Status Gunung Anak Krakatau Naik, Badan Geologi Koordinasi dengan BNPB hingga BMKG

Badan Geologi meminta masyarakat yang tinggal di wilayah Gunung Anak Krakatau untuk bisa tetap tenang dan tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 25 Apr 2022, 14:53 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2022, 14:51 WIB
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten.
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten. (Liputan6.com. Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta - Status Gunung Anak Krakatau (GAK) naik dari level dua atau waspada menjadi level tiga atau siaga. Oleh karena itu, Badan Geologi memastikan akan segera berkoordinasi dengan stakeholder terkait.

"Sehubungan dengan peningkatan ini, kami akan melakukan koordinasi dengan BNPB dan juga BPBD baik di Banten dan Lampung dan tentu saja dengan BMKG," kata Sekretaris Badan Geologi Ediar Usman saat jumpa pers daring, Senin (25/4/2022).

Ediar menjelaskan, peningkatan level GAK didasarkan dari dua pengamatan instrumen, visual ketinggian asap dan aktivitas vulkanik yang terjadi. Kenaikan tersebut terjadi signifikan sejak 15 April 2022 dan mulai terekam intensif sejak 21 April 2022.

"Kenaikan aktivitas yang semakin signifikan dan tingkat GAK ini berdasarkan pengamatan tersebut maka Badan Geologi menaikkan status GAK yang semula level 2 ke level 3 terhitung 24 April 2022 pukul 18.00 WIB," jelas Usman.

Usman meminta masyarakat yang tinggal di wilayah GAK untuk bisa tetap tenang dan tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya. Menurut dia, informasi terkait GAK bisa terus selalu dipantau melalui BPBD, situs Magma Indonesia, dan Badan Geologi.

"Tentu saja masyarakat yang ada di Selat Sunda tetap tenang dan tidak percaya isu mungkin muncul tapi bisa menghubungi BPBD setempat atau pun menghubungi kami, dan melihat update Magma Indonesia," tandas Usman.

Gunung Anak Krakatau Meletus, Abu Vulkanik Sampai ke Rumah Warga

Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau (GAK) masih terus erupsi. Berdasarkan laporan yang disusun oleh petugas pos pantau Jumono dan diunggah ke aplikasi Magma Indonesia, ketinggian letusan mencapai 3.000 meter dari atas puncak.

"Gunung Anak Krakatau masih erupsi menerus, arah angin saat ke timur," kata Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Deny Mardiono, Minggu (24/04/2022).

Masyarakat diminta berhati-hati saat beraktivitas di luar rumah dan selalu memakai masker agar abu vulkanik tidak terhisap. Di mana, abu vulkanik Gunung Anak Krakatau sudah sampai ke permukiman warga di pesisir Banten.

"Apabila keluar rumah selalu pakai masker untuk menghindari paparan abu vulkanik, tetap patuhi rekomendasi dari badan geologi," terang dia.

Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau dirasakan oleh warga di Kecamatan Labuan, Kecamatan Carita, Kecamatan Panimbang, Kecamatan Cigeulis, dan Pesisir Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Abu vulkanik berwarna hitam itu mengotori lantai hingga tumbuhan yang ada di luar rumah. Bahkan mata warga terasa perih ketika beraktivitas di luar rumah.

"Lagi hujan abu, sayuran saja tadi banyak kotor. Perih ke mata, baru sadar kalau itu dari Gunung Anak Krakatau yang lagi erupsi," kata Soffy Shovia, warga Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten, Minggu (24/04/2022).

Begitupun warga lainnya, Johani, meski telah berulang kali di sapu, lantai rumahnya masih saja dikotori abu vulkanik berwarna hitam. "Sudah hampir lima kali nyapu rumah, kotor sama abu vulkanik," kata dia.

 

Status Gunung Anak Krakatau Naik Menjadi Siaga

Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut
Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut

Gunung Anak Krakatau (GAK), Serang, Banten yang letusannya cukup sering sepanjang April 2022, kini naik status dari Level II Waspada menjadi Level III atau Siaga pada Minggu (24/4/2022).

Kenaikan status berdasarkan surat yang ditandatangani oleh Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono. Surat itu menerangkan tentang kenaikan status Gunung Anak Krakatau.

Surat itu terhitung sejak Minggu 24 April 2022, pukul 18.00 WIB. Dengan surat itu, masyarakat, nelayan hingga wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari gunung berapi.

"Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level III atau Siaga, masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif," begitu tulis surat tersebut, dikutip pukul 21.00 wib, hari Minggu, 24 April 2022.

Masih dalam surat yang sama, potensi bahaya berdasarkan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berdiameter 2 kilometer, merupakan kawasan rawan bencana.

Kemudian berdasarkan data visual dan instrumental potensi bahaya, Gunung Anak Krakatau saat ini melontarkan material pijar dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi, namun lontarannya bisa menjangkau jarak yang lebih jauh lagi.

Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga, Begini Kronologinya

Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau

Dalam surat bernomor 184.Lap/GL.05/BGL/2022, Badan geologi menerangkan hasil pemantauannya hingga meningkatkan status Gunung Anak Krakatau (GAK) ke Level III atau Siaga pada Minggu (24/4/2022).

Dalam surat yang ditandatangani Kepala Balai Geologi, Eko Budi Lelono, yang dikirimkan oleh Deni Mardiono, petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) Pasauran, menerangkan, karakter letusannya berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1–6 tahun.

Erupsi-erupsi ini menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava. Pemantauan sudah dilakukan sejak 1-24 April 2022 melalui pos pantau di Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, dan pos pantau di Kalianda, Lampung.

Tinggi kolom hembusan sekitar 25-3.000 meter dari atas puncak. Arah hembusan tergantung arah angin, namun umumnya abu vulkanik mengarah ke Utara, timur laut, tenggara, selatan, barat daya, barat laut dan tenggara.

Kemudian berdasarkan pengamatan instrumental kegempaan selama 1-24 April 2022, ditandai dengan terekamnya 21 kali gempa letusan, 155 kali gempa hembusan, 14 kali harmonik, 121 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan Tremor terus menerus dengan amplitudo 0.5-55 mm. Lalu, terekam 2 kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh dan 1 gempa terasa dengan skala I MMI.

"Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam sejak 15 April 2022. Pengukuran deformasi dengan menggunakan Tilmeter yang dipasang di Stasiun Tanjung menunjukkan fluktuasi komponen X (tangensial) dan Y (radial). Inflasi pada tubuh Gunung Anak Krakatau teramati sejak tanggal 18 April 2022 dan sedikit mulai intens teramati sejak tanggal 22 April 2022," begitu isi surat tersebut yang dikutip pukul 21.30 WIB, hari Minggu, 24 April 2022.

 

Erupsi Terus-Menerus

Erupsi Gunung Anak Krakatau pada 2018
Erupsi Gunung Anak Krakatau pada 2018

Dari hasil tersebut, kemudian dievaluasi terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau yang hingga kini masih erupsi terus-menerus, dengan perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus, menajadi tipe atrikbolian menghasilkan lontaran lava pijar pada tanggal 17 April 2022.

Selanjutnya pada tanggal 23 April 2022, sekitar pukul 12.19 WIB, teramati lava mengalir dan masuk ke laut. Hasil estimasi energi seismik saat ini teramati meningkat tajam bersamaan dengan membesarnya amplitudo tremor menerus dan semakinintensnya kejadian erupsi yang menerus. Peningkatan ini diikuti pula dengan hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan fluktuasi pola inflasi dan deflasi.

"Data emisi SO2 berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari, 15 April 68,4 ton/hari, 17 April semakin meningkat dengan 181,1 ton/hari dan 23 April melonjak drastis dengan 9219 ton/hari," bunyi kutipan selanjutnya.

Pantauan SO2 dari magma ini berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini. Peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan, berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.

Jumlah SO2 pada periode di atas mencapai 9,2 kilo Ton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 sebanyak 12,4 kilo Ton, dan September-Oktober 2018 19,4 kilo Ton.

"Berdasarkan data pemantauan visual dan instrumental serta pantauan emisi SO2 bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ada kecenderungan meningkat dan belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas vulkanik," jelasnya.

Perlu diketahui bahwa Gunung Anak Krakatau berada di perairan Selat Sunda, masuk ke wilayah Lampung. GAK lahir pada Juni 1927 dan hingga kini terus erupsi yang menunjukkan dia masih terus tumbuh dan berkembang.

Selanjutnya paska erupsi tanggal 22 Desember 2022 yang menyebabkan runtuhnya tubuh GAK dibagian barat daya dan menyebabkan tsunami senyap, ketinggian GAK yang sebelumnya 338 mdpl menjadi 110 meter. Kini, setelah 4 tahun longsor, ketinggiannya menjadi 157 mdpl.

infografis Status Gunung Berapi
Infografis Status Gunung Berapi
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya