Liputan6.com, Jakarta Sebagai pusat kota di Kalimantan Utara, Kota Tarakan tidak terlepas dari masalah klasik sebagai sebuah kota, yaitu banjir. Kota yang secara geografis dikelilingi laut ini, saat terjadinya air pasang yang besar dan ditambah dengan hujan yang mengguyur, banjir tidak terelakkan. Kondisi ini membuat air hujan yang turun akan tertahan oleh air pasang dari laut dan mengakibatkan genangan air di beberapa wilayah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banjir bisa terjadi, mulai dari intensitas hujan yang tinggi, penanganan banjir lewat realisasi kebijakan pemerintah daerah, hingga kebiasaan dari masyarakat yang abai dalam menjaga lingkungan.
“Karena perkembangan kota semakin padat dan lebih parahnya lagi, pembangunan itu merambah hutan kota, hutan lindung, termasuk membangun di pinggiran selokan. Dengan mereka membangun di situ, aliran air menjadi sempit dan jadilah genangan air,” ujar Khairul dalam konten Tarakan is my City Podcast.
Advertisement
Kota Tarakan terdiri dari 4 kecamatan dan 20 kelurahan. Berdasarkan data Kemendagri tahun 2020, jumlah penduduk Kota Tarakan mencapai 242.786 jiwa. Dilihat dari data tersebut, problematika banjir bisa dikatakan muncul di beberapa wilayah yang menjadi episentrum Kota Tarakan.
“Wilayah yang paling parah di Karang Anyar. Di sini, pertumbuhan penduduk sangat pesat diikuti dengan pembangunan pemukiman sangat masif. Sehingga, daerah yang dijadikan daya tangkapan air semakin berkurang,” ungkap Khairul.
“Daerah kedua itu Karang Anyar Pantai, Karang Balik dan Selumit. Lalu, di Tarakan Tengah Daerah Markoni dan Bom Panjang. Dan di daerah Juata Laut, namun tidak terlalu luas,” tambahnya.
Beberapa Daerah Tertangani
Wali Kota Tarakan, Khairul, tidak tinggal diam dengan banjir yang melanda wilayah tersebut. Di beberapa daerah, sudah dilakukan treatment dan mulai penanganan untuk mengatasi banjir. Namun, baginya kendala yang sangat berat ada di wilayah yang padat pemukiman.
“Kendala yang berat ada di padat pemukiman, kita mau melakukan pelebaran drainase, tapi sudah ada klaim lahan dari warga. Jadi, kita fokus pada wilayah yang pelebaran drainase bisa tanpa pembebasan lahan dan tahun ini akan dilakukan pelebaran drainasenya,” kata Khairul.
Karena sistem drainase sangat penting untuk menjaga run off air ke hilir semakin lancar dan meminimalisir air yang tertahan, Pemerintah Kota Tarakan terus menggenjot projek untuk mengatasi banjir.
“Mudah-mudahan, setelah projek di tahun 2022 dilanjut 2023, daerah yang menjadi langganan banjir bisa kita kurangi durasi lamanya. Seperti di Karang Anyar, Karang Anyar Pantai itu lebih dari 2,5 jam, tapi ndak sampai berhari-hari. Banjir kamu begitu, paling lama 4 jam air sudah turun,” jelasnya.
Pembangunan atau pelebaran drainase tidak akan cukup apabila tidak diimbangi dengan pembebasan lahan yang sudah diklaim warga. Pemerintah daerah pun tanggap cepat dengan masalah ini.
“Karang Harapan dan Juata Laut di tahun 2020 telah selesai. Di tahun 2021 lalu, wilayah yang punya obstacle paling tinggi dan daya ungkitnya paling besar, sudah kami tangani,” pungkas Khairul.
Advertisement
Strategi Atasi Banjir
Dalam hal ini, komunikasi menjadi hal yang tidak boleh terlupakan. Komunikasi publik sangatlah penting untuk merealisasikan strategi dalam mengatasi banjir dan menjaga agar masyarakat selalu taat dalam menjaga lingkungan. Pemerintah Daerah dengan segala instrumen undang-undang yang dimiliki, memiliki kuasa besar agar masalah banjir bisa diatasi.
“Pembangunan harus memperhatikan lingkungan, sudah ada Perda yang mengatur lingkungan, terkait dengan garis sempadan sungai, kita terus sosialisasikan hal tersebut. Tapi kembali, karena pertumbuhan penduduk bertambah sedangkan luas tanah tidak, kami melakukan law enforcement kepada warga yang bandel dalam hal pembangunan,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kota Tarakan ini.
Selain law enforcement, pembangunan long storage dan embung terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Tarakan. Seperti yang diketahui, long storage merupakan sistem tampungan air yang memanfaatkan saluran memanjang sungai sebagai tampungannya. Dengan adanya long storage, waktu puncak banjir dapat diperlambat sehingga dapat mengurangi debit banjir secara sementara.
“Kita buat dua long storage, tapi kita buat inovasi, agar tampungan air di situ bisa buat air minum. Kita bersama PDAM melakukan integrasi untuk mencapai hal tersebut,” jelas Khairul.
“Tahun lalu, ada dua sungai untuk aliran long storage dan kita melakukan normalisasi juga untuk mengurangi endapan yang ada di dasar sungai,” tambahnya.
Kolaborasi Pemda dengan Masyarakat
Selain dari sisi pemerintah, masyarakat juga diajak untuk berperan dalam mengatasi banjir di Kota Tarakan. Kolaborasi tersebut membuat segala usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi banjir diyakini akan sampai.
“Kami mengajak kepada masyarakat, ketika ada info dari BMKG Kota Tarakan akan dilanda hujan dengan intensitas yang tinggi, masyarakat akan melakukan safari gotong royong membersihkan drainase di lingkungannya,” ujar Khairul.
Walaupun program banjir tidak termasuk dalam 16 program unggulan Kota Tarakan, Khairul terus berkomitmen dalam mengatasi banjir lewat pembangunan infrastruktur penanganan banjir.
“Tahun ini, Insya Allah akan ada projek yang besar dan bisa mengurangi banjir di Karang Anyar dan Karang Balik, setelah di Sebengkok, Gunung Lingkas, dan Karang Harapan, Juata Laut di tahun 2020 sudah dibangun long storage,” tutupnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait dengan strategi Wali Kota Tarakan Khairul dalam mengatasi banjir di wilayah Tarakan, kalian bisa simak konten Tarakan is my City Podcast yang disiarkan oleh Vidio di bawah ini.
(*)
Advertisement