Update Kamis 31 Maret 2022: 6.012.818 Positif Covid-19, Sembuh 5.750.802, Meninggal 155.089

Data update pasien Covid-19 tersebut tercatat sejak Rabu 30 Maret 2022 pukul 12.00 WIB, hingga hari ini, Kamis (31/3/2022) pada jam yang sama.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 31 Mar 2022, 16:36 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2022, 16:34 WIB
Ilustrasi Covid-19 (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi Covid-19 (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Masih terus dilaporkan adanya penambahan kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia di Indonesia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.

Per data hari ini, Kamis (31/3/2022), ada penambahan 3.332 orang positif Corona dilaporkan Tim Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.

Sehingga sampai saat ini total akumulatifnya sebanyak 6.012.818 orang di Indonesia terkonfirmasi terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19.

Untuk kasus sembuh pada hari ini bertambah 7.871 orang. Di Indonesia total akumulatif terdapat 5.750.802 pasien berhasil sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 sampai kini.

Sementara itu, kasus meninggal dunia ada penambahan 89 orang pada hari ini. Dengan begitu total akumulatifnya sampai saat ini ada 155.089 orang meninggal dunia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19 di Indonesia.

Data update pasien Covid-19 tersebut tercatat sejak Rabu 30 Maret 2022 pukul 12.00 WIB, hingga hari ini, Kamis (31/3/2022) pada jam yang sama.

 

WHO Sebut Virus Covid-19 Terus Berkembang Tapi Tingkat Keparahan Berkurang Seiring Waktu

WHO Ungkap Penyebaran Omicron Siluman BA.2 yang Lebih Menular Terus Meningkat di Banyak Negara
Kasus Omicron Siluman BA.2 terus meningkat secara global menurut WHO. (pexels/annashvets).

SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan pandemi Covid-19 kemungkinan akan terus berkembang seiring penularan yang berlanjut secara global.

"Tetapi tingkat keparahannya akan berkurang karena kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi dan infeksi," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian dikutip dari laman Xinhua, Kamis (31/3/2022).

Berbicara pada briefing online, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan tiga kemungkinan skenario bagaimana pandemi dapat berkembang tahun ini.

"Berdasarkan apa yang kita ketahui sekarang, skenario yang paling mungkin adalah virus terus berevolusi, tetapi tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya berkurang seiring waktu karena kekebalan meningkat karena vaksinasi dan infeksi," katanya.

WHO juga memperingatkan bahwa lonjakan berkala dalam kasus dan kematian dapat terjadi ketika kekebalan berkurang, yang mungkin memerlukan peningkatan berkala untuk populasi yang rentan.

"Dalam skenario kasus terbaik, kita mungkin melihat varian yang lebih ringan muncul, dan booster atau formulasi vaksin baru tidak akan diperlukan," tambahnya.

"Dalam skenario terburuk, varian yang lebih ganas dan sangat mudah menular muncul. Terhadap ancaman baru ini, perlindungan orang terhadap penyakit parah dan kematian, baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya, akan berkurang dengan cepat," sambung WHO.

Kepala WHO mengajukan rekomendasinya kepada negara-negara untuk mengakhiri fase akut pandemi COVID-19 pada tahun 2022.

"Pertama, pengawasan, laboratorium, dan intelijen kesehatan masyarakat; kedua, vaksinasi, tindakan kesehatan masyarakat dan sosial, dan melibatkan masyarakat; ketiga, perawatan klinis untuk Covid-19, dan sistem kesehatan yang tangguh; keempat, penelitian dan pengembangan, dan akses yang adil ke alat dan persediaan, dan kelima, koordinasi, sebagai transisi respons dari mode darurat ke manajemen penyakit pernapasan jangka panjang," ucap dia.

Dia mengulangi bahwa vaksinasi Covid-19 yang adil tetap menjadi satu-satunya alat paling ampuh untuk menyelamatkan nyawa.

Namun, karena negara-negara berpenghasilan tinggi sekarang meluncurkan dosis keempat vaksinasi untuk populasi mereka, sepertiga populasi dunia belum menerima dosis tunggal, termasuk 83 persen populasi Afrika, menurut data WHO.

"Ini tidak dapat diterima oleh saya, dan seharusnya tidak dapat diterima oleh siapa pun," kata Tedros, bersumpah untuk menyelamatkan nyawa dengan memastikan setiap orang memiliki akses ke tes, perawatan, dan vaksin.

 

Perjalanan Kasus Corona di Indonesia

COVID-19
Ilustrasi pandemi Corona | unsplash.com/@adamsky1973

Kasus infeksi virus Corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Desember 2009. Dari kasus tersebut, virus bergerak cepat dan menjangkiti ribuan orang, tidak hanya di China tapi juga di luar negara tirai bambu tersebut.

2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Pengumuman dilakukan di Veranda Istana Merdeka.

Ada dua suspect yang terinfeksi Corona, keduanya adalah seorang ibu dan anak perempuannya. Mereka dirawat intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi atau RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta Utara.

Kontak tracing dengan pasien Corona pun dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan lebih luas. Dari hasil penelurusan, pasien positif Covid-19 terus meningkat.

Sepekan kemudian, kasus kematian akibat Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 11 Maret 2020. Pasien merupakan seorang warga negara asing (WNA) yang termasuk pada kategori imported case virus Corona. Pengumuman disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Urusan Virus Corona, Achmad Yurianto, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat

Yurianto mengatakan, pasien positif Covid-19 tersebut adalah perempuan berusia 53 tahun. Pasien tersebut masuk rumah sakit dalam keadaan sakit berat dan ada faktor penyakit mendahului di antaranya diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang sudah cukup lama diderita.

Jumat 13 Maret 2020, Yurianto menyatakan pasien nomor 01 dan 03 sembuh dari Covid-19. Mereka sudah dibolehkan pulang dan meninggalkan ruang isolasi.

Pemerintah kemudian melakukan upaya-upaya penanganan Covid-19 yang penyebarannya kian meluas. Di antaranya dengan mengeluarkan sejumlah aturan guna menekan angka penyebaran virus Corona atau Covid-19. Aturan-aturan itu dikeluarkan baik dalam bentuk peraturan presiden (perpres), peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan presiden (keppres)

Salah satunya Keppres Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Keppres ini diteken Jokowi pada Jumat, 13 Maret 2020. Gugus Tugas yang saat ini diketuai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo ini dibentuk dalam rangka menangani penyebaran virus Corona.

Gugus Tugas memiliki sejumlah tugas antara lain, melaksanakan rencana operasional percepatan penanangan virus Corona, mengkoordinasikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan virus Corona.

Sementara itu, status keadaan tertentu darurat penanganan virus Corona di Tanah Air ternyata telah diberlakukan sejak 28 Januari sampai 28 Februari 2020. Status ditetapkan pada saat rapat koordinasi di Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) saat membahas kepulangan WNI di Wuhan, China.

Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo menjelaskan, karena skala makin besar dan Presiden memerintahkan percepatan, maka diperpanjang dari 29 Februari sampai 29 Mei 2020. Sebab, daerah-daerah di tanah air belum ada yang menetapkan status darurat Covid-9 di wilayah masing-masing.

Agus Wibowo menjelaskan jika daerah sudah menetapkan status keadaan darurat, maka status keadaan tertentu darurat yang dikeluarkan BNPB tidak berlaku lagi.

Penanganan kasus virus corona (Covid 19) pun semakin intens dilakukan. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi sekaligus memberikan pengobatan terhadap mereka yang terpapar Covid-19.

Berdasarkan situs covid19.go.id, sebanyak 140 rumah sakit di Tanah Air dijadikan rujukan untuk penanganan pasien Covid-19. Ada pula sejumlah tempat yang dijadikan rumah sakit darurat.

Salah satunya, pemerintah resmi menjadikan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, sebagai rumah sakit darurat untuk pasien Covid 19. Peresmian dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi, Senin 23 Maret 2020. Begitu dibuka, Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran langsung menerima pasien.

Ada pula Rumah Sakit Darurat di Pulau Galang, Kepulauan Riau. Pulau tersebut dulunya merupakan tempat penampungan warga Vietnam. Tempat tersebut telah dirapikan dan bisa menampung 460 pasien. Sejumlah tempat milik pemerintah lainnya juga dijadikan tempat isolasi pasien yang terpapar Covid-19.

Ancaman Kembar Varian Omicron dan Delta, Picu Tsunami Covid-19 di 2022?

Infografis Ancaman Kembar Varian Omicron dan Delta, Picu Tsunami Covid-19 di 2022? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ancaman Kembar Varian Omicron dan Delta, Picu Tsunami Covid-19 di 2022? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya