Wapres Ma'ruf Amin Ungkap Pentingnya Menjaga Perdamaian di Aceh

Perdamaian Aceh tercipta melalui kesepakatan Helsinki, Finlandia. Menurut Ma'ruf, dengan adanya perdamaian, tampak muncul perubahan-perubahan, terutama dalam pembangunan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2022, 07:37 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2022, 07:28 WIB
Wakil Presiden Ma'ruf Amin
Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Perdamaian di Aceh diharapkan dapat terus dijaga demi mendorong pembangunan masyarakat setempat. Hal itu disampaikan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat menerima Forum Rektor Aceh di kediaman resmi Wapres Jakarta Pusat, Rabu (18/5/2022).

Perdamaian Aceh tercipta melalui kesepakatan Helsinki, Finlandia. Menurut Ma'ruf, dengan adanya perdamaian, tampak muncul perubahan-perubahan, terutama dalam pembangunan.

"Termasuk intervensi pemerintah bisa membangun waduk, jalan tol, bisa mendorong pendidikan, perguruan tinggi. Nah, itu yang harus dijaga, jangan sampai itu dirusak lagi," ucap Wapres Ma'ruf Amin dalam keterangan resmi, seperti dilansir Antara.

Wapres Ma'ruf menyatakan, dalam menjaga kedamaian itu, umat Islam di Aceh perlu diberikan pemahaman akan moderasi beragama sebagai modal utama bangsa Indonesia.

Moderasi beragama yang dimaksud yaitu umat Islam mesti menjadi seorang muslim kaffah. Muslim di Aceh tetap menjaga kesepakatan nasional di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk Kesepakatan Helsinki bagi masyarakat Aceh.

"Kita ingin Aceh kondusif, tapi pemahaman keislaman harus kita berikan, moderasi beragama kita itu muslim kaffah ma’al mitsaq. Kalau daerah lain hanya satu, mitsaqul wathani (kesepakatan nasional), di Aceh mitsaqul Helsinki," terangnya.

Rektor Universitas Malikussaleh, Herman Fithra, juga menyampaikan harapan serupa tentang perdamaian di Aceh. Dia ingin perdamaian di Aceh diikuti dengan keadilan dan kesejahteraan secara merata bagi masyarakatnya.

"Tentu kami berharap semua, perdamaian ini bisa kekal, bisa terus berjalan dengan baik dan masyarakat Aceh bisa mendapatkan rasa keadilan dan kesejahteraan. Itulah yang dituntut. Jadi lebih fokus pada masalah ekonomi," ucap Herman.

Program Moderasi Beragama

Suasana Hari Raya Idul Fitri 1443 H di Berbagai Negara
Umat Muslim melaksanakan sholat Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan di Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh pada 2 Mei 2022. (AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Sementara itu, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon, Zulkarnain, menyebut bahwa program moderasi beragama telah mulai dijalankan Kementerian Agama di Aceh dan memperoleh respons positif.

Zulkarnain mendorong pemerintah untuk bisa lebih meningkatkan dukungannya terhadap pelaksanaan program tersebut, khususnya di perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) di Aceh.

"Sejumlah program moderasi beragama yang berada di PTKIN di Aceh, ada namanya Rumoh Moderasi Beragama dan lain-lain, ini semakin mendapat dukungan dari Pak Wapres melalui Kementerian Agama," katanya.

Sumber: Antara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya