Survei Pilpres: Elektabilitas Jokowi Masih Tertinggi, Prabowo dan Anies Membuntuti

Mayoritas publik menolak penundaan pemilu, sementara itu tingginya elektabilitas Jokowi memberi peluang untuk terpilih lagi jika dimungkinkan untuk kembali berlaga pada Pilpres 2024

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mar 2022, 08:10 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2022, 08:10 WIB
Tawa Jokowi dan Prabowo di Istana Merdeka
Presiden Joko Widodo saat menerima Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Y-Publica merilis hasil survei yang  menunjukkan elektabilitas Jokowi masih paling tinggi di antara tokoh yang lain, yaitu sebesar 42,3 persen. Dengan capaian tersebut, Jokowi jauh mengungguli nama-nama yang kerap merajai tiga besar, yaitu Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.

Sebagai catatan, Jokowi tidak lagi bisa maju dalam Pilpres 2024 jika mengacu pada konstitusi yang berlaku saat ini. Belakangan ramai wacana agar masa jabatan Jokowi dapat diperpanjang, dengan menunda pemilu ataupun memperbolehkan menjabat hingga tiga periode.

“Mayoritas publik menolak penundaan pemilu, sementara itu tingginya elektabilitas Jokowi memberi peluang untuk terpilih lagi jika dimungkinkan untuk kembali berlaga pada Pilpres 2024,” kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono dalam press release di Jakarta, pada Kamis (10/3).

Jauh di bawah Jokowi, posisi berikutnya diduduki Prabowo dengan elektabilitas 14,7 persen. Berikutnya di bawah 10 persen, yaitu Anies (9,3 persen) yang terpaut tipis dengan Ganjar (9,0 persen), lalu Ridwan Kamil (6,0 persen), dan Sandiaga Uno (3,6 persen).

Nama-nama lain adalah Agus Harimurti Yudhoyono (2,0 persen), Tri Rismaharini (1,3 persen), dan Erick Thohir (1,0 persen). Tokoh-tokoh dengan elektabilitas di bawah 1 persen adalah Khofifah Indar Parawansa (0,8 persen) dan Giring Ganesha (0,6 persen).

Selain itu ada Puan Maharani (0,4 persen), Airlangga Hartarto (0,3 persen), Mahfud MD (0,2 persen) dan Andika Perkasa (0,1 persen). Tokoh-tokoh lainnya nihil dukungan, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab (8,4 persen).

Sebagai perbandingan, pada survei bulan November 2021 di mana nama Jokowi tidak dimasukkan, elektabilitas tertinggi diraih oleh Ganjar (21,1 persen). Posisi berikutnya diduduki oleh Prabowo (17,0 persen) dan RK (12,5 persen), disusul kemudian oleh Anies (8,0 persen) dan Sandi (7,5 persen).

Dengan dinamika yang berkembang dalam empat bulan, ditambah masuknya nama Jokowi, hampir seluruh nama dalam bursa capres mengalami penurunan elektabilitas. Ganjar yang sebelumnya unggul kini tersalip oleh Prabowo maupun Anies.

“Jokowi masih menjadi tokoh paling diunggulkan publik saat ini, disusul oleh Prabowo, yang tampak mencerminkan sisa-sisa dari dua laga pilpres berturut-turut,” jelas Rudi. Setelah kompetisi yang sangat sengit, Jokowi merangkul Prabowo dan mengajak bergabung ke dalam pemerintahan.

Munculnya nama Jokowi juga membuat figur-figur seperti Ganjar, RK, dan Sandi tertekan. “Terlepas dari faktor-faktor yang lain, hal ini menunjukkan bahwa basis pendukung Jokowi tampak beririsan kuat khususnya dengan Ganjar yang mengalami penurunan paling dalam,” lanjut Rudi.

Tak Bisa Jadi Dasar Perpanjangan Jabatan Presiden

Di sisi lain, melonjaknya elektabilitas Anies menjadi antitesis baik bagi Jokowi maupun Prabowo.

"Dengan bergabungnya Prabowo-Sandi ke dalam barisan pemerintahan Jokowi, figur oposisi kini terwakili oleh Anies,” tandas Rudi.

Hanya saja Rudi mengingatkan bahwa tingginya elektabilitas maupun kepuasan terhadap Jokowi tidak bisa dijadikan dasar untuk menabrak atau mengacak-acak konstitusi.

"Amandemen konstitusi sah-sah saja dilakukan, selama ditujukan untuk kepentingan yang lebih besar," tegas Rudi.

Menurut Rudi, survei hanya bisa menangkap persepsi publik, sedangkan pelembagaan demokrasi berjalan melalui pemilu dan sistem perwakilan. “Diharapkan para elite politik dapat bersikap arif dan bijak dalam mengambil keputusan yang sangat mendasar terkait konstitusi,” pungkas Rudi.

Survei Y-Publica dilakukan pada 24 Februari-4 Maret 2022 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Data diambil melalui wawancara tatap muka terhadap responden yang dipilih secara multistage random sampling. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya