Jokowi Minta Angka Stunting Turun 3 Persen pada Tahun 2023

Jokowi menargetkan stunting di Indonesia berada di angka 14 persen pada tahun 2024. Karenanya di tahun 2023 sudah bisa turun 3 persen.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 11 Jan 2022, 13:33 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2022, 13:33 WIB
Jokowi Tinjau Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
Presiden Joko Widodo memberi keterangan saat meninjau langsung vaksinasi Covid-19 bagi anak-anak usia 6-11 tahun yang digelar di Kompleks SDN Cideng, Gambir, Jakarta, Rabu (15/12/2021). (Foto: Lukas-Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menargetkan stunting di Indonesia berada di angka 14 persen pada tahun 2024. Karenanya di tahun 2023 sudah bisa turun 3 persen.

"Stuntingnya kita per tahun 2021 ini ada di angka 24,4 persen, itu diharapkan bisa mencapai angka 14 persen di tahun 2024. Hitung-hitungan kami turunnya mesti 2,7 persen per tahun," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual usai ratas bersama Presiden Jokowi, Selasa (11/1/2022).

"Tadi Pak Presiden juga minta, agar tahun depan kalau bisa turun 3 persen, berarti rata-rata harus turun 2,7 persen kalau mencapai angka 14 (pada 2024)," sambungnya.

Menurut dia, ada dua intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Pertama, intervensi spesifik yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan kepada ibu sebelum masa kehamilan (remaja putri).

Adapun intervensi spesifik bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif singkat. Budi menyebut intervensi spesifik berkontribusi 30 persen dalam menurunkan stunting.

Kedua, intervensi sensitif yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan merupakan kerja sama lintas sektor. Intevensi ini berkontribusi 70 persen dalam menurunkan angka stunting.

"Kami di Kementerian Kesehatan membantu Pak Kepala BKKBN interevensi yang spesifik, yang 30 persennya saja.Tapi Pak kepala BKKBN mengkoordinasikan kementerian lain, kami dan kementerian lain untuk bisa mengupgrade yang sensitif 70 persen," jelas Budi

Dia menyampaikan Kementerian Kesehatan telah melakukan analisa mendalam terhadap intevensi spesifik dan ditemukan penyebab yang membuat angka stunting tinggi. Budi menuturkan kenaikan stunting menjadi tinggi karena umumnya bayi yang selesai ASI kurang mendapat tambahan makanan.

"Setelah lahir, kita amati kenaikan paling tinggi itu antara seudah menyusui, karena begitu dia menyusui masih bagus. Begitu dia sudah selesai ASI, dia kan harus dikasih makanan tambahan. Nah di situ banyak melesetnya, banyak kekurangannya sehingga stuntingnya naik lagi ke atas," tutur dia.

Oleh sebab itu, Kementerian Kesehatan akan fokus melakukan intervensi spesifik baik sebelum maupun setelah bayi dilahirkan. Khususnya, setelah bayi tak lagi mendapatkan air susu ibu (ASI).

"Jadi satu sebelum lahir, dua setelah lahir di usia 6 sampai 23 bulan. Terutama pada saat dia selesai ASI, karena itu titik kenaikannya tinggi," ucap Budi.

 

Bukan Hal Mudah

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyadari bahwa target menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di 2024 bukanlah hal yang mudah. Namun, dia meyakini target tersebut dapat tercapai apabila manajemen di lapangan dikelola dengan baik.

"Jadi target 14 persen di 2024 bukan target enteng tapi kalau kerja serius, lapangan dikuasai, bekerja sama, berkolaborasi. Saya kira penuranan stunting bisa dilakukan secara signifikan," jelas Jokowi sebagaimana ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis 28 Januari 2021.

Untuk itu, Jokowi menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi Ketua Pelaksana Penanganan Penurunan Stunting. Menurut dia, persoalan tingginya angka stunting di Indonesia harus mendapat perhatian serius.

Dia mengatakan bahwa lima tahun lalu, stunting di Indonesia berada di angka 37 persen dan turun menjadi 27,6 persen pada 2019. Namun, angka stunting diperkirakan akan kembali naik pada 2020.

"Angka ini diperkirakan akan naik karena pandemi di 2020 dan saat ini," ucap Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya