, 11:42 WIB
Diterbitkan 01 Des 2021, 11:18 WIB
Wiku Adisasmito
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan pemerintah ikuti perkembangan uji klinis vaksin COVID-19 yang dilakukan berbagai negara saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (12/11/2020). (Tim Komunikasi Satgas COVID-19)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan Indonesia perlu belajar dari tujuh negara untuk mengantisipasi masuknya varian baru virus corona B.1.1529 atau varian Omicron ke tanah air.

Dia juga meminta semua pihak tetap waspada, meski kasus Covid-19 di Indonesia cenderung melandai.

"Untuk mengantisipasinya, Indonesia perlu melakukan pembelajaran dari 7 negara dengan kasus tersebut yang telah melakukan langkah mitigasi," kata Wiku dikutip dari siaran persnya, Rabu (1/12/2021).

Adapun Covid-19 varian Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, Botswana dan Hongkong pada 21 November 2021. Hingga kini, sudah 7 negara yang melaporkan kasus Omicron.

Ketujuh negara itu antara lain, Italia, Jerman, Belanda, Inggris, Australia, Canada dan Israel. Wiku menyampaikan enam negara diantaranya tengah mengalami kenaikan kasus Covid-19 kecuali Israel.

"Meskipun kasus positif di Indonesia masih terus menunjukkan penurunan, namun kita tidak boleh lengah," jelas dia.

Wiku menuturkan varian Omicron ditetapkan WHO sebagai varian under monitoring(VUM) pada 24 November 2021 dan 2 hari setelahnya ditetapkan sebagai varian of concern (VOC). WHO juga menyatakan efektivitas vaksin, testing dan obat-obatan yang ada saat ini terhadap varian Omicron, masih dikaji.

"Yang dikhawatirkan, tidak seperti varian lainnya, bukti awal pengkajian menunjukkan varian Omicron meningkatkan peluang risiko tertular kembali bagi penyintas Covid-19," kata Wiku.

Kendati begitu, dia menyebut informasi tersebut masih sangat terbatas dan sedang dalam proses penelitian. Untuk itu, sebagian besar negara di dunia telah mengambil langkah antisipasi.

"Merujuk pada 7 negara dengan kasus Omicron, telah melakukan langkah mitigasi," ucapnya.

Wiku menjelaskan Italia melakukan penelusuran kontak kasus positif pelaku perjalanan ke negara-negara di Afrika untuk mengantisipasi varian Omicron. Kemudian, pemerintah Italia juga meningkatkan kapasitas penelusuran kontak secara umum. "Serta meningkatkan cakupan WGS agar semakin cepat mendeteksi varian Omicron," tutur dia.

Lalu, di Jerman memberlakukan travel ban atau melarang adanya perjalanan dari negara di Afrika. Larangan dikecualikan bagi warga negaranya dan mewajibkan karantina 14 hari bagi yang kembali dari negara di Afrika.

 

Negara Lain

Selanjutnya, di Belanda memberlakukan kebijakan testing bagi seluruh pelaku perjalanan dari Afrika Selatan. Belanda melakukan WGS pada semua pelaku perjalanan dari Wilayah Afrika yang sudah masuk ke negaranya.

Di Inggris, melakukan isolasi dan testing ulang bagi pelaku perjalanan yang positif Omicron. Tak hanya itu, Inggris menutup pintu kedatangan bagi pelaku perjalanan dari negara di Afrika.

"Inggris juga kembali mewajibkan masker dan testing bagi pelaku perjalanan internasional," pungkas Wiku.

Sementara Australia, mengkarantina 14 hari warga negaranya yang baru pulang dari 9 negara di Afrika. Lalu, mengkaji kebijakan kedatangan pekerja imigran dan pelajar internasional.

Untuk di Kanada menutup kedutaan bagi pelaku perjalanan dengan riwayat singgah di Afrika selama 14 bari terakhir. Bagi pelaku perjalanan internasional yang baru pulang dari negara di Afrika wajib testing dan dikarantina.

Terakhir, Israel memberlakukan daftar merah pada 50 negara di Afrika. Bahkan, Israel melarang masuknya WNA dari semua negara.

Selain itu, Israel juga memberlakukan karantina untuk seluruh warganya, melakukan tracing pada 800 pelaku perjalanan yang baru pulang dari negara di Afrika dan melakukan pengawasan warga melalui aplikasi telepon genggam.

Beberapa negara lain pun telah mengetatkan kedatangan pelaku perjalanan internasional, meski belum ditemukan kasus Omicron. Misalnya, Jepang yang dengan tegas melarang kedatangan seluruh WNA. Lalu, Taiwan tidak berencana mengendurkan pembatasan border (perbatasan) yang sangat ketat.

Sedangkan, Singapura dan Malaysia yang mulai membuka kedatangan WNA dengan vaksin lengkap setelah hampir 2 tahun penutupan. Kini, keduanya mempertimbangkan kembali untuk menutup negaranya setelah varian Omicron ditetapkan sebagai VOC.

 

4 Langkah Antisipasi

Wiku menjabarkan, dengan mempelajari berbagai kebijakan negara-negara di dunia maka Indonesia perlu mewaspadai dan mengantisipasi masuknya varian Omicron. Ia menyarankan Indonesia perlua mengambil 4 langkah antisipasi dengan segera.

Pertama, mengkaji ulang kebijakan pembatasan pada pintu masuk negara. Kedua, meningkatkan whole genum sequencing (WGS) atau untuk mendeteksi adanya varian Omicron di dalam negeri.

Ketiga, memastikan mobilitas masyarakat dilakukan dengan aman. Keempat, memasifkan testing dan tracing utamanya pada pelaku perjalanan luar negeri.

Disamping itu, dia mengingatkan penerapan protokol kesehatan ketat juga harus terus dilakukan terlebih dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki periode Natal dan tahun baru. Pasalnya, aktivitas masyarakat berpotensi meningkat yang juga meningkatkan potensi penularan.

"Mobilitas masyarakat yang tinggi terlebih pula apabila kita tidak disiplin merapkan protokol kesehatan, maka varian ini dapat kembali meningkatkan kasus COVID-19," tutup Wiku.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya