Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengatakan perayaan Natal 2021, bukan hanya sekedar pesta keagamaan tapi bisa jadi ajang merefleksikan diri.
"Peringatan Natal bukan sekedar perayaan yang identik dengan pesta keagamaan, Natal sejatinya adalah sarana atau momentum untuk merefleksikan diri terhadap nilai-nilai perjuangan, pengorbanan khususnya kesederhanaan yang juga diajarkan oleh agama lainnya di muka bumi ini," kata Firli seperti dilansir dari Antara, Sabtu (25/12/2021).
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, dalam ajaran Nasrani, Yesus disebutkan telah memperlihatkan kesederhanaan dalam hidupnya.
Begitu pula Rasulullah Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang dikenal sebagai sosok sederhana, meskipun beliau adalah pemimpin besar umat di dunia.
Firli mengatakan sederhana adalah sikap yang mengedepankan kebijaksanaan dalam memandang serta menjalani hidup dan kehidupan di alam fana ini.
"Sebaliknya glamoristik, sifat seseorang yang bergaya hidup hedon dan gemar menonjolkan kemewahannya sudah tentu tidak memiliki kebijaksanaan sehingga cenderung tergerak mengikuti hawa nafsu dan rasa tamak," kata dia.
Rasa Tamak
Lebih lanjut, Firli mengatakan tamak atau ketamakan dapat mengamputasi sisi dan nilai-nilai kemanusiaan seorang manusia, mengubah tabiat serta perilakunya menjadi rakus layaknya seekor tikus dan tidak pernah puas karena selalu merasa kurang dengan apa yang sudah diperoleh atau dimilikinya.
"Dan yang pasti, rasa tamak adalah pemicu utama seseorang untuk berperilaku koruptif sehingga berani melakukan tindak pidana korupsi yang dampak destruktifnya bukan hanya merugikan keuangan atau perekonomian semata, namun juga dapat menghancurkan tujuan bernegara suatu bangsa," ujar Firli.
Sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, kata Firli, KPK tentu membutuhkan peran serta andil nyata segenap pemeluk agama dan kepercayaan di republik ini termasuk umat Nasrani untuk mengentaskan korupsi.
"Salah satu wujud nyata peran dan andil pemeluk agama adalah ikut mengkampanyekan pentingnya budaya antikorupsi bukan hanya di kegiatan keagamaan, namun juga dalam kehidupan sehari-hari agar dapat dicontoh masyarakat hingga membentuk klaster-klaster antikorupsi di lingkungan sekitar," ucap Firli.
Ia mengungkapkan dari informasi dan data yang dihimpun lembaganya, tren mengkampanyekan budaya antikorupsi di Indonesia mulai meningkat, terutama setelah para pemeluk agama dan eksponen bangsa lainnya bersama-sama menjadi influencer budaya antikorupsi bagi masyarakat luas di Indonesia.
Hal itu, kata dia, tentunya dapat mengakselerasi transformasi tren antikorupsi berlanjut menjadi gaya hidup antikorupsi di masa depan yang diharapkan menjadi kelaziman dalam setiap tatanan dan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Selamat merayakan Hari Natal, mari bersama kita tebar kasih serta semai selalu nilai-nilai kesederhanaan dan semangat antikorupsi di segenap jantung serta urat nadi seluruh anak bangsa di republik ini agar Indonesia maju, sejahtera, aman, dan damai sentosa mulai dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote di mana kemajuan NKRI dapat terwujud apabila korupsi benar-benar sirna dari bumi pertiwi," ujarnya.
Advertisement