Banyak Politikus di PBNU Era Gus Yahya, Pengamat: Kekuatan NU Semakin Besar

Gus Yahya mengakui sengaja mengakomodasi politikus dari berbagai latar belakang untuk masuk dalam kepengurusan PBNU periode 2022-2027.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jan 2022, 14:38 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2022, 13:22 WIB
Pukul Bedug, Jokowi Buka Harlah ke-93 NU
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberi sambutan saat membuka Harlah ke-93 NU di Jakarta, Kamis (31/1). Jokowi mengatakan, RUU Pesantren agar para santri bisa bersaing antarnegara. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah resmi mengeluarkan susuna kepengurusan untuk periode 2022-2027 melalui konferensi pers virtual yang digelar Rabu (12/1/2022). Salah satu yang menarik perhatian adalah banyaknya wajah politikus di PBNU periode ini.

Pengamat politik Universitas Paramadina, Septa Dinata menilai, keputusan ini menunjukkan bahwa sikap Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya konsisten untuk menjadikan NU rumah bagi semua.

“Sepintas memang bertolak belakang dengan misi Gus Yahya untuk menjaga NU dari politik praktis. Tapi jika dilihat lebih jauh, ini bagian dari strategi agar NU tidak lagi dikooptasi oleh PKB,” ujar Septa dalam keterangan tertulis, Kamis (13/1/2022).

Septa menilai, strategi yang diambil Gus Yahya ini sangat cerdas. Dengan mengakomodasi politikus dari berbagai macam warna bendera, justru akan membuat kekuatan NU semakin besar.

“Strategi ini akan membuat kekuatan NU tersebar di mana-mana. Di sisi lain juga tidak realistis bagi NU untuk tidak mengakomodir politisi di kepengurusannya,” terang Septa.

Menurut Septa, NU lebih tepat menjadi kekuatan inklusif ketimbang ekslusif. Karena jika ekslusif, NU justru akan menjadi kecil.

“NU lebih tepat menjadi kekuatan inklusif, seperti garam yang ada rasanya, tapi enggak kelihatan dan menggarami semua aspek politik. Jika dipaksa menjadi kekuatan ekslusif, NU menjadi kecil. Ya jadinya sebanyak suara PKB itu. Ibarat raksasa besar yang selama ini dipaksa pakai baju kecil, yaitu PKB, pasti akan robek,” kata Septa.

Namun yang perlu menjadi catatan dalam komposisi ini adalah Sekretaris Jenderal PBNU yang diisi oleh Saifullah Yusuf. Sebab, Gus Ipul saat ini merupakan kepala daerah aktif.

“Gus Ipul itu kan Wali Kota (Pasuruan). Aktifitasnya banyak di daerah. Ini mesti diantisipsi,” ujar Septa.

Alasan Gus Yahya Masukkan Politikus di Kepengurusan PBNU

jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/12/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sebelumnya, Gus Yahya mengakui bahwa kepengurusan PBNU periode 2022-2027 yang dibentuknya sangat gemuk. Hal ini dikarenakan PBNU ingin mengakomodasi semua pihak dari berbagai latar belakang profesi maupun daerah.

"Dari segi kedaerahan, seluruh terwakili dalam jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Sehingga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang kita miliki saat ini adalah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang berwajah Nusantara," katannya dalam konferensi pers virtual, Rabu (12/1/2022).

Gus Yahya juga mengungkapkan alasan memasukkan sejumlah tokoh politik ke dalam kepengurusan PBNU periode 2022-2027. Ini merupakan bagian dari strateginya. Sebab, menurut dia, PBNU tidak bisa sepenuhnya bersih dari partai politik.

"Strategi kami adalah dengan memasukkan unsur-unsur dari berbagai kepentingan politik yang berbeda sehingga satu sama lain sama-sama saling menjaga. Karena kalau kita bersihkan dari politisi sama sekali, tetap saja nanti kepentingan politik akan berusaha masuk," ujarnya menjelaskan.

Sejumlah politikus yang masuk jajaran PBNU 2022-2027 antara lain, Politikus Golkar Nusron Wahid yang menjabat Wakil Ketua Umum. Kemudian, Politikus PDIP Mardani Maming ditunjuk menjadi Bendahara Umum PBNU.

Lalu dua nama yang dekat dengan PKB, yakni Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan mantan Wakil Gubernur Jawa Timur Saefullah Yusuf. Gus Ipul didapuk menjadi Sekjen PBNU, sementara Khofifah menjadi Ketua Bidang.

Gus Yahya menyebut, dengan menggandeng berbagai partai politik, mereka akan saling menjaga satu sama lain. Menurut dia, cara ini dapat menjaga PBNU tetap netral dari kepentingan-kepentingan politik.

"Justru dengan memasukkan orang-orang yang sudah mengetahui latar belakang politik seperti Nusron (dari) Golkar, PDIP, kemudian nanti ada PKB, dan sebagainya, mereka saling menjaga," katanya.

"Sehingga ketika mereka mengeluarkan atau bertindak menyampaikan sesuatu yang miring terhadap kepentingan politik masing-masing itu bisa langsung ketahuan, tidak bisa klaim sebagai sesuatu yang netral," sambung Yahya.

Putra KH Cholil Bisri ini pun memastikan, PBNU akan tetap independen meski ada sejumlah politikus yang masuk dalam kepengurusan. Dia menjamin, PBNU tetap menjaga jarak dengan kepentingan partai politik.

"Sebagaimana kita tegaskan, kita ambil jarak secara sama dan setara dengan berbagai kepentingan politik yang ada di sekitar kita," ucap Gus Yahya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya